Alfadhillah, Hanum and Dr. Rachman Hartono, S.P., M.P. (2024) Tingkat Keterkendalian Harga Bahan Pangan di Kabupaten Malang Selama Triwulan IV Tahun 2023. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Indonesia sebagai negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi memberi perhatian besar terhadap masalah pangan terutama dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional diikuti perubahan harga yang menyebabkan ketimpangan dan ketidakstabilan harga sehingga perlu diupayakan stabilisasi harga, khususnya oleh pemerintah yang berkewajiban menjamin kecukupan pangan bagi masyarakat agar keterkendalian harga bahan pangan dan pemenuhan pangan rakyat tercapai. Salah satu upaya pengendalian harga yang dapat dilakukan adalah dengan memantau harga bahan pangan di pasar. Dari uraian permasalahan tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan mengamati total 24 bahan pangan di beberapa pasar rakyat Kabupaten Malang untuk mengukur pergerakan harga konsumen bahan pangan serta tingkat keterkendaliannya. Penelitian ini dilakukan dengan data sekunder dari situs SISKAPERBAPO pada harga 24 komoditas pangan berupa beras premium, beras medium, gula kristal putih, minyak goreng kemasan premium, daging sapi paha belakang, daging ayam ras, daging ayam kampung, telur ayam ras, telur ayam kampung, tepung terigu protein sedang, kedelai impor, kedelai lokal, cabai merah keriting, cabai merah besar, cabai rawit merah, bawang merah, bawang putih, kacang hijau, kacang tanah, kubis, kentang, tomat merah, wortel dan buncis yang ada di lima pasar di Kabupaten Malang yaitu Pasar Karang Ploso, Pasar Kepanjen, Pasar Lawang, Pasar Singosari, dan Pasar Turen. Pendekatan yang digunakan kuantitatif dengan studi panel. Analisis pada pergerakan harga menggunakan koefisien variasi dan tingkat keterkendalian pada tingkat harga dan tingkat fluktuasi harga bahan pangan dibandingkan dengan nilai acuan oleh peraturan BAPANAS (untuk 12 komoditas) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Bapokting yang dianalisis secara deskriptif dan data diolah di Microsoft Excel dalam bentuk grafik dan tabel analisis. Hasil perhitungan menunjukkan pergerakan harga harian yang ditemukan pada Kabupaten Malang, cenderung meningkat untuk total 14 komoditas yaitu beras premium, gula kristal putih, daging sapi paha belakang, daging ayam ras, telur ayam ras, kedelai impor dan lokal, cabai merah keriting, cabai merah besar, cabai rawit merah, bawang merah, kubis, tomat merah, dan buncis yang intensitas perubahannya tergolong jarang pada 17 komoditas yaitu beras premium, beras medium, gula kristal putih, minyak goreng kemasan premium, daging sapi paha belakang, daging ayam kampung, telur ayam ras, terigu protein sedang, kedelai impor, kedelai lokal, bawang putih, kacang hijau, kacang tanah, kubis, kentang, tomat dan wortel. Sedangkan pada tingkat disparitas lebih cenderung menurun pada 13 komoditas yaitu beras premium, beras medium, minyak goreng kemasan premium, kedelai impor, kedelai lokal, cabai merah keriting, cabai merah besar, cabai rawit merah, bawang merah, kentang, tomat merah, wortel, dan buncis dengan intensitas tergolong jarang pada 17 komoditas yaitu beras premium, beras medium, gula kristal putih, minyak goreng kemasan premium, daging sapi paha belakang, daging ayam kampung, telur ayam ras, terigu protein sedang, kedelai impor, kedelai lokal, bawang putih, kacang hijau, kacang tanah, kubis, kentang, tomat dan wortel.Kemudian hasil analisis perubahan harga konsumen bulanan menunjukkan sering mengalami perubahan di mana persentase perubahan secara keseluruhan mencapai 84,38% lalu pada periode Oktober-November, perubahan harganya 86,81% dan pada periode November-Desember, perubahan harga konsumen mencapai 81,94%. Pada pergerakan fluktuasi harga konsumen bulanan, tingkat pergerakan fluktuasi harga tertinggi secara keseluruhan tercatat di bulan Oktober mencapai 37,30% pada komoditas tomat merah di Pasar Singosari sedangkan tingkat fluktuasi harga terendah dilaporkan terjadi di bulan November berupa penurunan sebesar 23,18% pada komoditas cabai merah besar di Pasar Karang Ploso. Terakhir, untuk pengukuran tingkat keterkendalian harga konsumen bahan pangan terhadap fluktuasi acuan berdasarkan jenis komoditas, bulan dan lokasi hasilnya tergolong cukup baik atau terkendali karena secara keseluruhan nilainya memiliki persentase yang relatif tinggi dengan banyaknya nilai tingkat keterkendalian yang tidak melebihi nilai acuan IKU, kecuali pada komoditas kedelai impor yang memiliki persentase relatif rendah yaitu 38,89% sehingga dapat dikatakan kurang terkendali dengan baik. Sedangkan tingkat keterkendalian harga bahan pangan terhadap harga acuan berdasarkan jenis komoditas, bulan, dan lokasi, mayoritas data yang didapatkan menunjukkan nilai persentase relatif rendah yang berarti hanya sedikit yang tidak melampaui harga acuan yang ditetapkan BAPANAS, kecuali komoditas daging sapi paha belakang, daging ayam ras, telur ayam ras dan bawang merah yang tingkat keterkendaliannya mencapai 100% atau terkendali dengan sangat baik. Dari hasil tersebut, tingkat keterkendalian harga terhadap harga acuan di Kabupaten Malang pada komoditas beras premium, gula kristal putih, kedelai lokal, cabai rawit merah perlu diupayakan intervensi dari pemerintah untuk mengelola stok dan menata produksi antarwaktu dari bahan pangan tersebut misalnya dengan turun langsung ke lapangan mengadakan operasi pasar, mengupayakan pembangunan sentra komoditas di wilayah khususnya kecamatan pada Kabupaten Malang yang mengalami defisit stok, atau membentuk proyek kerjasama dengan para produsen atau juga badan usaha setempat. Kemudian peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi poin yang belum diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini seperti cakupan lokasi dan periode waktu yang berbeda atau juga dampak yang ditimbulkan dari pergerakan harga agar dapat memperkaya informasi yang dimuat dalam penelitian sejenis.
