Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Tebu Dalam Melakukan Bongkar Ratoon Di Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang

Diah, Ambar Nirwaning and Dr. Fahriyah,, SP., M.Sc. and Novil Dedy Andriatmoko,, S.P., M.P., M.BA (2023) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Tebu Dalam Melakukan Bongkar Ratoon Di Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tebu menjadi tanaman dengan peranan yang penting karena menjadi bahan baku utama pembuatan gula pasir dan merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok (sembako) masyarakat. Dimana bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gula di Indonesia juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di sisi lain, luas lahan dan produktivitas tebu juga stagnan, sehingga memperlambat pertumbuhan produksi gula. Dalam budidaya tebu petani biasanya melakukan budidaya dengan sistem bongkar ratoon (Plant Cane) dan rawat ratoon atau keprasan (Ratoon cane). Bongkar ratoon adalah peremajaan tanaman (tanam ulang) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman tebu dalam ton per ha. Rawat ratoon atau keprasan merupakan tanaman tebu yang tumbuh setelah tanaman pertama ditebang atau dari sisa tanaman yang ditebang. Produksi tebu berdasarkan provinsi di Indonesia pada tahun 2018-2021 menunjukkan total produksi tebu terbesar dihasilkan oleh petani di Jawa Timur. Menurut data Badan Pusat Statistik (2021), salah satu daerah yang memproduksi tebu terbesar di Provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Malang. Pada tahun 2021 Kabupaten Malang mampu menghasilkan produksi sebesar 240.075 ton tebu. Hal ini didukung dengan luasnya area perkebunan tebu di Kabupaten Malang yaitu 44.318 Ha. Salah satu daerah di Kabupaten Malang yang memiliki produktivitas tinggi yaitu Kecamatan Bululawang sebesar 9,253 ton /ha. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi iklim, topografi, kesuburan tanah dan irigasi di Kecamatan Bululawang cocok untuk pengembangan tanaman tebu. Penelitian ini dilakukan di tiga Desa di Kecamatan Bululawang yaitu Desa Pringu, Desa Kasri dan Desa Sudimoro dengan jumlah petani sebanyak 224 orang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan dilakukan pada bulan September hingga Desember 2022 dengan sampel yang dipilih secara purposive dengan penentuan jumlah sampel menggunakan metode slovin. Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan metode analisis biaya dan pendapatan serta analisis regresi logit. Berdasarkan hasil analisis biaya dan pendapatan menunjukkan bahwa sistem budidaya tebu bongkar ratoon memiliki produksi sebesar 1085,984 ku/ha dengan pendapatan petani bongkar ratoon sebesar Rp 39.222.857 /ha. Sedangkan sistem budidaya tebu keprasan memiliki produksi sebesar 1019,400 ku/ha dengan pendapatan petani kepras sebesar Rp 37.666.318/ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa produksi dan pendapatan petani bongkar ratoon lebih tinggi daripada keprasan. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani dalam melakukan sistem budidaya tebu bongkar ratoon di daerah penelitian dianalisis menggunakan analisis regresi logit menunjukkan bahwa tenaga kerjaii berpengaruh signifikan (pada α = 10%), luas lahan berpengaruh signifikan (pada α = 10%) dan jarak ke lahan berpengaruh signifikan (pada α = 5%). Apabila semakin sedikit tenaga kerja yang digunakan maka petani memiliki peluang lebih tinggi untuk melakukan bongkar ratoon. Begitu juga dengan luas lahan apabila petani yang memiliki lahan yang besar maka peluang lebih tinggi untuk melakukan bongkar ratoon. Sedangkan jika semakin dekat petani menempuh jarak ke lahan maka memiliki peluang lebih tinggi untuk melakukan bongkar ratoon karena tidak memerlukan biaya transportasi lebih besar. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikatakan usahatani tebu sistem bongkar ratoon menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada sistem keprasan. Sehingga seharusnya layak diusahakan akan tetapi perlu adanya peningkatan untuk produksinya menjadi lebih besar, agar meningkatkan rata-rata produksi potensial Kecamatan Bululawang. Selain itu, diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah tenaga kerja yang nantinya dapat menekan biaya tenaga kerja yaitu dengan cara mengubah cara budidaya tradisional atau dengan tenaga kerja manusia menjadi budidaya menggunakan mesin pertanian.

English Abstract

Sugar cane is a plant with an important role because it is the main raw material for making granulated sugar and is one of the nine basic staples (basic necessities) of the community. Where the population increases, the demand for sugar in Indonesia is also increasing from year to year. On the other hand, land area and sugarcane productivity also fluctuate, thus slowing down the growth of sugar production. In cultivating sugar cane, farmers usually cultivate with a ratoon unloading system (Plant Cane) and treat ratoons (Ratoon cane). Bongkar ratoon is rejuvenation of plants (replanting) which aims to increase the productivity of sugar cane in tons per hectare. Ratoon cane is a sugarcane plant that grows after the first crop is cut down or from the remaining plants that are cut down. Sugarcane production by province in Indonesia in 2018-2021 shows that the largest total sugarcane production is produced by farmers in East Java. According to data from the Central Statistics Agency (2021), one of the regions that produces the largest sugarcane in East Java Province is Malang Regency. In 2021 Malang Regency will be able to produce 240,075 tons of sugarcane. This is supported by the wide area of sugarcane plantations in Malang Regency, which is 44,318 Ha. One of the areas in Malang Regency which has high productivity is Bululawang District with 9.253 tons/ha. This shows that climatic conditions, topography, soil fertility and irrigation in Bululawang District are suitable for the development of sugar cane. This research was conducted in three villages in Bululawang District, namely Pringu Village, Kasri Village and Sudimoro Village with a total of 224 farmers. This research was conducted using a quantitative approach and was carried out from September to December 2022 with samples selected purposively by determining the number of samples using the slovency method. The data that has been collected is then analyzed using the method of cost and income analysis and logit regression analysis. Based on the results of the analysis of costs and income, it shows that the plant cane system has a production of 1085,984 ku/ha with the income of farmers IDR 39,222,857/ha. Meanwhile, the ratoon cane cultivation system has a production of 1019,400 ku/ha with an income of Rp. 37,666,318/ha for ratoon cane farmers. This shows that the production and income of the booming plant cane is higher than the ratoon cane. Factors that have a significant effect on farmers' decisions in carrying out the plant cane system in the study area were analyzed using logit regression analysis showing that labor has a significant effect (at α = 10%), land area has a significant effect (at α = 10%) and distance to land has a significant effect (at α = 5%). If less labor is used, farmers have a higheriv chance of unloading ratoons. Likewise with the area of land if farmers have large land then the chances are higher to unload the ratoons. Meanwhile, the closer the farmer is to the land, the higher the opportunity to unload the ratoons because it does not require more transportation costs. Based on the results of this study, it can be said that the plant cane system of sugarcane farming generates greater income than the ratoon cane system. So it should be worth cultivating, but there needs to be an increase for the production to be bigger, in order to increase the average potential production of Bululawang District. In addition, efforts are needed to reduce the number of workers who can later reduce labor costs, namely by changing traditional cultivation methods or with human labor to cultivation using agricultural machinery

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 052304
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Unnamed user with username chikyta
Date Deposited: 10 Jan 2024 06:54
Last Modified: 10 Jan 2024 06:54
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/207450
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Ambar Nirwaning Diah.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item