Penampilan Reproduksi Kelinci Hias Di Peternakan “Fauna Jaya”, Batu, Jawa Timur

Kurniawan, Nafrizal Arfian and Prof. Dr. Ir. Sri Wahjuningsih,, M.Si. (2024) Penampilan Reproduksi Kelinci Hias Di Peternakan “Fauna Jaya”, Batu, Jawa Timur. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kelinci adalah hewan pseudoruminant monogastric yaitu hewan dengan satu lambung yang memamah biak. Ternak kelinci dipelihara sebagai ternak pedaging dan juga sebagai ternak hias. Beberapa dari jenis kelinci hias juga dipelihara sebagai kelinci pedaging. Sebagai ternak hias, kelinci dipelihara untuk dijual berdasarkan motif, jenis, dan jumlah yang ketiga aspek tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan induk dalam bereproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui performa reproduksi kelinci hias di peternakan kelinci Fauna Jaya. Penelitian dilakukan di peternakan kelinci Fauna Jaya di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur dimulai pada 12 Februari – 5 Mei 2023. Untuk mengetahui performa repdoduksi kelinci hias, variabel yang diamati adalah lama bunting, litter size, bobot lahir, mortality rate, BB 20 hari dan PBB. Variabel tersebut diharapkan dapat merepresentasikan kualitas performa reproduksi kelinci hias di peternakan kelinci Fauna Jaya secara lebih terukur dalam angka atau kuantitatif. Metode pengumpulan data dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan sebagai berikut: 1) Peternakan Kelinci Hias berada di Batu, Jawa Timur; 2) Populasi 100 ekor atau lebih; 3) Kelinci paritas 3 atau lebih; 4) Kelinci partus pada 12 Maret – 5 Mei 2023. Materi penelitian dalam pengamatan ini adalah 142 Induk Kelinci dari jenis Anggora, Australia, New Zealand, Holland, Fuzzy, dan Rex. Pengambilan data pemanenan dilakukan 20 hari setelah pengambilan pertama untuk masing-masing induk. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam rata-rata dan standard deviasi serta perhitungan koefisien keragaman. Hasil penelitian ini menunjukkan penampilan reproduksi kelinci di Peternakan Kelinci Fauna Jaya sebagai berikut: Kelinci jenis Anggora memiliki litter size paling rendah; Kelinci Australia memiliki angka kematian paling rendah dan lama bunting paling lama; Kelinci Fuzzy memiliki litter size paling banyak dibandingkan jenis lainnya; Jenis Holland memiliki bobot lahir dan BB 20 hari paling rendah serta mortality rate paling tinggi; Kelinci jenis New Zealand memiliki bobot lahir dan BB 20 hari anak paling tinggi dibanding dengan jenis lainnya, dan; Kelinci jenis Rex tercatat dengan lama bunting paling singkat. PBB anak kelinci Australia, Fuzzy dan Holland sesuai standar dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, sedangkan kelinci Anggora, New Zealand dan Rex masih belum optimal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemeliharaan kelinci di peternakan kelinci Fauna Jaya masih belum maksimal karena belum memiliki rekording secara lengkap. Dibandingkan dengan kualitas reproduksi kelinci pada beberapa penelitian,kelinci Anggora, New Zealand dan Rex masih dibawah rata-rata. Berdasarkan data hasil penelitian, dibutuhkan langkah yang tepat untuk meningkatkan performa reproduksi. Peternak dapat melakukan seleksi/culling, penggantian induk lama dengan induk baru, dan memperbaiki manajemen pakan

English Abstract

The research was conducted at Fauna Jaya rabbit farm in Bumiaji District, Batu City, East Java Province, starting from February 12th to May 5th, 2023. The aim of this research was to determine the reproductive performance of rabbits based on quantitative data variables. The variables observed in the research were gestation length, litter size, birth weight, 20 days weight, mortality rate, and DWG (Daily Weight Gain). The observed rabbit breeds were Angora, Australia, Fuzzy, Holland, New Zealand, and Rex with a total of 142 doe. Observations were made through field observation and data processing through quantitative analysis. The research results showed that Angora rabbits had the lowest litter size of 6.6 ± 1.5 offspring. Australia rabbits had the lowest mortality rate of 9.2% and the longest gestation period of 31.4 ± 0.8 days. Fuzzy rabbits had the highest litter size of 7.1 ± 1.7 offspring. Holland rabbits had the lowest birth weight and 20 days weight of 46.6 ± 4.5 and 218.8 ± 24.1 grams, respectively, also the highest mortality rate of 13.5%. New Zealand rabbits had the highest birth weight and 20 days weight of 56.0 ± 5.7 and 233.3 ± 21.1 grams, respectively. Rex rabbits had the shortest gestation period of 30.2 ± 1.1 days. Compared to previous research,the DWG of Australia, Fuzzy, and Holland rabbits did not fall below the standard, but Angora, New Zealand, and Rex rabbits were still suboptimal. The data obtained can be used to assess the performance of breeding rabbits and determine further steps to improve the quality of breeding, such as culling and improving management system.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0524050150
Uncontrolled Keywords: Rabbit, reproductive, performance
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Unnamed user with username nova
Date Deposited: 21 Mar 2024 02:43
Last Modified: 21 Mar 2024 02:43
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/217384
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
NAFRIZAL ARFIAN KURNIAWAN.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item