Pemberdayaan Kelompok Tani Lidah Buaya Di Desa Kapi, Kecamatan Kunjang Kabupaten Kediri Melalui Pengolahan Limbah Lidah Buaya Varietas Chinensis Sebagai Perwujudan Pertanian Berlanjut

Azimah, Ulfatul and Prof. Dr. Ir. Djoko Koestiono,, M.S and Dr. Ir. Agustina Shinta Hw,, M.P (2022) Pemberdayaan Kelompok Tani Lidah Buaya Di Desa Kapi, Kecamatan Kunjang Kabupaten Kediri Melalui Pengolahan Limbah Lidah Buaya Varietas Chinensis Sebagai Perwujudan Pertanian Berlanjut. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Perusahaan manufaktur melakukan kerjasama berpola inti plasma dengan petani mitra lidah buaya di Dusun Tanjangsari, Desa Kapi. Kerjasama yang dijalankan kedua pihak sama-sama memiliki permasalahan. Petani mitra berada pada taraf ekonomi yang rendah dan hanya mengandalkan penjualan dari komoditas utama mereka yaitu padi, secara kualitas padi yang dihasilkan belum lebih baik dari kompetitor. Selain itu petani juga menghadapi dilema karena lidah buaya yang mereka budidayakan kadang tidak dapat terserap oleh perusahaan karena kualitas yang tidak sesuai dengan standar, kemudian permintaan produk olahan lidah buaya yang menurun akan membuat banyak lidah buaya tidak terpanen dan mengakibatkan excess supply. Disisi lain perusahaan memiliki masalah terkait limbah lidah buaya dan perusahaan juga mengalami dilema karena kemitraan yang mereka jalankan tidak selalu sesuai dengan harapan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan dari pemberdayaan ini adalah untuk membantu menyelesaikan permsalahan yang dihadapi oleh perusahaan dan petani mitra, melalui pelatihan pengolahan limbah lidah buaya menjadi empat produk olahan dimana dua produk diantaranya menunjang penerapan pertanian berkelanjutan dan dua lainnya dapat dijadikan sebagai produk UMKM yang dalam jangka panjang dapat memperbaiki perekonomian kelompok tani. Pemilihan output berupa pupuk organik cair, pestisida organik, minyak lidah buaya dan permen jelly ini didasari dari kondisi wilayah dan kebutuhan pasar, Desa Kapi yang terletak di Kecamatan Kunjang menurut Pemerintah Kabupaten Kediri (2021) wilayah ini memiliki jenis tanah regosol berwarna coklat keabuan. Menurut Nendissa (2008) jenis tanah regosol memiliki produktivitas yang rendah, karenanya penambahan pupuk sangat diperlukan dalam kegiatan budidaya, dan faktanya seluruh petani melakukan pengaplikasian pupuk organik dan pupuk ii kimiawi dalam kegiatan usahatani mereka sehingga permintaan untuk pupuk akan selalu ada karena sudah menjadi kebutuhan utama petani di kecamatan tersebut. Pemberdayaan ini dilakukan dengan metode PRA (Participatory rural appraisal) melalui kegiatan pelatihan dan pendamping kepada kelompok tani lidah buaya. Target pemberdayaan ini adalah kelompok tani lidah buaya di Dusun Tanjangsari yang terdiri dari 20 orang anggota dengan rata-rata pendidikan terakhir setingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama/ sederajat dan berada di rentang umur 27-59 tahun dan termasuk dalam kategori kelompok early majority. Mereka adalah orang-orang yang sensitif terhadap pengorbanan dan membenci risiko, untuk itu mereka mencari sesuatu yang sederhana, terjamin, dan memilih cara yang lebih baik atas apa yang telah mereka lakukan. Untuk menarik simpati golongan dalam kategori ini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti menawarkan kompetisi atau sampel secara gratis untuk stimulus, menggunakan advertiser dan media yang memiliki kredibilitas, dipercaya, dan yang akrab dengan golongan ini, menurunkan biaya dan memberikan jaminan, mendesain ulang untuk memaksimalkan penggunaan dan membuatnya menjadi lebih sederhana, menyederhanakan formulir aplikasi dan atau instruksi, dan menyediakan customer service and support yang professional. Melalui pelatihan yang telah dilakukan para peserta memperoleh peningkatan dari aspek kognitif dan afektif sebesar 65% dan peningkatan psikomotorik sebesar 45%. Secara kognitif mereka dapat mengetahui cara mengolah limbah lidah buaya melalui penjelasan yang diberikan, modul pelatihan, hingga video pembuatan. Secara afektif, peserta memiliki kepekaan terhadap lingkungan khususnya terkait pelaksaan pertanian dengan memperhatikan aspek ekologis dan kepedulian terhadap limbah. Kemudian pada aspek psikomotorik peserta pelatihan dapat mengikuti dan menerapkan setiap langkah-langkah pembuatan yang ada dalam video maupun modul dengan baik, tidak hanya itu dalam penerapannya mereka sudah mampu mengkreasikan produk yang mereka peroleh dari hasil pelatihan, para peserta berkreasi menggunakan rasa, warna, memasukkan bahan lain, hingga membentuknya menjadi bentuk lain. Pemberdayaan ini juga dikatakan berkelanjutan karena melalui media pembelajaran yang penulis rancang seperti modul, video pembuatan produk, dan iii review produk membuat kelompok tani sebagai target pemberdayaan dalam pelatihan ini tertarik untuk mempraktikkannya secara mandiri, kemudian bahan baku yang digunakan tersedia dilingkungan sekitar mereka, dan produk-produk olahan limbah pada pelatihan juga merupakan komponen yang kelompok tani butuhkan dalam melakukan usaha tani. Investasi sumberdaya manusia bersifat jangka panjang. Investasi dalam bentuk pemberdayaan bukanlah hal yang mudah apalagi bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Harapannya melalui publikasi dan informasi kegiatan ini dapat membuat banyak pihak tertarik untuk melanjutkan pemberdayaan ini, sehingga cita-cita penulis untuk dapat membentuk UMKM di Desa Kapi dapat tercapai dengan baik melalui kolaborasi dan elaborasi dengan pihak pemerintah maupun non pemerintah. Kemudian untuk dapat menjadi produk komersil, pupuk organik Aloe vera perlu untuk diteliti lebih lanjut apakah kandungan N, P, dan K- nya sesuai dengan aturan pemerintah dan penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk ketiga produk lainnya baik itu pengembangan produk dengan memperbaiki komposisinya, penggunaan teknologi yang tepat guna dsb sehingga ketika dipasarkan produk-produk tersebut memang layak dan terjamin dari segi kualitasnya

