Pengaruh Model Tumpang Sari terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dan Legum Kembang Telang (Clitoria ternatea L.) pada Defoliasi Pertama.

Wahyudi, Nian Nur and Prof. Ir. Ifar Subagiyo,, M.Agr.St., Ph.D. (2024) Pengaruh Model Tumpang Sari terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dan Legum Kembang Telang (Clitoria ternatea L.) pada Defoliasi Pertama. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Upaya penyediaan Hijauan Pakan Ternak (HPT) baik secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas sebagai aspek penentu keberhasilan dalam usaha peternakan belum terselesaikan dengan optimal. Minimnya ketersediaan lahan produktif dan biaya pemupukan menjadi salah satu faktor pembatas. Salah satu alternatif efisiensi penggunaan lahan terbatas, efektivitas pemupukan N-anorganik, dan peningkatan produktivitas HPT dapat dicapai dengan penerapan model tumpang sari (TS) antara graminae dengan leguminosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model TS terhadap pertumbuhan dan produktivitas rumput gajah (P. purpureum) dan legum kembang telang (C. ternatea L.) pada defoliasi pertama serta nilai efisiensi lahan. Penelitian ini dilaksanakan di areal kandang Laboratorium Lapang Peternakan Sumber Sekar dan lahan Teaching Farm Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya pada bulan Juni hingga November 2022. Materi dalam penelitian ini adalah rumput gajah dan legum kembang telang yang ditanam secara monokultur dan tumpang sari. Penelitian menggunakan metode eksperimen lapangan dengan desain Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yakni model TS, tersusun atas 4 perlakuan (treatment) dan 4 kelompok/blok sebagai ulangan sehingga didapatkan 16 unit petak percobaan. Adapun perlakuan dalam penelitin ini adalah P0 (monokultur rumput gajah), P1 (monokultur legum telang), P2 (TS rumput gajah dengan legum telang rasio 4:1), dan P3 (TS rumput gajah dengan legum telang rasio 3:2). Variabel pengamatan terbagi atas pertumbuhan (tinggi tanaman, panjang tanaman, dan jumlah daun) sampai umur 84 HST serta produktivitas (biomassa BK, biomassa BO, dan biomassa PK di bagian daun, batang, dan total aerial tanaman; nisbah daun batang serta nisbah kesetaraan lahan) umur 90 HST. Analisis data menggunakan regresi nonlinier sederhana (eksponensial) untuk pertumbuhan; sedangkan produktivitas diolah dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan apabila terdapat perbedaan nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menjelaskan bahwa laju pertumbuhan (growth rate) tidak menunjukkan perbedaan antar perlakuan dengan nilai koefisien regresi relatif sama pada seluruh parameter pertumbuhan. Model regresi menunjukkan umur penanaman (HST) berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pertumbuhan (tinggi tanaman, panjang tanaman, dan jumlah daun). Hasil analisis ragam terhadap parameter produktivitas menunjukkan biomassa BK daun dengan rataan 1,96±1,86 ton/ha/panen; biomassa BK batang tertinggi yaitu P0 (4,94±4,01), P2 (4,23±2,32), dan P3 (2,66±0,63) ton/ha/panen; biomassa BK total aerial tertinggi yaitu P0 (8,38± 5,37) dan P3 (6,02±2,73) ton/ha/panen; biomassa BO daun dengan rataan 1,74±1,64 ton/ha/ panen; biomassa BO batang tertinggi yaitu P0 (4,44±3,64), P2 (3,89±2,15), dan P3 (2,45± 0,61) ton/ha/panen; biomassa BO total aerial tertinggi yaitu P0 (7,48±4,82), P2 (5,47±2,50), dan P3 (4,02±0,91) ton/ha/panen; biomassa PK daun dengan rataan 0,26±0,23 ton/ha/panen; biomassa PK batang dengan rataan 0,17±0,14 ton/ha/panen; dan biomassa PK total aerial dengan rataan 0,43±0,30 ton/ha/panen. Hasil nisbah daun batang rumput gajah dengan rataan 0,64±0,44; rataan nisbah daun batang legum kembang telang 1,28±0,64; dan rataan nisbah kesetaraan lahan 1,08±0,62. Disimpulkan bahwa penerapan model tumpang sari rumput gajah dan legum kembang telang tidak menunjukkan perbedaan laju pertumbuhan dan nilai efisiensi lahan atau NKL antar perlakuan. Perlakuan P2 memberikan produksi biomassa BK dan BO total tanaman yang sama dengan P0 maupun P3. Kombinasi model tumpang sari perlakuan P2 dapat disarankan untuk diimplementasikan untuk mendapatkan produksi biomassa BK dan BO per unit lahan yang setara dengan produksi biomassa BK dan BO pada monokultur rumput gajah (P0). Peningkatan proporsi substitusi leguminosa pada petak tumpang sari diharapkan dapat memberikan hasil berbeda dibandingkan petak monokultur rumput gajah (P0).

English Abstract

The purpose of this research was to determine the effect of intercropping on the growth and productivity of elephant grass and butterfly pea during the first defoliation, as well as to evaluate the land equivalent ratio. The materials used in this study were stem cuttings of elephant grass and seedlings of butterfly pea, planted in both monoculture and intercropping systems. The experimental method was conducted as a field experiment using a Randomized Complete Block Design (RCBD) with four treatments and four groups/blocks, resulting in a total of 16 trial plot units. Each plot had a size of 4x5 m2 and was planted with 30 plants spaced at 80x100 cm. The trial treatments included P0 (elephant grass monoculture), P1 (butterfly pea monoculture), P2 (intercropping of elephant grass with butterfly pea in a 4:1 ratio), and P3 (intercropping of elephant grass with butterfly pea in a 3:2 ratio). The observed parameters encompassed growth metrics (plant height, plant length, and number of leaves) and productivity indices (DM biomass, OM biomass, and CP biomass for leaves, stems, and total aerials). Additional parameters were leaf-to-stem ratio (LSR) and land equivalent ratio (LER). Data analysis involved nonlinier regression (exponential) for growth parameters and Analysis of Variance (ANOVA) for productivity parameters. In cases where a significant effect was identified, Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) was applied to compare treatment means. The trial results indicated that the growth rates among treatments were relatively similar. However, intercropping had a significant effect on the productivity of dry matter biomass dan organic matter biomass for stems and total aerials. In conclusion, this trial suggests that the intercropping model didn’t differ in terms of growth rate and LER. Specifically, the P2 treatment demonstrated an equivalent total production of dry matter biomass and organic matter biomass compared to treatments P0 and P3.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0524050027
Uncontrolled Keywords: Pennisetum purpureum, Clitoria ternatea L., intercropping
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Unnamed user with username nova
Date Deposited: 02 Feb 2024 08:31
Last Modified: 02 Feb 2024 08:31
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/214247
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
NIAN NUR WAHYUDI.pdf
Restricted to Registered users only

Download (6MB)

Actions (login required)

View Item View Item