Strategi Pengelolaan Sekolah Adiwiyata Kabupaten Pada Tingkat Pendidikan Menengah Di Kabupaten Sintang

Murdani, Daniel (2018) Strategi Pengelolaan Sekolah Adiwiyata Kabupaten Pada Tingkat Pendidikan Menengah Di Kabupaten Sintang. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pendidikan lingkungan merupakan upaya pemerintah untuk mengatasi dan menekan laju kerusakan lingkungan. Indikator terjadinya kerusakan lingkungan adalah menipisnya areal hutan di Indonesia dan sugai yang tercemar. Khusus di Provinsi Kalimantan Barat sejak tahun 2011 sampai sekarang terjadi penurunan indek tutupan lahan dan indek kualitas air. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi dan menekan laju kerusakan lingkungan adalah melalui program Adiwiyata di sekolah. Dalam rangka mewujudkan sekolah Adiwiyata Pemerintah Kabupaten Sintang dalam hal ini BLH (Badan Lingkungan Hidup) telah melakukan berbagai upaya diantaranya melalui penyuluhan, pendampingan dan sosialisasi. Tetapi pada kenyataannya keberadaan sekolah Adiwiyata di Kabupaten Sintang masih sangat minim khususnya untuk tingkat pendidikan menengah. Permasalahan utama adalah masalah pengelolaan dan pembinaan baik yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam hal ini BLH maupun pihak sekolah yang menjadi instrumen pelaksana dalam mewujudkan sekolah Adiwiyata. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis status ketercapaian pengelolaan sekolah Adiwiyata kabupaten yang ada di Sintang, mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada sekolah Adiwiyata kabupaten di Sintang dan merumuskan strategi pembinaan sekolah Adiwiyata kabupaten yang efektif. Penelitian ini mengguanakn metode deskriptif kualitatif-kuantitatif untuk menjawab persoalan yang ada dalam rumusan masalah. Analisisi deskriptif kuantitatif dipergunakan untuk mengetahui status pengelolaan sekolah Adiwiyata kabupaten dengan menggunakan skala pengukuran likert. Analisis deskriptif kualitatif berupa Analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi sekolah Adiwiyata kabupaten dan merumuskan strategi pembinaan sekolah Adiwiyata Kabupaten. Sumber data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer dalam diperoleh dari pengamatan di lapangan, responden melalui kuesioner dan wawancara terbuka kepada informan. Data sekunder diperoleh dari BLH dan sekolah. Teknik pengumpulan datanya menggunakan pengamatan (observasi), angket (kuesioner), wawancara dan telaah dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan skala pengukuran yaitu skala likert maka diperoleh status pengelolaan sekolah Adiwiyata kabupaten di sintang dikategorikan sangat baik. Pada aspek kebijakan memperoleh nilai 93,45%, pada aspek kurikulum memperoleh nilai 87,05%, pada aspek partisipatif xii memperoleh nilai 95,35% dan pada aspek sarana prasarana memperoleh nilai 96,30%. Jadi, berdasarkan persepsi tenaga pendidik aspek kurikulum merupakan aspek paling lemah dalam pengelolaan sekolah Adiwiyata kabupaten di sintang. Faktor kekuatan yang dimiliki sekolah adalah sekolah memiliki visi, misi dan tujuan sekolah yang berwawasan lingkungan, memiliki tim Adiwiyata, memiliki sarana prasarana yang memadai dan ramah lingkungan. Faktor kelemahan yang dimiliki sekolah berupa pemanfaatan sarana prasarana yang belum optimal, kurang menjalin kemitraan dengan pemerintah dan swasta, siswa kurang terbiasa dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, alokasi anggaran pengembangan Adiwiyata terbatas, siswa kurang berpartisipasi dalam aksi lingkungan di luar sekolah. Faktor peluang yang dimiliki sekolah berupa peluang mendapatkan bantuan sarana prasarana dalam menunjang pembelajaran pendidikan lingkungan, berpeluang meningkatkan kompetensi tenaga pendidik melalui seminar, pelatihan dan lokakarya, peluang menjalin kerja sama dengan pemerintah dan swasta, peluang mengikuti kompetensi lain dibidang lingkungan. Faktor ancaman yang dimiliki sekolah berupa mutasi kepala sekolah dan tenaga pendidik yang mengancam keberlanjutan program Adiwiyata, persepsi warga sekolah yang yang beranggapan bahwa program Adiwiyata hanya sekedar perlombaan, penurunan predikat Adiwiyata jika sekolah tidak melakukan upaya mempertahankan, kurang pembinaan dan dukungan dari BLH, ancaman dari sekolah nonadiwiyata yang memiliki prestasi lebih tinggi. Strategi pembinaan dari aspek kebijakan adalah pemerintah harus memilih minimal satu orang dari tiap sekolah Adiwiyata kabupaten untuk dilatih, dibimbing dan diajarkan secara menyeluruh dan berkesinambungan terkait program Adiwiyata sampai berada pada level ahli. Strategi pembinaan dari aspek kurikulum adalah pelatihan dan pendampingan kepada guru dalam menyusun indikator pembelajaran maupun perangkat pembelajaran pendidikan lingkungan dilakukan secara berkala. Strategi pembinaan dari aspek partisipatif adalah adanya dorongan dari pihak sekolah agar guru dan siswa menginisiasi kegiatan aksi lingkungan diluar sekolah seperti melakukan kerja bakti dirumah ibadah, panti asuhan dan melakukan aksi penanaman dan perawatan pohon. Strategi pembinaan dari aspek sarana dan prasarana adalah memberlakukan sanksi kepada warga sekolah yang merusak fasilitas kebersihan misalnya, diberikan sanksi untuk membuat karya tulis terkait Adiwiyata, membuat karya seni dari barang bekas, mengganti barang yang dirusak atau denda sesuai dengan nilai barang yang dirusak.