English Abstract
Indonesia, as a country with a relatively high population growth rate, pays great attention to food issues, especially in meeting national food needs, followed by price changes which cause inequality and price instability, so efforts need to be carried out to stabilize prices, especially by the government who is obliged to guarantee the adequacy of foods for the community so that it can be controlled and then the price of foodstuff and the fulfillment of food needs for the community can be achieved. One of the ways to control the prices is by monitoring the prices of foodstuffs in the market. Based on the problem, this research was carried out by monitoring a total of 24 foodstuffs in several markets in Malang Regency to measure the development of retail prices of foodstuffs and their level of control. This research was conducted by using secondary data from an official website called SISKAPERBAPO on the prices of 24 foodstuff commodities in the form of premium rice, medium rice, white crystal sugar, premium packaged cooking oil, beef hamstrings, pedigree chicken meat, local chicken meat, pedigree chicken eggs, local chicken eggs, medium protein wheat flour, imported soybeans, local soybeans, curly red chilies, red chili peppers, cayenne peppers, shallots, garlic, mung beans, peanuts, cabbage, potatoes, red tomatoes, carrots and green beans. in five markets in Malang Regency, namely Karang Ploso Market, Kepanjen Market, Lawang Market, Singosari Market, and Turen Market. The approach used is quantitative with a panel study. Analysis of price movements using the coefficient of variation and the controllability lever over the price level and the level of fluctuation in prices of foodstuffs will be compared with reference values by BAPANAS regulations (for 12 commodities) and the Main Performance Indicators (IKU) of the Bapokting Directorate of Kemendag which are analyzed descriptively based on data processed in Microsoft Excel in graphs and analysis tables. The results show that daily price movements found in Malang Regency tend to increase for a total of 14 commodities namely premium rice, white crystal sugar, beef hamstrings, pedigree chicken meat, pedigree chicken eggs, imported and local soybeans, curly red chilies, red chili peppers, cayenne peppers, shallots, cabbage, red tomatoes and green beans. and are classified as relatively rare for 17 commodities namely premium rice, medium rice, white crystal sugar, premium packaged cooking oil, beef hamstrings, local chicken meat, pedigree chicken eggs, medium protein flour, imported and local soybeans, garlic, green beans, peanuts, cabbage, potatoes, red tomatoes and carrots. Meanwhile, at the disparity level, it shows a downward trend in 13 commodities namely premium rice, medium rice, premium packaged cooking oil, imported and local soybeans, curly red chilies, red chili peppers, cayenne peppers, shallots, potatoes, red tomatoes, carrots and green beans with relatively rare intensity in 17 commodities namely premium rice, medium rice, white crystal sugar, premium packaged cooking oil, beef hamstrings, local chicken meat, pedigree chicken eggs, medium protein flour, imported and local soybeans, garlic, green beans, peanuts, cabbage, potatoes, red tomatoes and carrots. For the results of the analysis of changes in monthly consumer prices show that Malang Regency experiences frequent changes where the overall percentage change reached 84.38%, then in the October-November period, price changes reached 86.81% and in the November-December period, changes in retail prices reached 81.94%. For monthly consumer price fluctuation movements, the highest overall level of price fluctuation movement in Malang Regency was recorded in October reaching 37.30% for red tomato commodity at Singosari Market and the lowest in price fluctuation level was reported in November, a decreasing to 23.18% for red chili peppers commodity at Karang Ploso Market. Lastly, for measuring of controllability level of consumer prices in Malang Regency in the fourth quarter of 2023, the overall results show that it is quite good for fluctuation level based on commodity, month and location with most of controllability level values reached relatively high percentages which means many of the values do not exceed the IKU reference value, except for imported soybean commodities which has relatively low percentage of 38,89% that can be said as not so well-controlled. Meanwhile, the controllability level for price level based on commodity, month and location, the majority of data obtained shows relatively low percentage values which means only a few values that do not exceed the reference price set by BAPANAS, except for beef hamstrings, pedigree chicken meat, pedigree chicken eggs and shallots whose controllability level reach 100%, which can be said is very well-controlled. From these results, the foodstuff prices controllability level over the reference price in Malang Regency for premium rice, white crystal sugar, local soybeans, cayenne peppers requires intervention from the government to manage stocks and organize the inter-time production of these foodstuffs, for example by going directly to the field. carry out market operations, strive to build commodity centers in areas, especially sub-districts in Malang Regency that experience stock deficits, or form collaborative projects with producers or local business entities. Also for the next researchers are expected to be able to complete points that have not been studied further in this research, such as coverage of different locations and time periods or also the impact of price movements in order to enrich the information contained in similar subsequent research.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | 0524040206 |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Agribisnis |
| Depositing User: | Unnamed user with username nova |
| Date Deposited: | 12 Jun 2024 06:59 |
| Last Modified: | 12 Jun 2024 06:59 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/220086 |
![[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO]](http://repository.ub.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Hanum Alfadhillah.pdf Download (16MB) |
Actions (login required)
 |
View Item |