Pengaruh Pemberian Benzyl Amino Purine (BAP) dan Naphtalene Acetic Acid (NAA) Pada Media In Vitro Terhadap Pertumbuhan Dan Kandungan Mentol Planlet Tanaman Peppermint (Mentha piperita).

Hasibuan, Hana Syifa Salsabila and Dr. Anna Satyana Karyawati, SP.,MP and Dr. Mochammad Roviq, SP., MP (2023) Pengaruh Pemberian Benzyl Amino Purine (BAP) dan Naphtalene Acetic Acid (NAA) Pada Media In Vitro Terhadap Pertumbuhan Dan Kandungan Mentol Planlet Tanaman Peppermint (Mentha piperita). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman obat memiliki nilai yang tinggi di pasaran salah satunya adalah tanaman peppermint. Terdapat beberapa kandungan dalam tanaman peppermint yang dapat dikembangkan yaitu sebagai antibakteri, antifungi, dan antivirus. Kebutuhan akan tanaman peppermint yang semakin tinggi belum diimbangi dengan produksi dari tanaman peppermint di Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan data bahwa peppermint yang dibudidayakan di Indonesia hanya mencapai 10-25% dari tingkat produksi yang dihasilkan di sentra produksi utamanya. Tanaman peppermint di Indonesia biasanya diperbanyak secara vegetatif. Perbanyakan secara generatif biasanya tidak dilakukan karena tanaman peppermint sulit untuk berbunga di Indonesia Perbanyakan secara vegetatif biasanya dilakukan dengan cara stek. Namun, perbanyakan dengan cara stek jika terus-menerus digunakan akan mengaakumulasikan penyakit sistemik terutama virus. Oleh karena itu, perbanyakan tanaman peppermint dengan cara vegetatif yang efektif adalah secara in vitro. Perbanyakan tanaman peppermint secara in vitro akan menghasilkan planlet yang baik maka tidak lepas dari persoalan kecukupan nutrisi di dalam media dan juga hormon. Pemberian hormon dapat memacu terbentuknya tunas dan akar. Selain itu, pemberian hormon juga dapat meningkatkan kandungan metabolit sekunder dari planlet khususnya mentol pada tanaman peppermint. Hormon sitokinin dan auksin merupakan hormon yang dapat diberikan untuk tanaman peppermint. Jenis hormon sitokinin yang dapat digunakan adalah Benzyl Amino Purine (BAP) dan hormon auksin yang dapat digunakan adalah Naphtalena Acetic Acid (NAA). Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2023 hingga bulan Mei 2023 di Laboratorium Kultur Jaringan dan Laboratorium Fisiologi Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol kultur, gelas beaker, cawan petri, pH meter, LAFC (Laminar Air Flow Cabinet), microwave, pinset, scalpel, timbangan analitik, pipet, bola hisap, hot plate and magnetic stirer, rak kultur, autoklaf, spektrofotometer, plastik, dan bunsen. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan stok, sukrosa, agar, hormon BAP, hormon NAA, aquades steril, deterjen, bakterisida, fungisida, klorox, alcohol 70%, alcohol 90%, spiritus, etanol 96%, asam sulfat 98%, dan salisilaldehida 1%. Penelitian ini disusun secara non faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 10 kombinasi konsentrasi ZPT BAP dan NAA yang masing-masing diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 30 unit percobaan. Masing-masing unit percobaan terdiri atas 3 botol kultur dengan dua eksplan setiap botol, sehingga total eksplan berjumlah 180 eksplan. Variabel pengamatan yang diamati adalah persentase hidup, waktu muncul tunas, waktu muncul akar, waktu muncul daun, jumlah tunas, jumlah akar, jumlah daun, panjang tunas, panjang akar, dan kandungan mentol pada planlet. Data yang didapat akan dilakukan uji ANOVA dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan BAP dan NAA pada berbagai kombinasi konsentrasi memiliki pengaruh yang nyata. Pada penambahan BAP 3,0 ppm + NAA 0,1 ppm pada media kultur in vitro peppermint menghasilkan waktu muncul tunas, jumlah tunas, jumlah daun, panjang tunas, dan kandungan mentol yang lebih baik jika dibandingkan dengan penambahan BAP dan NAA pada berbagai kombinasi konsentrasi lainnya.

English Abstract

Medicinal plants have a high value in the market, one of which is the peppermint plant. There are several ingredients in the peppermint plant that can be developed, namely as antibacterial, antifungal, and antiviral. The growing need for peppermint plants has not been matched by the production of peppermint plants in Indonesia. This is in accordance with data that peppermint cultivated in Indonesia only reaches 10-25% of the production level produced in its main production centers. Peppermint plants in Indonesia are usually propagated vegetatively. Generative propagation is usually not done because peppermint plants are difficult to flower in Indonesia. Vegetative propagation is usually done by cuttings. However, propagation by cuttings if continuously used will accumulate systemic diseases, especially viruses. Therefore, the effective vegetative propagation of peppermint is in vitro. Peppermint plant propagation in vitro will produce good plantlets, so it cannot be separated from the problem of adequacy of nutrients in the media and also hormones. Giving hormones can stimulate the formation of shoots and roots. In addition, giving hormones can also increase the content of secondary metabolites from plantlets, especially menthol in peppermint plants. Cytokinin and auxin hormones are hormones that can be given to peppermint plants. The type of cytokinin hormone that can be used is Benzyl Amino Purine (BAP) and the auxin hormone that can be used is Naphthalene Acetic Acid (NAA). The research was conducted from April 2023 to May 2023 at the Tissue Culture Laboratory and Plant Physiology Laboratory, Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University. The tools used in this study were culture bottles, beakers, petri dishes, pH meters, LAFC (Laminar Air Flow Cabinet), microwave, tweezers, scalpels, analytical scales, pipettes, suction balls, hot plates and magnetic stirrers, culture racks, autoclave, spectrophotometer, plastic, and bunsen. The materials used in this study were stock solutions, sucrose, agar, BAP hormones, NAA hormones, sterile distilled water, detergents, bactericidal, fungicides, chlorox, 70% alcohol, 90% alcohol, spirits, ethanol 96%, sulfuric acid 98%, and salicylaldehyde 1%. This study was arranged in a non�factorial manner using a completely randomized design (CRD). The treatment consisted of 10 concentration combinations of BAP and NAA, each of which was repeated 3 times, so that 30 experimental units were obtained. Each experimental unit consisted of 3 culture bottles with two explants per bottle, bringing a total of 180 explants. The observed variables were survival percentage, time of shoot emergence, time of root appearance, time of leaf appearance, number of shoots, number of roots, number of leaves, shoot length, root length, and menthol content in plantlets. The data obtained will be carried out with an ANOVA test with a level of 5%. The results shows that the addition of BAP and NAA to various concentration combinations had a significant effect. The addition of 3.0 ppm BAP + 0.1 ppm NAA to peppermint in vitro culture media resulted in better shoot emergence time, number of shoots, number of leaves, shoot length, and menthol content when compared to the addition of BAP and NAA at various concentration combinations other

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052304
Divisions: Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian
Depositing User: Unnamed user with username ihwan
Date Deposited: 15 Jan 2024 04:53
Last Modified: 15 Jan 2024 04:53
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/210095
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Hana Syifa Salsabila Hasibuan.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item