Pengaruh Variasi Konsentrasi Sekam Padi dan Dolomit Dalam Pembuatan Baglog Dari Bagasse Tebu Terhadap Kualitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus).

Darrel Jonathan, Geraldo and Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP, PhD and Sakunda Anggarini, STP, MP, MSc, PhD. (2023) Pengaruh Variasi Konsentrasi Sekam Padi dan Dolomit Dalam Pembuatan Baglog Dari Bagasse Tebu Terhadap Kualitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dipengaruhi oleh komposisi media tumbuh jamur dan unsur pertumbuhan jamur yang berupa kadar air, pH, suhu, dan kelembaban. Pada tahun 2021 terjadi penurunan dari produksi jamur tiram yang disebabkan oleh kelangkaan serbuk kayu. Bagasse merupakan ampas tebu hasil dari produksi gula yang menjadi bahan baku alternatif dalam pembuatan baglog sebagai media pertumbuhan jamur. Bagasse memiliki 46 - 52% kadar air, 44 - 52% serat, sekitar 2 - 6% padatan terlarut dari proses pemerasan tebu, lignin sebesar 11%, hemiselulosa sebesar 33%, dan selulosa sebesar 40% yang diperlukan dalam pertumbuhan jamur. Dolomit (MgCa(CO3)2) merupakan jenis batu kapur yang digunakan dalam budidaya pada sektor pertanian dan mengandung kalsium karbonat (CaCO3) serta magnesium karbonat (MgCO3) sebagai aktivator enzim. Sekam padi ditambahkan dalam proses pembuatan baglog untuk meningkatkan kandungan serat dan lignoselulosa dalam tumbuh kembang jamur tiram. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh konsentrasi penambahan sekam padi, dolomit, dan interaksinya terhadap kualitas jamur tiram putih dan menganalisis kombinasi konsentrasi penambahan sekam padi dan dolomit yang tepat terhadap proses pembuatan baglog dari bagasse tebu untuk menghasilkan jamur tiram putih dengan kualitas terbaik. Metode penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor dan 3 level pada setiap faktor. Faktor pertama yaitu penambahan sekam padi (Faktor S) sebanyak 10%, 15%, dan 20%. Kemudian faktor kedua yaitu penambahan dolomit (Faktor D) sebanyak 1%, 2%, dan 3%. Kedua faktor tersebut akan menghasilkan 9 perlakuan yang berbeda dan 1 kontrol dengan 3 kali pengulangan yang menghasilkan 30 unit percobaan. Parameter yang diuji meliputi pertumbuhan miselium, jumlah badan buah, diameter tudung jamur, berat segar jamur, kadar air jamur, dan kadar abu jamur. Analisis data menggunakan metode analisis variansi dua arah atau two-way ANOVA (Analysis of Variances) dengan taraf signifikansi 5% dan perangkat lunak yang digunakan yaitu IBM SPSS Statistics Version 25. Pengujian akan dilanjutkan dengan metode Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui perlakuan dengan pengaruh yang berbeda, Kemudian metode Multiple Attribute Zeleny digunakan untuk mengevaluasi kombinasi perlakuan yang memiliki hasil terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi dolomit memiliki pengaruh signifikan terhadap durasi pertumbuhan miselium, kadar air jamur, dan kadar abu jamur. Penambahan dolomit meningkatkan kandungan Ca dan Mg yang berperan sebagai nutrisi tambahan, aktivator enzim, dan dapat menstabilkan pH baglog. Sedangkan penambahan sekam padi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas jamur tiram. Hal ini karena konsentrasi sekam padi akan meningkatkan kandungan silika yang juga berperan sebagai nutrisi tambahan, namun jika jumlahnya terlalu banyak maka dapat memperlambat degradasi lignoselulosa. Kemudian terdapat interaksi antara kedua faktor penambahan sekam padi dan dolomit dalam pengujian jumlah badan jamur pada panen kedua. Berdasarkan metode Zeleny, perlakuan terbaik dari hasil uji parameter adalah dengan konsentrasi penambahan sekam padi sebesar 15% dan dolomit sebesar 1% atau perlakuan S2D1.

English Abstract

The growth of white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) is influenced by the composition of the mushroom growing media and the elements of mushroom growth in the form of water content, pH, temperature, and humidity. In 2021 there will be a decline in oyster mushroom production due to a scarcity of sawdust. Bagasse is produced from sugar production, an alternative raw material in making baglog as a medium for mushroom growth. Bagasse has 46 - 52% moisture content, 44 - 52% fiber, about 2 - 6% dissolved solids from the sugarcane pressing process, 11% lignin, 33% hemicellulose, and 40% cellulose which is needed for mushroom growth. Dolomite (MgCa(CO3)2) is a type of limestone used in cultivation in the agricultural sector and contains calcium carbonate (CaCO3) and magnesium carbonate (MgCO3) as enzyme activators. Rice husk is added in the process of making baglog to increase the content of fiber and lignocellulosic in the growth and development of oyster mushrooms. This study aims to evaluate the effect of the concentration of adding rice husk, dolomite, and their interaction on the quality of white oyster mushrooms and to analyze the appropriate combination of concentrations of adding rice husk and dolomite to the process of making baglog from sugarcane bagasse to produce white oyster mushrooms with the best quality. The research method used was a randomized block design (RBD) with 2 factors and 3 levels for each factor. The first factor is the addition of rice husk (Factor S) as much as 10%, 15% and 20%. Then the second factor is the addition of dolomite (Factor D) as much as 1%, 2%, and 3%. These two factors will produce 9 different treatments and 1 control with 3 repetitions which results in 30 experimental units. Parameters tested included mycelium growth, number of fruiting bodies, mushroom cap diameter, fresh weight of mushrooms, mushroom moisture content, and mushroom ash content. Data analysis used the two-way ANOVA (Analysis of Variances) method with a significance level of 5% and the software used was IBM SPSS Statistics Version 25. The test will continue with Duncan's Multiple Range Test (DMRT) method to determine the treatment with different effects, then the Multiple Attribute Zeleny method is used to evaluate the treatment combination that has the best results. The results showed that dolomite concentration had a significant effect on the duration of mycelium growth, mushroom moisture content, and mushroom ash content. The addition of dolomite increases the range of Ca and Mg which act as additional nutrients, and enzyme activators, and can stabilize the pH of baglog. While the addition of rice husk does not have a significant effect on the quality of oyster mushrooms. This is because the concentration of rice husk will increase the silica content which also acts as additional nutrition. Still, if the amount is too much it can slow down the degradation of lignocellulosic. Then there is an interaction between the two factors of the addition of rice husk and dolomite in testing the number of fungal bodies in the second harvest. Based on the Zeleny method, the best treatment based on the parameter test results was the addition of 15% rice husk and 1% dolomite or the S2D1 treatment.

Item Type:	Thesis (Sarjana)
Identification Number:	052310
Uncontrolled Keywords:	Bagasse Tebu, Baglog, Dolomit, Jamur Tiram Putih, Sekam Padi, Baglog, Dolomite, Rice Husk, Sugarcane Bagasse, White Oyster Mushroom
Divisions:	Fakultas Teknologi Pertanian > Teknologi Hasil Pertanian
Depositing User:	Annisti Nurul F
Date Deposited:	15 Jan 2024 07:18
Last Modified:	15 Jan 2024 07:18
URI:	http://repository.ub.ac.id/id/eprint/210059

Text (DALAM MASA EMBARGO) Geraldo Darrel Jonathan.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2025. Download (2MB)

Actions (login required)

View Item