English Abstract

Environmental education is the government's effort to overcome and suppress the rate of environmental damage. Indicator of the occurrence of environmental damage is the depletion of forested areas in Indonesia and sempai contaminated. Especially in West Kalimantan Province since 2011 until now there is a decline in land cover index and water quality index. One of the efforts made by the government in overcoming and suppressing the rate of environmental damage is through Adiwiyata program at school. In order to realize the school Adiwiyata Sintang District Government in this case Environmental Agency has made various efforts such as through counseling, mentoring and socialization. But in reality the existence of Adiwiyata schools in Sintang Regency is still very minimal, especially for the level of secondary education. The main problem is the management and guidance issues either by the local government in this case the Environment Agency and the school that became the implementing instrument in realizing Adiwiyata schools. This study aims to analyze the status of achievement of regency Adiwiyata school management in Sintang, to identify the strengths, weaknesses, opportunities and threats of regency Adiwiyata schools in Sintang and to formulate an effective of regency Adiwiyata schools coaching strategy. This research used a qualitative- quantitative descriptive method to answer the existing issues as stated in the statements of problems above. Quantitative descriptive analysis is used to determine the status of school management of regency Adiwiyata by using Likert measurement scale. Qualitative descriptive analysis in the form of SWOT Analysis to identify strength factor, weakness, opportunity and threat faced by regency Adiwiyata schools and formulate coaching strategies of regency Adiwiyata schools. Source of data used in this research is derived from primary data and secondary data. Primary data in obtained from field observations, respondents through questionnaires and interviews open to informants. Secondary data were obtained from the Environment Agency and schools. Data collection techniques used observation, questionnaires, interviews and documentation studies. Based on the results of descriptive quantitative analysis using the Likert measurement scale then obtained the status of management regency Adiwiyata schools in the sintang is categorized very well. In the aspect of the policy to get 93,45%, on curriculum aspect get value 87,05%, on participative aspect get value 95,35% and on infrastructure aspect gets 96,30%. Thus, based on the perceptions of educators the curriculum aspect is the weakest aspect in the management of regency Adiwiyata schools in sintang. The school's strength factor is that the school has a vision, mission and objective of an environmentally sound school, has an Adiwiyata team have adequate facilities and environmentally friendly. The weakness factor of the school in the form of utilization of infrastructure facilities that have not been optimal, lack of partnership with xiv government and private sector, students are less used to maintaining environmental sustainability, Adiwiyata limited budget allocation budget, students less participate in environmental actions outside school. Factors that have the opportunity of the school the opportunity to get infrastructure assistance in support of environmental education, has the opportunity to improve the competence of educators through seminars, training and workshops, opportunities for cooperation with the government and private, opportunities to follow other competencies in the field of environment. The threat factors that the school has in the form of headmaster mutations and educator who threaten the sustainability of Adiwiyata program, perceptions of school residents who think that the Adiwiyata program just a competition, decrease in the predicate of Adiwiyata if the school does not make efforts to maintain, lack of coaching and support from the Environment Agency, threats from non-Adiwiyata schools that have higher achievement. The strategy of coaching from the policy aspect is that the government must select at least one person from each regency Adiwiyata school to be trained, guided and taught as a whole and continuously related to Adiwiyata program to be at expert level. The coaching strategy of the curriculum aspect is the training and mentoring to the teachers in preparing the learning indicators as well as the environmental education learning tools are done periodically. The guiding strategy from the participative aspect is the encouragement of the school so that the teachers and students initiate the environmental action activities outside the school such as doing devotion in the house of worship, orphanage and doing tree planting and maintenance activities. The strategy of fostering aspects of facilities and infrastructure is to impose sanctions on school residents who damage the hygiene facilities, for example, are given sanctions to create paper related to Adiwiyata, making artwork from used goods, replacing damaged goods or fines in accordance with the value of damaged goods

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/371.6/MUR/s/2018/041805947
Uncontrolled Keywords: Pengelolaan sekolah, Adiwiyata kabupaten, strategi pembinaan, kabupaten sintang
Subjects: 300 Social sciences > 371 Schools and their activities; special education > 371.6 Physical plant; materials management
Divisions: Program Pascasarjana > Magister Pengelolaan Lingkungan, Program Pascasarjana
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 16 Jun 2022 07:33
Last Modified: 16 Jun 2022 07:33
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/191263
[thumbnail of DANIEL MURDANI.pdf] Text
DANIEL MURDANI.pdf

Download (5MB)

Actions (login required)

View Item View Item