English Abstract

The manufacturing company cooperates with the plasma core pattern with aloe vera partner farmers in Tanjangsari Hamlet, Kapi Village. The cooperation carried out by both parties has problems. Partner farmers are in a low economic level and only rely on sales of their main commodity, namely paddy, the quality of the grain unhulled rice produced is not better than competitors. In addition, farmers also face a dilemma because the aloe that they cultivate sometimes cannot be absorbed by the company because the quality is not up to standard, then the declining demand for aloe vera products will make a lot of aloe vera unharvested and result in excess supply. On the other hand, the company has problems related to aloe vera waste and the company is also in a dilemma because the partnerships they run do not always live up to expectations. Based on these problems, the purpose of this empowerment is to help solve the problems faced by partner companies and farmers, through training on processing aloe vera waste into four processed products, two of which support the implementation of sustainable agriculture and the other two can be used as MSME products which in the long run can improve the economy of farmer groups. The output selection in the form of liquid organic fertilizer, organic pesticides, aloe vera oil and jelly candy is based on regional conditions and market needs. Kapi Village, which is located in Kunjang District, according to the Kediri Regency Government (2021) has a gray-brown regosol soil type. According to Nendissa (2008), regosol soil types have low productivity, therefore the addition of fertilizer is very necessary in cultivation activities, and in fact all farmers apply organic fertilizers and chemical fertilizers in their farming activities so that the demand for fertilizers will always be there because it has become the main need of farmers. in that district. v This empowerment is carried out using the PRA (Participatory rural appraisal) method through training and mentoring activities for aloe vera farmer groups. The target of this empowerment is an aloe vera farmer group in Tanjangsari Hamlet which consists of 20 members with an average education level of elementary school to junior high school/equivalent and is in the age range of 27-59 years and is included in the category of the early majority group. They are people who are sensitive to sacrifice and hate risk, so they look for something simple, secure, and choose a better way of what they have done. To attract the sympathy of groups in this category can be done in several ways such as offering free competitions or samples for stimulus, using advertisers and media that have credibility, are trusted, and are familiar with this group, lower costs and provide guarantees, redesign to maximize use. and make it simpler, simplify application forms and/or instructions, and provide professional customer service and support. Through the training that has been carried out, the participants obtained an increase in cognitive and affective aspects by 65% and a psychomotor improvement by 45%. Cognitively they can find out how to process aloe vera waste through the explanations given, training modules, and making videos. Affectively, participants have sensitivity to the environment, especially related to the implementation of agriculture by paying attention to ecological aspects and concern for waste. Then in the psychomotor aspect, the trainees can follow and apply each of the manufacturing steps in the video and module well, not only that in their application they have been able to create the products they get from the results of the training, the participants are creative using flavors, colors, inputting other materials, to shape them into other shapes. This empowerment is also said to be sustainable because through the learning media that the author designed such as modules, product making videos, and product reviews, farmer groups as targets for empowerment in this training are interested in practicing them independently, then the raw materials used are available in their environment, and the products they use are available. Processed waste products in training are also components that farmer groups need in doing farming. Human resource investment is long term. Investment in the form of empowerment is not an easy thing, let alone it can be done in a short time of 3 vi months. It is hoped that through the publication and information of this activity, many parties are interested in continuing this empowerment, so that the author's dream to be able to form MSMEs in Kapi Village can be achieved well through collaboration and elaboration with government and non-government parties. Then to be able to become a commercial product of Aloe vera organic fertilizer, it is necessary to further investigate whether the N, P, and K contents are in accordance with government regulations and further research is also needed for the other three products, both product development by improving its composition, the use of appropriate technology. appropriate use, etc. so that when marketed these products are feasible and guaranteed in terms of quality

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0522040102
Uncontrolled Keywords: Pemberdayaan, Kelompok Tani, Limbah, Lidah buaya, Pertanian Berlanjut, Empowerment, Farmer Groups, Waste, Aloe Vera, Sustainable Agriculture
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 21 Jul 2022 06:33
Last Modified: 21 Jul 2022 06:33
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192463
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Ulfatul Azimah.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2024.

Download (6MB)

Actions (login required)

View Item View Item