Hanuf., Atiqah Aulia (2017) Kemampuan Lahan sebagai Dasar Penggunaan Lahan Optimal di Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Hutan tropis terus hilang pada tingkat kritis hingga 13 juta ha/tahun di seluruh dunia (FAO, 2010) dan sekitar 1.1 juta ha/tahun khusus di Asia Tenggara (Miettinen et al., 2011). Selain itu produktivitas lahan untuk kegiatan pertanian juga terus mengalami penurunan akibat erosi dan hilangnya kesuburan (FAO, 2002) dan jumlah negara yang menghadapi krisis kekurangan air semakin banyak. Kenyataan juga menunjukkan bahwa sekitar 1,6 milyar jiwa masyarakat terutama di wilayah sekitar hutan masih hidup di dalam kemiskinan (Scherr et al. 2003; FAO, 2006). Berdasarkan data yang ada, luas lahan hutan di Kabupaten Malang mencapai 127.089 ha dan 59 ribu ha diantaranya dikelola oleh Perhutani. Dari 127.089 ha hutan di wilayah itu, sekitar 15 ribu ha dalam kondisi kritis akibat penebangan liar oleh masyarakat di sekitar hutan sehingga terjadi penggundulan hutan secara besar-besaran. Sebelumnya, hutan kritis di daerah itu mencapai 35 ribu ha, namun setelah dilakukan rehabilitasi secara bertahap yang dilakukan berbagai pihak di bawah koordinasi Dinas Kehutanan Kabupaten Malang, sekarang tinggal 15 ribu ha. Hutan seluas 127.089 ha itu terdiri dari hutan produksi seluas 44.180 ha, hutan lindung 46.207 ha, hutan konservasi 28.811 ha, dan hutan raya seluas 7.891 ha (Anonymous, 2016). Upaya untuk menghindari kesalahan dalam tataguna lahan dan dayaguna lahan serta mengatasi masalah turunnya kemampuan lahan. Salah satu jalan adalah dengan adanya perencanaan penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui kelas kemampuan lahan di Desa Donowarih dan menentukan arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan di Desa Donowarih. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei. Pelaksanaan Penelitian dilakukan dengan membuat peta satuan lahan (SPL atau Satuan Peta Lahan), kemudian titik diambil dilakukan secara purposive sampling yaitu titik sampel dipilih secara sengaja dengan memperhatikan luasan (>100 ha). Peta satuan lahan didapat dari hasil overlay peta kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. Titik pengamatan, pengukuran dan pengambilan sampel ditentukan dengan metode stratified random sampling yaitu titik pengamatan lahan di ambil secara acak namun tetap memperhatikan titik luasan yang dihasilkan dari overlay peta SPL tersebut. Pengamatan yang dilakukan dengan membuat profil sedalam 2 meter. Kemudian, pada setiap SPL akan dilakukan pemboran 3x (60 cm). Hasil penelitian ini adalah dari keempat SPL yang diambil, kelas kemampuan lahan yang didapatkan adalah kelas III dengan faktor pembatas permeabilitas dan tekstur tanah. Hal ini disebabkan karena nilai berat isi tanah termasuk kategori rendah sehingga dikategorikan porus. Sejalan dengan itu, maka kemampuan meloloskan air melewati pori besar. Pori sangat menentukan sekali dalam permeabilitas tanah, semakin besar pori dalam tanah tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas tanah tersebut. Lahan di kelas III ini dapat digunakan untuk tanaman semusim, tanaman rumput, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung/cagar alam. Jika digunakan untuk lahan pertanian maka pengelolaannya dalam taraf sedang. Jika didasarkan uraian diatas, penggunaan lahan sebelumnya masih tetap dapat digunakan yaitu tegalan dan kebun campuran. Untuk mempertahankan kesuburan tanah perlu pemupukan. Hal ini didukung dengan hasil analisis laboratorium mengenai C-organik sangat rendah, yaitu sebesar 0.05 – 0.36%. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki sifat tanah secara fisika, kimia dan biologi. Salah satu upaya tersebut adalah melalui penambahan bahan organik.
English Abstract
Tropical forests continue to disappear at a critical level of up to 13 million ha/year worldwide (FAO, 2010) and about 1.1 million ha/year in Southeast Asia (Miettinen et al., 2011). In addition the productivity of land for agricultural activities also continue to decline due to erosion and loss of fertility (FAO, 2002) and the number of countries facing a water shortage crisis more and more. The fact also shows that around 1.6 billion inhabitants of the community especially in the area surrounding the forest still live in poverty (Scherr et al. 2003; FAO, 2006). Based on existing data, extensive forest land in Malang reached 127,089 hectares and 59 thousand hectares of which are managed by the Forestry Department. From 127,089 hectares of forest in the area, about 15 thousand hectares in critical condition due to illegal logging by communities around the forest so that massive deforestation occurred. Earlier, critical forest in that area reaching 35 thousand hectares, but after a gradual rehabilitation conducted various parties under the coordination of Forestry Malang, now lives 15 thousand hectares. Covering an area of 127,089 hectares that consists of production forest area of 44,180 hectares, protected forest conservation, forest acres 46,207 28,811 hectares, and forest area of 7,891 hectares (Anonymous, 1999). The effort to avoid errors in tataguna and dayaguna of the land as well as addressing the problem of the decline of the ability. One way is by having the appropriate land use planning with its ability. This research aims to know the land capability classes in the village of Donowarih and determine the direction of land use which corresponds to the capabilities of the land in the village of Donowarih. The research was carried out using the method of survey. Implementation of the Research done by making a map of land units (SPL or units of land use Map), then the point taken in purposive sampling done i.e the point samples are chosen deliberately by observing the extents (> 100 ha). Map of land units are obtained from the results of the overlay map slope slopes and land use maps. The point of observation, measurement and sampling are determined by the method of stratified random sampling that is a point of land observation taken at random however remains attentive to the point of land coverage resulting from the overlay map of the SPL. Observations made by creating a profile as deep as 2 meters. Then, on each drilling will be done 3 x SPL (60 cm). The results of this study are from the fourth SPL taken, acquired land capability classes are class III with a limiting factor and the permeability of soil texture. This is because the value of the weight of the contents of the land including category low so categorized acusticus. In line with it, the ability to get large pore water passing through. Pore very set once in the permeability of the soil, the larger the pores in the soil, the more quickly the soil permeability anyway. Land in class III can be used to plant annuals, lawns, pastures, forest production, forest protected areas/nature reserves. If used for farmland medium level management then. If the above description is based, the previous land use still remains can be used namely moorland and gardens blend. To maintain the fertility of the soil need fertilizing. This is supported by the results of the laboratory analysis regarding the C-organic very low 0.05 – 0.36%. Need for efforts to improve soil properties in physics, chemistry and biology. One of these efforts was through the addition of organic matter.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2017/231/051705149 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 631 Specific techniques; apparatus, equipment materials > 631.4 Soil science |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi |
Depositing User: | Sugiantoro |
Date Deposited: | 18 Jul 2017 07:40 |
Last Modified: | 20 Sep 2020 14:23 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/328 |
Preview |
Text
Atiqah Aulia Hanuf.pdf Download (2MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |