Hubungan Karakter Estrus terhadap Kebehasilan Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Sexing pada Sapi Persilangan Limousin

Utami, Putri and Prof. Dr. Ir. Trinil Susilawati, MS., IPU., ASEAN Eng and Dr. Ir. Kuswati, MS., IPU., ASEAN Eng (2022) Hubungan Karakter Estrus terhadap Kebehasilan Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Sexing pada Sapi Persilangan Limousin. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2021 sampai 20 Juni 2021. Uji kualitas semen dilakukan di Laboratorium Reproduksi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang dan pelaksanaan IB dilakukan di 3 Dusun yaitu Dusun Kecopokan, Dusun Krajan, dan Dusun Ngrancah, Desa Senggreng, Kecamatan Sumber Pucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tampilan karakter estrus pada jam ke-2 dan jam ke-8 pada Sapi Persilangan Limousin, menganalisis hubungan antar karakter estrus Sapi Persilangan Limousin, mengkaji karakter estrus yang tepat untuk pelaksanaan IB menggunakan semen sexing pada Sapi Persilangan Limousin dan menganalisis tingkat keberhasilan kebuntingan Sapi Persilangan Limousin berdasarkan karakter estrus. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi betina Persilangan Limousin sebanyak 43 ekor yang di IB menggunakan semen sexing yang diproduksi oleh Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari. Semen sexing yang digunakan merupakan hasil sexing dengan metode Sentrifugasi Gradien Densitas Percoll (SGDP). Sapi betina akseptor dipilih dengan kriteria sapi betina yang memiliki Body Condition Score 3-5 (skala 1-9) dengan umur 1,8-6 tahun memiliki kondisi yang sehat, menunjukkan tanda-tanda berahi, serta dilakukan pemeriksaan organ reproduksinya dengan palpasi rektal, sehingga akseptor dipastikan dalam keadaan tidak bunting. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah seleksi ternak berdasarkan kriteria BCS dan umur. Kemudian dilaksanakan sinkronisasi estrus menggunakan hormon PGF2α untuk menginduksi estrus pada ternak. Setelah dilaksanakan sinkronisasi, dilakukan pengamatan estrus, yaitu pengamatan lendir serviks, warna vulva, kebengkakan vulva, pH lendir serviks, nilai heat detector dan kualitas vagina smear. Pengamatan karakter estrus dilaksanakan dua kali sebelum inseminasi yang pertama (pada jam ke-2) dan sebelum inseminasi yang kedua (pada jam ke-8). Setelah diamati karakter estrus, maka dilanjutkan dengan pelaksanaan inseminasi buatan menggunakan teknik deposisi 4+ (deep insemination) dan diinjeksi dengan vitamin Bio ATP merek “Rheinbio”. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan setelah dua bulan atau 60 hari pasca inseminasi. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu karakter estrus meliputi : lendir serviks, warna vulva, kebengkakan vulva, pH lendir serviks, nilai heat detector dan kualitas vagine smear. Variabel terikat penelitian ini yaitu Non Return Rate (NRR), Conception Rate (CR), dan Pregnancy Rate (PR). Data pendukung pada penelitian ini yaitu performans akseptor, keseimbangan konsumsi nutrisi, dan kualitas semen. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan korelasi menggunakan Microsoft Excel. Tampilan karakter lendir serviks pada jam ke-2 dengan kriteria lendir tidak ada yaitu 14%, kriteria lendir ada sedikit yaitu 79%, dan kriteria lendir ada banyak sebesar 7%. Sedangkan pada jam ke-8 yaitu karakter lendir yang banyak sebesar 56%, karakter lendir ada sedikit 34,9%, dan karakter lendir tidak ada 9,3%. Pada saat pengamatan jam ke-2 kriteria warna vulva pucat sebanyak 26%, kriteria merah tidak merata sebanyak 39%, dan kriteria merah merata