Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Pasta Bawang Putih dengan Pedekatan Metode EPQ (Economic Production Quantity) dan MRP (Material Requirement Planning) di CV. Samara Micron, Kota Bandung, Jawa Barat

Apriliana, Dita Ayu and Aunur Rofiq Mulyarto, STP, M.Sc and Dr. Retno Astuti, STP, MT (2023) Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Pasta Bawang Putih dengan Pedekatan Metode EPQ (Economic Production Quantity) dan MRP (Material Requirement Planning) di CV. Samara Micron, Kota Bandung, Jawa Barat. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Bawang putih adalah salah satu komoditas yang dimanfaatkan sebagai bumbu masakan dengan tingkat konsumsi di Indonesia mencapai 560 ton per tahun (BPS, 2020). CV. Samara Micron adalah perusahaan pengolahan bumbu yang berlokasi di Kota Bandung, produk dengan permintaan tertingginya adalah pasta bawang putih. Kendala yang dialami CV. Samar Micron adalah kekurangan bahan baku untuk produksi akibat persediaan yang kurang dan penurunan kualitas bahan baku akibat jumlah bahan baku yang lebih. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jumlah produksi optimal dengan metode EPQ (Economic Production Quantity) untuk mengoptimalkan biaya persediaan, merencakanan kebutuhan bahan baku dengan metode MRP (Material Requirement Planning) dan membandingkan total biaya persediaan aktual dengan metode EPQ dan MRP. Metode EPQ digunakan untuk menentukan jumlah produksi optimal, sedangkan metode MRP digunakan untuk menghitung kebutuhan bahan baku. Kedua metode tersebut diintegrasikan melalui penentuan ukuran lot dari hasil EPQ dan diturunkan menjadi perencanaan kebutuhan bahan baku yang disesuaikan dengan Bill of Materials (BOM). Perhitungan EPQ menghasilkan jumlah produksi optimal pasta bawang putih 781 kg/siklus produksi yang diproduksi selama 6 hari/siklus produksi dan interval waktu produksi 26 hari/siklus produksi. Selama 1 tahun dihasilkan 12 kali siklus produksi. Hasil EPQ digunakan sebagai ukuran lot MRP dan menghasilkan persediaan 600 kg bawang putih, 165 kg air, 50 kg garam dan 25 kg asam askorbat. Total biaya persediaan aktual menghasilkan biaya sebesar Rp 2.098.772,-, dengan total biaya pemesanan sebesar Rp. 1.083.720,- dan biaya penyimpanan sebesar Rp. 1.015.052,- Perhitungan biaya persediaan dengan pendekatan metode EPQ dan MRP menghasilkan total biaya persediaan yaitu sebesar Rp. 11.023.167,- biaya pemesanan Rp. 315.264,- sebesar dan biaya penyimpanan sebesar Rp 707.904,-. Selisih total biaya persediaan metode aktual dengan EPQ dan MRP adalah sebesar Rp.1.075.604,- yang berarti pendekatan EPQ mampu menurunkan biaya sebanyak 48,75%. Hal yang perlu dilakukan CV. Samara Micron dalam penerapan metode EPQ dan MRP yaitu memperhatikan umur simpan bahan baku serta penanganan penyimpanannya guna mendukung penyimpanan bahan baku dan kapasitas produksi harian yang optimal.

English Abstract

Garlic is one of the commodities used as a cooking spice with consumption levels in Indonesia reaching 560 tons per year (BPS, 2020). CV. Samara Micron is a spice processing company located in Bandung City, the product with the highest demand is garlic paste. The obstacles experienced by CV. Samar Micron is a shortage of raw materials for production due to insufficient inventory and a decrease in the quality of raw materials due to excess quantities of raw materials. The aim of this research is to determine the optimal production quantity using the EPQ (Economic Production Quantity) method to optimize inventory costs, planning raw material requirements using the MRP (Material Requirement Planning) method and comparing the actual total inventory costs using the EPQ and MRP methods. The EPQ method is used to determine optimal production quantities, while the MRP method is used to calculate raw material requirements. These two methods are integrated through determining the lot size from the EPQ results and reducing it to planning raw material requirements which are adjusted to the Bill of Materials (BOM). The EPQ calculation produces an optimal production amount of garlic paste of 781 kg/production cycle which is produced for 6 days/production cycle and a production time interval of 26 days/production cycle. During 1 year, 12 production cycles are produced. The EPQ results were used as the MRP lot size and resulted in an inventory of 600 kg of garlic, 165 kg of water, 50 kg of salt and 25 kg of ascorbic acid. The total actual inventory costs produce a cost of Rp. 2,098,772,-, with a total ordering cost of Rp. 1,083,720,- and a storage cost of Rp. 1,015,052,- Calculation of inventory costs using the EPQ and MRP method approach produces a total inventory cost of Rp. Rp. 11,023,167,- ordering costs Rp. 315,264,- and storage costs Rp. 707,904,-. The difference in total inventory costs between the actual method and EPQ and MRP is IDR 1,075,604, which means the EPQ approach is able to reduce costs by 48.75%. What CVs need to do. Samara Micron in implementing the EPQ and MRP methods pays attention to the shelf life of raw materials and storage handling to support optimal storage of raw materials and daily production capacity.

Item Type:	Thesis (Sarjana)
Identification Number:	052310
Uncontrolled Keywords:	Bawang Putih, EPQ, MRP, Pengendalian Persediaaan Bahan Baku-EPQ, Garlic, MRP, Raw Material Inventory Control
Divisions:	Fakultas Teknologi Pertanian > Teknologi Industri Pertanian
Depositing User:	soegeng sugeng
Date Deposited:	30 Jan 2024 03:25
Last Modified:	30 Jan 2024 03:25
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/213567

Text (DALAM MASA EMBARGO) Dita Ayu Apriliana.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB)

Actions (login required)

View Item