Pendinginan Zona Perakaran (Root Zone Cooling) Pada Masa Vegetatif Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Menggunakan Hidroponik Sistem Wick Dengan Perlakuan Suhu Dan Lama Waktu Pemaparan

Sasmita, Annisa Noor and Dr. Ir. Gunomo Djoyowasito, MS and Joko Prasetyo, STP., M.Si (2023) Pendinginan Zona Perakaran (Root Zone Cooling) Pada Masa Vegetatif Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Menggunakan Hidroponik Sistem Wick Dengan Perlakuan Suhu Dan Lama Waktu Pemaparan. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Bawang merah (Allium Ascalonicum L.) adalah tanaman hortikultura unggulan dan telah diibudidayakan oleh petani secara intensif. Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan dengan menggunakan metode hidroponik, salah satu cara yang paling mudah adalah dengan hidroponik sistem sumbu atau wick. Pada penelitian ini, hidroponik pada bawang merah menggunakan sistem pendinginan zona perakaran. Pendinginan zona perakaran merupakan suatu metode untuk memberikan suhu dingin hanya pada bagian akar tanaman saja. Penggunaan suhu rendah dapat merangsang pembelahan sel gibrelin endogen dan peningkatan aktivitas hormon auksin. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem hidroponik dengan perlakuan root zone cooling serta mengetahui pengaruh suhu pendinginan dan kuantitas penggunaan root zone cooling terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Pengambilan data dilakukan pada masa vegetatif tumbuhan yakni selama 35 hari setelah tanam. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama yakni pemberian perlakuan suhu sebesar 15OC, 20 OC, dan 25 OC. Faktor kedua yakni kuantitas atau lama pendinginan yakni selama 4 jam dan 8 jam. Pada parameter tinggi tanaman suhu 25OC selama 8 jam menunjukkan hasil rata-rata pertambahan tinggi yang paling baik dimana pada 7HST 12.6 cm, pada 14 HST18.8 cm, pada 21 HST memiliki23.8 cm, pada 28 HST 24.6 cm, dan pada 35 HST 25.7 cm. Pada parameter jumlah daun pada suhu 15OC selama 4 jam menunjukkan hasil pertambahan jumlah daun yang paling baik dimana pada 7HST memiliki 10 helai daun, pada 14 HST memiliki 15 helai daun, pada 21 HST memiliki 18 helai daun, pada 28 HST memiliki 18 helai daun, dan pada 35 HST memiliki 17 helai daun. Pada parameter indeks kehijauan perlakuan suhu 25OC selama 8 jam menunjukkan hasil pertambahan rata-rata yang paling baik dimana pada 7HST sebesar 11.2, pada 14 HST sebesar 20.8, pada 21 HST sebesar 33.8, pada 28 HST sebesar 34.6, dan pada 35 HST sebesar 33.7. Parameter laju evapotranspirasi didapatkan hasil evapotranspirasi terbesar pada suhu 25 OC selama 4 jam.

English Abstract

Shallot (Allium Ascalonicum L.) is a leading horticultural crop and has been cultivated by farmers intensively. This plant has been widely cultivated using hydroponic methods, one of the easiest ways is with a wick hydroponic system. In this study, hydroponics on shallots used a root zone cooling system. Root zone cooling is a method to provide cold temperatures only to the roots of plants. The use of low temperatures can stimulate endogenous gibrelin cell division and increase the activity of auxin hormones. This study aims to design a hydroponic system with root zone cooling treatment and determine the effect of cooling temperature and quantity of root zone cooling use on shallot plant growth. Data collection was carried out during the vegetative period of plants, namely 35 days after planting. The research method used is a factorial completely randomized design (CRD). The first factor is the provision of temperature treatment of 15OC, 20 OC, dan 25 OC.. The second factor is the quantity or duration of cooling, namely for 4 hours and 8 hours. In the parameter of plant height, the temperature of 25OC for 8 hours showed the best average result of height increase where at 7HST 12.6 cm, at 14 HST 18.8 cm, at 21 HST had 23.8 cm, at 28 HST 24.6 cm, and at 35 HST 25.7 cm. In the parameter of the number of leaves, the temperature of 15OC for 4 hours showed the best increase in the number of leaves where at 7HST had 10 leaves, at 14 HST had 15 leaves, at 21 HST had 18 leaves, at 28 HST had 18 leaves, and at 35 HST had 17 leaves. In the greenish index parameter, the temperature treatment of 25OC for 8 hours showed the best average increase where at 7HST it was 11.2, at 14 HST it was 20.8, at 21 HST it was 33.8, at 28 HST it was 34.6, and at 35 HST it was 33.7. The evapotranspiration rate parameter obtained the largest evapotranspiration result at 25OC for 4 hours.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052310
Uncontrolled Keywords: bawang merah, hidroponik, sistem wick, root zone cooling-shallots, hydroponics, wick system, root zone cooling
Divisions: Fakultas Teknologi Pertanian > Keteknikan Pertanian
Depositing User: Unnamed user with email y13w@ub.ac.id
Date Deposited: 11 Jan 2024 03:39
Last Modified: 11 Jan 2024 03:39
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/208123
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Annisa Noor Sasmita.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item