Engaruh Penambahan Aditif Dan Level Berbeda Terhadap Kecernaan, Produksi Gas Total, Dan Degradasi Secara In Vitro Silase Tebon Jagung (Zea Mays L.)

Alfiansyah, Ahmad Hafidz and Prof.Dr.Ir. Hartutik, MP., IPU., ASEAN. Eng (2021) Engaruh Penambahan Aditif Dan Level Berbeda Terhadap Kecernaan, Produksi Gas Total, Dan Degradasi Secara In Vitro Silase Tebon Jagung (Zea Mays L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Hijauan merupakan pakan utama ternak ruminansia. Salah satu hijauan yang sering digunakan adalah tebon jagung. Tebon jagung adalah seluruh tanaman jagung muda yang berumur 85 hari kecuali akarnya. Tebon jagung memiliki kandungan nutrien yang cukup baik karena umumnya dipanen saat jagungnya masih muda, namun tebon jagung memiliki beberapa kekurangan seperti kadar air tinggi dan mudah busuk. Tebon jagung umumnya berlimpah saat musim penghujan karena memiliki produksi yang tinggi pada musim penghujan dan cenderung rendah di musim kemarau. Pengawetan diperlukan untuk menjaga ketersediaannya sepanjang tahun. Pengawetan yang umum dilakukan adalah silase. Silase adalah hijauan segar yang difermentasi dalam silo secara anaerob dalam kondisi asam. silase dipilih karena hijauan yang diawetkan berada dalam kondisi segar sehingga dapat mempertahankan kandungan nutrien pakan. Syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan silase meliputi kondisi anaerob, adanya Water Soluble Carbihydrate (WSC) dalam bahan silase dan kadar air bahan silase 60 – 70 %. Kadar WSC yang rendah pada tebon jagung (kadar WSC 12,11%) membuat proses ensilase berjalan lambat. Oleh sebab itu, diperlukan adanya aditif untuk mempercepat proses ensilase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan aditif dan level optimal untuk pembuatan silase tebon jagung. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan baku tebon jagung yang diperoleh dari CV. Agrirach, Karangploso malang dengan umur potong 85 hari sebanyak 2 kg setiap perlakuan. Bahan aditif yang digunakan adalah molases, bekatul, pollard dan tepung gaplek yang diperoleh dari toko pertanian di Karangploso dan Batu, Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan laboratorium dengan rancangan penelitiannya adalah Rancangan Acak Kelompok Tersarang yang menggunakan 4 jenis bahan aditif (molases, bekatul, pollard dan tepung gaplek) dan level penambahan aditif yakni penggunaan (0%, 10% dan 20%) dan running sebanyak tiga kali setiap level sehingga terdapat 36 unit percobaan dimana running dianggap sebagai blok. Variabel yang diamati meliputi Kecernaan Bahan Kering (KcBK), Kecernaan Bahan Organik (KcBO), Produksi Gas Total, Degradasi Bahan Kering (DBK) dan Degradasi Bahan Organik (DBO). Data dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANOVA) Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola tersarang dan jika ada perbedaan antar perlakuan, analisis dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s (UJBD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan penambahan aditif tidak memiliki perbedaan yang nyata antar perlakuan (P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering (KcBK) yakni sebesar 59,51 ± 6,5%, kecernaan bahan organik (KcBO) viii sebesar 60,87 ± 1,05%, produksi gas total sebesar 65,1 ± 12,87 ml, degradasi bahan kering (DBK) sebesar 56,28 ± 5,8% dan degradasi abahan organik (DBO) sebesar 57,34 ± 6,61%. Namun, perbedaan level penambahan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap KcBK, KcBO, produksi gas total, DBK dan DBO. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuann penambahan tepung gaplek 20% yakni KcBK sebesar 72,03 ± 3,34%, KcBO sebesar 76,04 ± 2,86%, produksi gas total sebanyak 135,1 ± 4,09 ml, DBK sebesar 65,21 ± 2,97% dan DBO 68,11 ± 2,18%. Hal ini karena penambahan tepung gaplek 20% memiliki laju degradasi paling tinggi karena memiliki kadar serat kasar (SK) yang rendah dan WSC yang cukup tinggi. Kombinasi SK yang rendah dan WSC yang tinggi akan membuat mikroba rumen lebih mudah mendegradasi pakan sehingga akan mningkatkan KcBK, KcBO, produksi gas total, DBK dan DBO. Kesimpulan penelitian ini ialah slase tebon jagung dengan penambahan tepung gaplek sebanyak 20% merupakan perlakuan terbaik karena memiliki efek nilai KcBK, KcBO, produksi gas total, DBK dan DBO tertinggi dibanding perlakuan lain. Saran dari penelitian ini adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penambahanbahan aditif dengan berbagai level penambahan dalam silase secara in vivo untuk mengetahui pengaruhnya secara langsung kepada ternak.

English Abstract

This research aimed to evaluate the effect of addition different additives and level on in vitro digestibility, Total Gas Production, And Degradability maize stover ( Zea Mays L) silage. The research was carried out at the Feed and Animal Nutrition Laboratory, Faculty of Animal Science, Brawijaya University from july to august 2020. That material consist of Zea mays L. The additives consist of molasses, rice bran, pollard and cassava flour. The method used laboratory experiment in Nested Randomized Block Design with four additives treatment, each treatmnent consist of three level and three running which the running as block. Each treatment consists T0 without additives (0% molasses, 0% rice bran, 0% Pollard and 0% cassava flour), T1 (10% molasses, 10% rice bran, 10% Pollard and 10% cassava flour), and T2 (20% molasses, 20% rice bran, 20% Pollard and 20% cassava flour). The research variables were in vitro digestibility, total gas production, and degradability. Data were analyzed by analysis of variance (ANOVA) and if there were any significant differences would be continued with Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The result showed the additive did not give any effect (P>0,05) on dry matter digestibility (59.51 ± 6.5%), organic matter digestibility (60.87 ± 1.05%), total gas production (65.1 ± 12.87ml) dry matter degradability (56.28 ± 5.8%), and organic matter degradability (57.34 ± 6.61%), but, the level of addition gave highly significant effect (P<0.01) on total gas production, digestibility and degradability. The highest treatment is 20% cassava flour which dry matter digestibility is 72.03 ± 3.34%, organic matter digestibility is 76.04 ± 2.86%, total gas production is 135.1 ± 4.09 ml dry matter degradability is 65.21 ± 2.97%, and organic matter degradability is 68.11 ± 2.18%. So, it was suggested the best treatment was maize stover with 20% addition of cassava flour.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0521050297
Uncontrolled Keywords: silage, digestibility, total gas production, degradability, in vitro.
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Unnamed user with username nova
Date Deposited: 27 Jan 2022 02:52
Last Modified: 24 Feb 2022 03:48
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/188941
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Ahmad Hafidz Alfiansyah.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2023.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item