sebanyak 35%. Sedangkan saat jam ke-8 warna vulva merah merata sebesar 44%, warna merah tidak merata 35%, dan warna pucat yaitu 21%. Persentase sapi dengan tampilan vulva tidak bengkak pada jam ke-2 dan jam ke-8 sebanyak 0%. Pada jam ke-2, sapi yang menunjukkan sedikit pembengkakan vulva sebanyak 47%, dan ternak yang menunjukkan vulva sangat bengkak sebanyak 53%. Saat jam ke-8, persentase sapi dengan tampilan vulva kriteria sedikit bengkak yaitu 37% dan kriteria vulva sangat bengkak yaitu 63%. Pada jam ke-2 tampilan pH lendir serviks dalam range 6-7 sebanyak 44%, dan 56% ternak dengan pH lendir serviks dalam range 7,1-8. Tampilan pH lendir serviks pada jam ke-8 yaitu range 6-7 sebanyak 23%, dan 77% ternak yang memiliki pH lendir serviks dalam range 7,1-8. Pada jam ke-2 terdapat 19% ternak yang menunjukkan tampilan suhu vagina antara 37-37,9oC, 60% ternak yang memiliki suhu vagina antara 38-38,5oC, serta 21% ternak dengan suhu vagina >38,5oC. Pada pengamatan jam ke-8 persentase ternak dengan tampilan suhu vagina antara 37-37,9oC sebanyak 7%, suhu vagina antara 38-38,5oC yaitu 49%, serta ternak dengan tampilan suhu vagina >38,5oC sebanyak 44%. Pada jam ke-2 sebanyak 86% sapi menunjukkan nilai heat detector antara 20-25 Ω, dan sebanyak 14% ternak yang menunjukkan nilai antara 26-30 Ω. Sedangkan pada jam ke-8 persentase ternak yang menunjukkan nilai heat detector 20-25 Ω yaitu 91%. Ternak yang memiliki nilai antara 26-30 Ω sebanyak 7% dan terdapat 2% ternak yang memiliki nilai antara 31-35 Ω. pada jam ke-2 terdapat 67% ternak yang berada dalam fase estrus dan 33% ternak yang berada pada fase metestrus. Sedangkan pada jam ke-8 persentase ternak yang berada pada fase estrus yaitu 35% dan persentase ternak yang berada dalam fase metestrus yaitu 65%. Tingkat keberhasilan penelitian ini ditinjau dari total akseptor IB yaitu NRR 1 81,4%, NRR 2 69,8%, CR 25,6%, dan PR 30,2%. Berdasarkan karakter estrus diketahui bahwa persentase CR tertinggi ditunjukkan oleh ternak dengan karakter lendir serviks; ada banyak yaitu 18,6%, karakter warna vulva merah merata yaitu 20,9%, karakter kebengkakan vulva; sangat bengkak yaitu 20,9%, pH lendir serviks 7,1-8 yaitu 20,9%, suhu vagina 38-38,5oC yaitu 16,3%, nilai heat detector 20-25 yaitu 23,3%, dan kualitas vagina smear metestrus yaitu 25,6%. Persentase PR tertinggi ditunjukkan oleh ternak dengan karakter lendir serviks; ada banyak yaitu 20,9%, karakter warna vulva merah merata yaitu 23,3%, karakter kebengkakan vulva; sangat bengkak yaitu 23,3%, pH lendir serviks 7,1-8 yaitu 25,6%, suhu vagina 38-38,5oC yaitu 16,3%, nilai heat detector 20-25 yaitu 27,9%, dan kualitas vagina smear metestrus yaitu 27,9%. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu persentase kebuntingan tertinggi ditunjukkan oleh ternak ketika ternak menunjukkan karakter lendir serviks banyak, warna vulva merah merata, tampilan vulva sangat bengkak, pH lendir serviks netral menuju basa, suhu vagina 38-38,5oC, nilai HD antara 20-25Ω. Perlu penelitian lebih lanjut pengaruh kondisi atau karakter terbaik dengan keberhasilan IB dalam jumlah yang banyak.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0422050002
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry
Divisions: S2/S3 > Magister Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 19 Jul 2022 03:48
Last Modified: 19 Jul 2022 03:48
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192277
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Putri Utami.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2024.

Download (5MB)

Actions (login required)

View Item View Item