Pengaruh Proporsi Komposisi Bekatul Dan Dolomit Dalam Pembuatan Baglog Dari Bagasse Limbah Industri Gula Pada Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

Tribotariano, Jonathan and Nimas Mayang Sabrina S, STP., MP., PhD and Sakunda Anggarini, STP, MP, M.Sc, Ph.D (2023) Pengaruh Proporsi Komposisi Bekatul Dan Dolomit Dalam Pembuatan Baglog Dari Bagasse Limbah Industri Gula Pada Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pada umumnya, serat utama yang digunakan oleh petani jamur adalah serbuk kayu Sengon. Namun, saat ini dilaporkan terjadi kelangkaan dari serbuk gergaji kayu salah satunya adalah serbuk kayu Sengon. Karena itu, penggunaan bagasse tebu sebagai salah satu substrat pengganti serbuk gergaji dalam pembuatan media tanam jamur sangat berpotensi. Bagasse tebu memiliki beberapa kandungan yang diperlukan bagi pertumbuhan jamur yaitu berupa lignin (32,4%), hemiselulosa (23,24%) serta selulosa (42,26%) (Noerati et al., 2018). Selain substrat, terdapat bahan pendukung lainnya dari pembuatan baglog untuk pertumbuhan jamur tiram yaitu bekatul dan dolomit, dimana masing-masing memiliki fungsi tertentu dalam pertumbuhan jamur tiram putih. Bekatul berfungsi sebagai sumber nutrisi karena terdapat beberapa kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, vitam serta mineral seperti kalium dan fosfor yang digunakan bagi jamur tiram untuk tumbuh. Dolomit merupakan kapur dengan dua mineral penting bagi pertumbuhan jamur tiram putih yaitu kalsium dan magnesium yang berfungsi sebagai pembentuk sel, transportasi nutrisi serta penjaga kestabilan kondisi baglog. Oleh karena itu pada penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh dari pemberian proporsi bekatul dan dolomit. Selain itu mengetahui kombinasi proprosi komposisi dolomit dan bekatul yang tepat terhadap proses pembuatan baglog dari limbah bagasse tebu untuk menghasilkan jamur tiram putih terbaik. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu variasi proporsi penambahan bekatul (10%, 15%, 20%) dan proporsi penambahan dolomit (1%, 2%, 3%). Parameter yang dianalisa meliputi laju pertumbuhan miselium, jumlah badan buah, diameter tudung, berat badan buah, kadar air dan kadar abu. Semua data yang didapatkan pada penelitian ini dianalisis dengan metode ANOVA dua arah (two-way ANOVA) dengan taraf signifikansi 5%. Jika terdapat hasil yang signifikan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Untuk penentuan perlakuan terbaik dari penelitian ini dilakukan analisis menggunakan Multiple Attribute Decision Making (MADM) Zeleny. Hasil dari penelitian memperlihatkan pengaruh pemberian variasi proporsi bekatul dan dolomit, dimana tidak berpengaruh secara signifikan terhadap beberapa parameter seperti lama pertumbuhan miselium, jumlah badan buah dan kadar air, namun berpengaruh pada parameter diameter tudung, berat basah badan buah dan kadar abu. Penentuan perlakuan terbaik dilakukan dengan metode MADM Zeleny dan menghasilkan perlakuan terbaik pada B3D2 (Bekatul 20%, Dolomit 2%). Perlakuan terbaik memiliki pertumbuhan miselium 33,3 HSI, jumlah badan buah 8,165 buah, diameter tudung 6,683 cm, berat basah badan buah 173,667 gr, kadar air jamur 89,028% dan kadar abu 8,717%. Berdasarkan hasil tersebut, mesikupun jumlah badan buah dibawah rerata tetapi parameter lainnya menghasilkan nilai diatas rerata.

English Abstract

In general, the main fiber used by mushroom farmers is Sengon sawdust. However, there is currently a reported scarcity of wood sawdust, one of which is Sengon sawdust. Therefore, the use of sugarcane bagasse as a substitute substrate for sawdust in making mushroom growing media has great potential. Sugarcane bagasse has several contents needed for mushroom growth, namely lignin (32.4%), hemicellulose (23.24%) and cellulose (42.26%) (Noerati et al., 2018). In addition to the substrate, there are other supporting materials for making baglogs for oyster mushroom growth, namely rice bran and dolomite, each of which has a specific function in the growth of white oyster mushrooms. Bran serves as a source of nutrients because there are several nutritional contents such as carbohydrates, proteins, vitamins and minerals such as potassium and phosphorus which are used for oyster mushrooms to grow. Dolomite is a lime with two important minerals for the growth of white oyster mushrooms, namely calcium and magnesium, which function as cell formers, nutrient transporters and maintainers of baglog condition stability. Therefore, this study aims to evaluate the effect of giving the proportion of rice bran and dolomite. In addition, knowing the right combination of dolomite and bran composition proportions for the process of making baglogs from sugarcane bagasse waste to produce the best white oyster mushrooms. The experimental design used in this study is a Randomized Group Design (RAK) with 2 factors, namely variations in the proportion of rice bran addition (10%, 15%, 20%) and the proportion of dolomite addition (1%, 2%, 3%). The parameters analyzed included mycelium growth rate, number of fruiting bodies, hood diameter, fruiting body weight, moisture content and ash content. All data obtained in this study were analyzed using the two-way ANOVA method with a significance level of 5%. If there were significant results, it was followed by Duncan's Multiple Range Test (DMRT). To determine the best treatment of this study was analyzed using Zeleny's Multiple Attribute Decision Making (MADM). The results of the study showed the effect of varying the proportion of rice bran and dolomite, which did not significantly affect several parameters such as the length of mycelium growth, number of fruiting bodies and water content. However, it affected the parameters of hood diameter, wet weight of fruit bodies and ash content. Determination of the best treatment was carried out using the MADM Zeleny method and resulted in the best treatment in B3D2 (20% Bran, 2% Dolomite). The results of the treatment are as follows: mycelium growth time 33.3 HSI, number of fruit bodies 8.165, hood diameter 6.683 cm, wet weight of fruit bodies 173.667 gr, mushroom water content 89.028% and ash content 8.717%. Based on these results, even though the number of fruiting bodies is below average, other parameters produce values above average.

Item Type:	Thesis (Sarjana)
Identification Number:	052310
Uncontrolled Keywords:	Bagasse Tebu, Bekatul, Dolomit, Jamur Tiram Putih, Sugarcane Bagasse, Rice Bran, Dolomite, White Oyster Mushroom
Divisions:	Fakultas Teknologi Pertanian > Teknologi Industri Pertanian
Depositing User:	Annisti Nurul F
Date Deposited:	18 Jan 2024 00:57
Last Modified:	18 Jan 2024 00:57
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/211458

Text (DALAM MASA EMBARGO) Jonathan Tribotariano.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2025. Download (4MB)

Actions (login required)

View Item