Analisis Usaha Peternakan Itik Petelur Intensif di Desa Sawahan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang

Nugroho, Nafi Septian and Dr. Ir. M.B. Hariyono, MS., (2023) Analisis Usaha Peternakan Itik Petelur Intensif di Desa Sawahan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Itik Petelur merupakan komoditas peternakan lokal khususnya ternak unggas yang telah berkembang di Indonesia dengan baik. Itik petelur yang ada dimasyarakat mempunyai peranan yang cukup besar baik dalam memenuhi kebutuhan telur konsumsi maupun sebagai alternatif sumber pendapatan bagi petani/peternak. Secara umum terdapat tiga jenis sistem pemeliharaan itik petelur yaitu sistem tradisional, semi intensif, dan intensif. Sedangkan sistem pemeliharaan yang ada di peternakan itik “Panggah Lancar” ini menggunakan sistem pemeliharaan intensif. Penelitian dilaksanakan di Desa Sawahan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang pada tanggal 12 November sampai 1 Desember 2022. Kelompok ternak yang berada di Desa Sawahan yaitu kelompok ternak Itik “Panggah Lancar” yang beranggotakan 30 peternak. Kelompok ini terjalin atas inisiasi masyarakat itu sendiri serta mendapat dukungan dari Kepala Desa Sawahan. Kelompok ternak ini dibuat bertujuan untuk mengembangkan sektor peternakan itik di Desa Sawahan dan sebagai pekerjaan utama maupun sampingan untuk menambah penghasilan hidup keluarganya. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis usaha peternak Itik Petelur Pola Kemitraan dengan menghitung R/C, B/C dan BEP pada Kelompok Ternak Itik Panggah Lancar di Desa Sawahan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Metode penelitian yang dilakukan adalah total sampling. Metode pengambilan data kuantitatif dengan cara observasi dan wawancara dengan bantuan kuisioner terstruktur. Kemudian data tersebut dikumpulkan dengan membagi 11 kelompok mulai dari populasi 100 ekor hingga 2000 ekor. Data kuisioner yang diperoleh dianalisis deskriptif untuk mengetahui keadaan usaha ternak itik petelur, dan dianalisis ekonomi yang meliputi total biaya produksi, total penerimaan, pendapatan, R/C ratio, B/C ratio dan Break Even Point (BEP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya produksi terendah pada populasi 100 ekor sebesar Rp 3.129.216/bulan dan biaya produksi tertinggi pada populasi 2000 ekor sebesar Rp 54.054.222/bulan. Biaya produksi akan semakin besar seiring dengan semakin tinggi tingkat skala usaha peternak. Biaya produksi yang meningkat didukung dengan banyaknya biaya tetap dan biaya variabel. penerimaan ternak terendah pada populasi 100 ekor sebesar Rp 6.406.000/bulan dan penerimaan ternak tertinggi pada populasi 2000 ekor sebesar Rp 130.703.333/bulan. Penerimaan juga dipengaruhi dari skala ternaknya, semakin banyak skala ternaknya maka penerimaannya juga semakin besar dan juga dipengaruhi oleh hasil produksinya. Penerimaan diperoleh dari penjualan telur, kotoran itik, dan itik afkir. Banyaknya produksi telur dipengaruhi dari kondisi maupun pemeliharaan ternak seperti bibit ternak, pakan, dan kesehatan ternak. Penerimaan merupakan pendapatan kotor yang belum dikurangi dengan biaya produksi. pendapatan terendah pada populasi 100 ekor sebesar Rp 3.276.783/bulan dan pendapatan tertinggi pada populasi 2000 ekor sebesar Rp76.649.111/bulan. pendapatan merupakan selisih antara nilai hasil penjualan itik petelur dengan total biaya produksi yang dikeluarkan, untuk melihat perbandingan keuntungan yang diperoleh peternak, penjualan telur sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya hasil produksi. Tingkat skala usaha peternak semakin tinggi akan diiringi dengan semakin meningkat pula pendapatan yang diperoleh dalam usaha ternak itik. Hasil dari perhitungan biaya produksi, penerimaan dan pendapatan tersebut dianalisis menggunakan R/C ratio dengan hasil pada seluruh kelompok ternak memiliki nilai R/C lebih dari 1 dan seluruh kelompok mengalami keuntungan. Langkah selanjutnya dianalisis menggunakan B/C ratio dengan hasil pada seluruh kelompok ternak memiliki nilai B/C lebih 1 yang artinya seluruh kelompok mengalami keuntungan dan usahanya layak untuk dilanjutkan. Hasil dari perhitungan nilai BEP produksi terendah yaitu pada kelompok 1 dengan jumlah ternak 100 ekor memiliki nilai sebesar 1303 butir/bulan dan nilai BEP produksi tertinggi yaitu pada kelompok 11 dengan jumlah ternak 2000 ekor memiliki nilai sebesar 22500 butir/bulan. Hasil dari perhitungan nilai BEP Harga terendah yaitu pada kelompok 11 dengan jumlah ternak 2000 ekor memiliki nilai sebesar Rp 1.029/butir/bulan dan nilai BEP harga tertinggi yaitu pada kelompok 1 dengan jumlah ternak 100 ekor memiliki nilai sebesar Rp 1.241/butir/bulan. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa usaha ternak itik seluruh peternak mengalami keuntungan dan layak untuk dilanjutkan.

English Abstract

The research was conducted in Sawahan Village, Turen District, Malang Regency, East Java with the aim of analyzing the business of laying ducks in the village. The research method used is total sampling. The sampling method was carried out by conducting interviews and questionnaires. The number of respondents was 30 breeders with business scale groupings. The data is processed which includes the lowest total production costs in a population of 100 heads of Rp. 3,129,216/month and the highest production cost for a population of 2,000 heads is Rp. 54,054,222/month. The lowest livestock receipt for a population of 100 heads is Rp. 6,406,000/month and the highest for a population of 2,000 heads is Rp. 130,703,333/month. The lowest income in a population of 100 heads is Rp. 3,276,783/month and the highest income in a population of 2,000 heads is Rp. 76,649,111/month. Then from the calculation of production costs, income and income were analyzed using the R/C ratio with the results in all livestock groups having an R/C value of more than 1 and all groups experiencing profits. Then it is analyzed using the B/C ratio with the result that all livestock groups have a B/C value of more than 1, which means that all groups experience profits and the business is feasible to continue. The lowest production BEPvalue was in group 1 with 100 head of cattle with a value of1303 eggs/month and the highest production BEP value was ingroup 11 with 2000 head of livestock with a value of 22500 eggs/month. Meanwhile, the BEP value for the lowest price is in group 11 with a total of 2,000 head of livestock with a value of Rp. 1,029/item/month and the highest price BEP value, namely in group 1 with a total of 100 head of livestock, has a value of Rp. 1,241/item/month. After being analyzed, the three strata were considered feasible to continue.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0523050113
Uncontrolled Keywords: Bisnis, pendapatan, Sawahan .- Business, income, Sawahan
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 16 May 2023 06:58
Last Modified: 16 May 2023 06:58
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/199697
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
NAFI SEPTIAN NUGROHO.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2025.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item