Pembentukan Koleksi Inti Ercis (Pisum sativum L.) Berdasarkan Identifikasi Pemisahan Aksesi Duplikat Dari Asal Wilayah Berbeda.

Alfannany., Ichsanuddin Noorsy and Dr. Budi Waluyo,, S.P., M.P. (2024) Pembentukan Koleksi Inti Ercis (Pisum sativum L.) Berdasarkan Identifikasi Pemisahan Aksesi Duplikat Dari Asal Wilayah Berbeda. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Ercis (Pisum sativum L.) merupakan tanaman legum yang penting dengan kandungan nutrisi dan nilai ekonomis yang tinggi. Ercis ditanam di berbagai daerah di Indonesia meliputi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara. Peningkatan produksi ercis melalui kegiatan pemuliaan tanaman menimbulkan masalah berupa pengelolaan aksesi menjadi kurang efisien, membutuhkan biaya yang besar dikarenakan banyaknya jumlah aksesi yang telah dikumpulkan, serta kemungkinan terdapat aksesi yang mirip, sehingga menimbulkan kerugian dalam program pemuliaan tanaman. Konsep koleksi inti yaitu set aksesi terbatas dari keseluruhan koleksi dengan pengulangan minimum dan keragaman genetik maksimum dari suatu spesies. Koleksi inti dapat berperan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan aksesi, mengurangi biaya pemeliharaan aksesi. Tujuan penelitian ini adalah untuk membentuk koleksi inti ercis (Pisum sativum L.) berdasarkan pemisahan aksesi duplikat dari asal wilayah berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2023 yang berlokasi di Jl. Pringgandani, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian eksperimen dengan rancangan percobaan berupa augmented design model 2. Bahan genetik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 80 aksesi lokal yang berasal dari Karo, Garut, Semarang, Temanggung, Batu, Probolinggo, dan Boyolali sebagai genotipe uji serta 2 varietas komersial yaitu Taichung 13 dan Berastagi sebagai genotipe cek. Pengamatan 17 karakter kuantitatif dan 12 kualitatif yang mengacu pada deskriptor CPVO (The Community Plant Variety Office) tahun 2020. Analisis data yang digunakan adalah Gower distance untuk mengukur jarak genetik antar aksesi dan menggunakan metode pengelompokan UPGMA (Unweighted Pairgroup Average Method) untuk melakukan pengelompokan aksesi. Pengolahan data dilakukan menggunakan aplikasi Microsoft Excel, sementara pengelompokan aksesi per daerah menggunakan aplikasi Past 4. Hasil dari penelitian ini menujukan aksesi duplikat terdeteksi dari aksesi yang berasal dari Garut, Semarang, dan Temanggung. Jumlah koleksi inti daerah Karo adalah 3 aksesi, jumlah koleksi inti daerah Garut adalah 13 aksesi, jumlah koleksi inti daerah Semarang adalah 17 aksesi, jumlah koleksi inti daerah Temanggung adalah 25 aksesi, jumlah koleksi inti daerah Boyolali adalah 6 aksesi, jumlah koleksi inti daerah Batu adalah 4 aksesi, dan jumlah koleksi inti daerah Probolinggo adalah 3 aksesi.

English Abstract

Pea (Pisum sativum L.) is an important legume crop with high nutritional content and economic value. Pea is grown in various regions in Indonesia including West Java, East Java, and North Sumatra. Increasing pea production through plant breeding activities creates problems in the form of accession management being less efficient, requiring large costs due to the large number of accessions that have been collected, and the possibility of similar accessions, causing losses in plant breeding programs. The core collection concept is a limited set of accessions from the entire collection with minimum repetition and maximum genetic diversity of a species. The core collection can play a role in improving the efficiency of accession management, reducing the cost of maintaining accessions. The aim of this study was to form a core collection of pea (Pisum sativum L.) based on the separation of duplicate accessions from different regional origins. This research was conducted from March to June 2023 at Jl. Pringgandani, Tlogomas Village, Lowokwaru District, Malang City, East Java. The genetic material used in this study consisted of 80 local accessions from Karo, Garut, Semarang, Temanggung, Batu, Probolinggo, and Boyolali as test genotypes and 2 commercial varieties, Taichung 13 and Berastagi as check genotypes. Observations of 17 quantitative and 12 qualitative characters referring to the CPVO (The Community Plant Variety Office) descriptors in 2020. The data analysis used was Gower distance to measure the genetic distance between accessions and using the UPGMA (Unweighted Pairgroup Average Method) clustering method to group accessions. Data processing was carried out using the Microsoft Excel application, while the grouping of accessions per region used the Past 4 application. The results of this study indicate that duplicate accessions were detected from accessions originating from Garut, Semarang, and Temanggung. The number of core collections from Karo region is 3 accessions, the number of core collections from Garut region is 13 accessions, the number of core collections from Semarang region is 17 accessions, the number of core collections from Temanggung region is 25 accessions, the number of core collections from Boyolali region is 6 accessions, the number of core collections from Batu region is 4 accessions, and the number of core collections from Probolinggo region is 3 accessions.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0524040093
Divisions: Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian
Depositing User: Unnamed user with username nova
Date Deposited: 19 Feb 2024 07:03
Last Modified: 19 Feb 2024 07:03
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/216144
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
ICHSANUDDIN NOORSY ALFANNANY.pdf
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Actions (login required)

View Item View Item