Perbedaan Ekspresi Biomarker Protein TGF-B3 pada Kejadian Sumbing Bibir dan Langit - Langit di NTT dan Non-NTT di Indonesia.

Tiara, Elisa Diva and dr.Lulik Inggarwati, Sp.B, Sp.BA (K) and Dr. dr. Herman Yosef Limpat Wihastyoko, Sp.BPRE( K). (2024) Perbedaan Ekspresi Biomarker Protein TGF-B3 pada Kejadian Sumbing Bibir dan Langit - Langit di NTT dan Non-NTT di Indonesia. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Latar Belakang : Data prevalensi dari sumbing secara global yaitu 1 banding 700, dimana posisi tertinggi diduduki oleh Benua Asia yakni 1.57 per 1000 angka kelahiran. Sementara di Indonesia, posisi tertinggi diduduki oleh Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan angka kejadian menyentuh angka 6-9 per 1.000 penduduk. Rusaknya struktur gen TGF- β3 bisa berakibat pada tidak seimbangnya mekanisme seluler yang bisa mengarahkan kepada kondisi timbulnya sumbing bibir dan langit-langit. Tujuan : Mengidentifikasi ketidaksamaan ekspresi TGF- β3 pada kejadian CLP di Nusa Tenggara Timur dan Non-Nusa Tenggara Timur di Indonesia. Metode : Riset ini masuk ke dalam jenis riset observasional analitik dengan studi cross sectional. Uji-T independent diselenggarakan untuk menemukan perbedaan signifikan dari antara kadar TGF-β3 pada ras NTT dan non NTT. Hasil dan Pembahasan : Perolehan riset ini menginterpretasikan tidak terdapat ketidaksamaan yang berarti (p< 0,05) atau tidak substansial antara sampel NTT dan non NTT. Teridentifikasi menurunnya ekspresi TGF-β3 pada kedua sampel riset. Ketidaksamaan yang berarti menginterpretasikan bahwa ekspresi TGF- β3 pada kejadian CLP pada NTT dan non NTT tidak dipengaruhi oleh area endemik dan non-endemik. Kesimpulan : Kadar TGF- β3 dalam sampel NTT tidak lebih rendah daripada sampel non NTT. Saran : Perolehan riset menyajikan kesempatan untuk mengkaji lebih lanjut supaya bisa mengemukakan lebih jelas tentang dampak dari TGF- β3 dan disertai dengan taraf kecacatan genetik sumbing bibir dan langit-langit di Indonesia.

English Abstract

Introduction: The global prevalence data of cleft lips 1 to 700, with the highest incidence observed on the Asian continent, specifically 1.57 per 1000 people born. Meanwhile, in Indonesia, the highest prevalence is found in East Nusa Tenggara (NTT), with an incidence rate of 6-9 per 1000 population. The disruption of the TGF- β3 gene structure may lead to unbalanced cellular mechanisms that can result in cleft lip and palate conditions. Objective: To identify the differential expression of TGF- β3 in the incidence of CLP in East Nusa Tenggara and Non-East Nusa Tenggara in Indonesia. Method: This research is included in the type of analytical observational research with a crosssectional study design. Independent T-test was conducted to find out the significant differences in TGF- β3 levels between the NTT (East Nusa Tenggara) and the non-NTT ethnic groups. Research Findings and Discussion: The results of this research interpreted that there was no significant difference (p< 0,05) or not substantial between the NTT (East Nusa Tenggara) and the non-NTT samples. A decrease in TGF- β3 expression was identified in both research samples. The lack of significant difference implied that TGF- β3 expression in the incidence of CLP in both NTT and non-NTT was not influenced by endemic and non-endemic areas. Conclusion: The TGF- β3 levels in the NTT (East Nusa Tenggara) sample were not lower than those in the non-NTT sample. Suggestion: The result of this research provide an opportunity for further research to establish more clearly about the impact of TGF- β3, along with the degree of genetic disability to cleft lip and palate in Indonesia.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0524060089
Divisions: Fakultas Kedokteran > Pendidikan Dokter
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 21 Feb 2024 03:13
Last Modified: 21 Feb 2024 03:13
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/215919
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Elisa Diva Tiara.pdf
Restricted to Registered users only

Download (14MB)

Actions (login required)

View Item View Item