Nadila Andariny, Mutia (2022) Pengaruh Penggunaan Tepung Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Dalam Pakan Ternak Terhadap Produksi Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Lepas Sapih. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tepung eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan eceng gondok yang telah melalui proses pengolahan yaitu pengeringan dan penggilingan. Tepung eceng gondok memiliki kandungan PK 13,03%, SK 20,16%, Kalsium 3,09%, Fosfor 0,45%, Lemak 1,1%, BETN 25,98%, dan Abu 23,87%. Tepung eceng gondok memiliki serat kasar yang tinggi serta merupakan hijauan yang diperlukan bagi ternak kelinci. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari apakah penggunaan eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat berpengaruh terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan kelinci Peranakan New Zealand White jantan lepas sapih. Penelitian ini dilaksanakan selama 8 minggu yaitu pada bulan Oktober-Desember 2021 di rumah jagal kelinci “Perisai Pangan Indonesia” Pakisaji, Malang dan Laboraturium Pakan Ternak UPT Pembibitan Ternak dan Pakan Ternak Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat. Materi yang digunakan dalam penelitian ini viii adalah kelinci New Zealand White jantan lepas sapih dengan umur 40-60 hari. Kelinci New Zealand White yang digunakan memiliki rataan bobot badan yaitu sebesar 971,3 ± 139,1 g dengan koefisien keragaman sebesar 19,3%. Kandang yang digunakan terdiri dari 16 pen dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 40 cm. Setiap pen diisi dengan 1 ekor kelinci New Zealand White dan dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum serta alas kandang berbahan triplek. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian percobaan atau eksperimen lapang dengan mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor kelinci New Zealand White jantan lepas sapih. Perlakuan terdiri dari P0: Pakan tanpa penambahan tepung eceng gondok, P1: Pakan dengan penambahan tepung eceng gondok 5%, P2: Pakan dengan penambahan tepung eceng gondok 10%, P3: Pakan dengan penambahan tepung eceng gondok 15%. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah penampilan produksi kelinci New Zealand White yang terdiri dari beberapa parameter yaitu : konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan Analisis of Covariance (ANCOVA) dari Rancangan Acak Lengakap (RAL) dengan 4 perlakuan 4 ulangan. Apabila hasil penelitian menunjukan perbedaan sangat nyata (P<0,01) atau berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05), terhadap konsumsi pakan. Rataan konsumsi pakan yang dihasilkan secara ix berurutan dari yang terendah hingga tertinggi adalah P0 (111,5 ± 21,46 g/ekor/hari), P2 (113,4 ± 21,93 g/ekor/hari), P1 (119,3 ± 15,16 g/ekor/hari), dan P3 (131,1 ± 13,48 g/ekor/hari). Konsumsi pakan terendah yaitu pada P0 dengan penambahan tepung eceng gondok 0% dan konsumsi pakan tertinggi pada P3 dengan penambahan tepung eceng gondok 15%. Selanjutnya, perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05), terhadap pertambahan bobot badan. Rataan bobot badan akhir secara berurutan dari yang terkecil hingga terbesar yaitu P2 (17,7 ± 10,91 g/ekor/hari), P0 (19,6 ± 7,36 g/ekor/hari), P1 (21,8 ± 4,40 g/ekor/hari) dan P3 (29,10 ± 4,99 g/ekor/hari). Pertambahan bobot badan terendah yaitu pada P2 dengan penambahan tepung eceng gondok 10% dan pertambahan bobot badan tertinggi yaitu pada P3 dengan penambahan tepung eceng gondok 15%. Selanjutnya, perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Rataan konversi pakan secara berurutan dari yang terendah hingga tertinggi yaitu P3 (4,5 ± 0,40), P1 (5,6 ± 0,77), P0 (6,2 ± 1,91), dan P2 (8,8 ± 6,23). Konversi pakan terendah yaitu pada P3 dengan penambahan tepung eceng gondok 15% dan konversi pakan tertinggi pada P2 penambahan tepung eceng gondok 10%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan tepung eceng gondok hingga taraf 15% pada pakan kelinci tidak berdampak negatif terhadap performa produksi kelinci New Zealand White. Eceng gondok dapat digunakan sebagai sumber pakan alternatif pada pakan kelinci hingga taraf 15%.
English Abstract
This study aims to determine and study whether the use of water hyacinth (Eichhornia crassipes) can affect feed consumption, body weight gain, and feed conversion of weaned male New Zealand White Crossbred rabbits. The research material was 16 weaned male New Zealand White rabbits aged 40-60 days with an average body weight of 971,3 ± 139,1 g with a diversity coefficient of 19.3%. The research method is an experiment or field experiment using a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 4 replications. Each replication consisted of 4 weaned male New Zealand White rabbits. The treatments consisted of P0: Feed without the addition of water hyacinth flour, P1: Feed with the addition of 5% water hyacinth flour, P2: Feed with the addition of 10% water hyacinth flour, P3: Feed with the addition of 15% water hyacinth flour. Data analysis using Analysis of Covariance (ANCOVA) and continued with Duncan's Multiple Range Test (DMRT) if significant. The results showed that the treatment showed no significant difference (P>0.05), consumption of feed. The average feed consumption produced sequentially from the lowest to the highest was P0 (111.5 ± 21.46 g/head/day), P2 (113.4 ± 21.93 g/head/day), P1 (119.3 ± 15.16 g/head/day), and P3 (131.1 ± 13.48 g/head/day). The treatments showed no significant difference (P>0.05), with respect to body weight gain. The average final body weight sequentially from the smallest to the largest were P2 (17.7 ± 10.91 g/head/day), P0 (19.6 ± 7.36 g/head/day), P1 (21.8 ± 4.40 g/head/day) and P3 (29.10 ± 4.99 g/head/day). The treatments showed no significant difference (P>0.05) on feed conversion. The average feed conversion sequentially from the lowest to the highest were P3 (4.5 ± 0.40), P1 (5.6 ± 0.77), P0 (6.2 ± 1.91), and P2 (8.8 ± 6.23). The conclusion of this study is that the use of water hyacinth flour up to a level of 15% in rabbit feed does not have a negative impact on the production performance of New Zealand White rabbits. Water hyacinth can be used as an alternative feed source in rabbit feed up to 15%
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | 0522050051 |
Uncontrolled Keywords: | New Zealand White rabbit, production performance, water hyacinth flour. |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry |
Divisions: | Fakultas Peternakan > Peternakan |
Depositing User: | Unnamed user with username nova |
Date Deposited: | 11 Oct 2022 07:29 |
Last Modified: | 11 Oct 2022 07:29 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195565 |
![]() |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Mutia Nadila Andariny.pdf Restricted to Registered users only until 31 December 2024. Download (3MB) |
Actions (login required)
![]() |
View Item |