Aini, - and Rachman Hartono,, SP., MP (2022) Perilaku Harga Eceran Bawang Merah Di Beberapa Kota Jawa Timur Selama Penerapan Ppkm. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Bawang merah merupakan komoditas hortikultura dengan beragam fungsi dan manfaat terutama sebagai bumbu dapur utama masyarakat Indonesia. Tingkat permintaan yang konstan dengan upaya pemenuhan pasokan pada produksi domestik bawang merah yang memiliki pola musiman, membuat harga bawang mengalami perubahan dalam waktu yang singkat. Produksi bawang merah dalam negeri selama tiga dekade terakhir menunjukkan pertumbuhan yang positif. Berdasarkan data FAO pada tahun 2014-2017 Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2020) produksi bawang merah di Indonesia tahun 2020 sebanyak 1,82 ton atau meningkat 14,88% dibandingkan tahun 2018 sebesar 1,50 juta ton. Konsumsi bawang merah dalam rumah tangga di Jawa Timur selama periode tahun 2010 – 2019 cenderung meningkat namun cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selama periode tahun 2010 – 2016, konsumsi bawang merah terbesar terjadi pada tahun 2016 yang mencapai 3,47 kilogram per kapita per tahun, sedangkan konsumsi terendah terjadi pada tahun 2013 sebesar 2,32 kilogram per kapita per tahun. Bawang merah sering mengalami fluktuasi harga beberapa tahun kebelakang ditambah adanya penerapan PPKM yang membatasi distribusi bawang merah ini menarik untuk di lakukan dengan tujuan mengindentifikasi perbandingan fluktuasi harga komoditi bawang merah di Kota Malang, Kota Mojokerto dan Kota pasuruan selama PPKM dan di setiap level PPKM. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode kuantitatif. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan data sekunder berupa harga rata-rata eceran bawang merah per hari yang didapatkan dari ebsite Disperindag Jawa Timur, dan siskaperbapo.jatimprov.go.id. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive method yang berada di tiga Kota Jawa Timur yaitu Kota Malang, Kota Mojokerto dan Kota pasuruan. Penelitian dilakukan mulai tanggal 3 Juni 2021 sampai 28 Februari 2022. Teknik analisis data menggunakan analisis koefisien variasi dan scatter plot. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku harga eceran bawang merah di beberapa Kota Jawa Timur yaitu Kota Malang, Kota Mojokerto dan Kota Pasuruan di dapatkan hasil analisis koefisien variasi dimana selama terjadinya PPKM terdapat 23 periode. Kota Malang memiliki nilai 9,08%, sedangkan Kota Mojokerto hasil nilai sebesar 20,16%, dan Kota Pasuruan terdapat nilai 15,63%. Dari pasar konsumen bawang merah ketiganya memiliki nilai >9% hal ini mencerminkan bahwa harga bawang merah di semua kota sangat berfluktuasi. Untuk mengetahui hubungan korelasi antar fluktuasinya dengan level PPKM ii menggunakan scatter plot pada tiga kota tersebut, dapat melihat hubungan positif ataupun negatif. Dimana Kota Malang memiliki nilai R2 = 0,1881 yang artinya lemah, Kota Mojokerto skors R2 sebesar 0,1482 dengan artian bahwa nilai tersebut lemah, dan untuk Kota Pasuruan mendaparkan hasil R2 sebesar 0,1486 yang menyatakan nilai tersebut dengan kategori lemah. Dari hasil yang di dapatkan di scatter plot jika melihat R2 tiga kota tersebut bahwasanya harga bawang merah eceran pada kota tersebut tidak memiliki hubungan selama terjadinya PPKM dan level PPKM. Berdasarkan hasil penelitian, penulis merekomendasikan beberapa saran yang dapat diterapkan oleh beberapa pihak. Saran pertama ialah bagi pihak pemerintah dapat memberikan kebijakan terkait pengontrolan harga bawang merah dengan sigap terutama jika terjadinya PPKM kemabali, selain itu bagi peneliti dapat meneruskan penelitian selanjutnya untuk perbandingan harga ketika terjadinya PPKM atau sesudah tidak terjadinya kebijakan PPKM
English Abstract
Shallots are horticultural commodities with various functions and benefits, especially as the main kitche spice for Indonesia people. The constant level of demand with efforts to meet the supply of shallot domestic production which has a seasonal pattern, makes onion prices change in a short time. Domestic shallot production over the last three decades has shown positive growth. Based on FAO data in 2014-2017 Based on the Central Statistics Agency (2020) shallot production in Indonesia in 2020 wa 1,82 tons or an increase of 14,88% compared to 2018 of 1,50 million tons. Consumption of shallots in households in East Java during the period 2010 - 2019 tends to increase but tends to increase from year to year. During the period 2010 – 2016, the largest consumption of shallots occurred in 2016 which reached 3,47 kilogram per capita per year, while the lowest consumption occurred in 2013 at 2,32 kilogram per capita per year. Shallots often experience price fluctuation in the past few years plus the implementation of PPKM which limits the distribution of shallots is interesting to do with the aim of identifiying the comparison of commodity price fluctuation of shallots in Malang City, Mojokerto City and Pasuruan City during PPKM and at each PPKM level. This type of research is descriptive methods. The data collection was carried out using secondary data in the from of the average retail price of shallots per day obtained from the East Java Disperindag website, and siskaperbapo.jatimprov.go.id. The location determination was carried out using a purposive method in three cities in East Java, namely Malang Cities, Mojokerto City, and Pasuruan City. The research was conducted frm June 3, 2021 to February 28, 2022. The data analysis technique used coefficient of variation analysis and scatter plot. The results of this study indicate that the behavior of the retail price of shallots in several cities in East Java, namely Malang City, Mojokerto City and Pasuruan City, the results of the analysis of the coefficient of variation were obtained where during the PPKM there were 23 periods. Malang City has a score of 9.08%, while the City of Mojokerto has a score of 20.16%, and Pasuruan City has a score of 15.63%. From the shallot consumer market, all three have a value of >9%, this reflects that the price of shallot in all cities is highly fluctuating. To find out the correlation between the fluctuations and the PPKM level using a scatter plot in the three cities, we can see a positive or negative relationship. Where iv Malang City has an R2 value of 0.1881 which means weak, Mojokerto City scores R2 of 0.1482 which means that the value is weak, and for Pasuruan City gets an R2 result of 0.1486 which states that the value is in the weak category. From the results obtained in the scatter plot, if you look at the R2 of the three cities, the retail price of shallots in that city has no relationship during the occurrence of PPKM and the level of PPKM. Based on the results of the study, the authours recommend several suggestion that can be applied by several parties. The frist suggestion is that government can provide policies related to controlling the price of shallots swftly, especially if the PPKM returns, besides that researchers can continue further research for price comparisons when the PPKM occurs or after the PPKM policy does not occur
Other obstract
-
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | 0522040155 |
| Subjects: | 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Agribisnis |
| Depositing User: | Nur Cholis |
| Date Deposited: | 15 Nov 2022 01:22 |
| Last Modified: | 15 Nov 2022 01:22 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196316 |
![[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO]](http://repository.ub.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
AINI.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2024. Download (1MB) |
Actions (login required)
 |
View Item |