Neraca Kehidupan Tungau Rhizoglyphus Robini Pada Beberapa Jenis Umbi Bawang

Aini., Ella Nur and Dr. Ir. Retno Dyah Puspitarini,, MS. and Tita Widjayanti,, SP., M.Si. (2021) Neraca Kehidupan Tungau Rhizoglyphus Robini Pada Beberapa Jenis Umbi Bawang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Umbi-umbian dari golongan umbi lapis (Liliaceae) yang banyak dikonsumsi masyarakat yaitu bawang merah Allium ascalonicum L., bawang putih A. sativum L., dan bawang bombai A. cepa L. Spesies hama tungau yang biasa menyerang umbi lapis yaitu Rhizoglyphus robini Claparède (Acari: Acaridae). Salah satu metode dalam mempelajari perkembangan populasi R. robini adalah dengan mengetahui neraca kehidupannya. Informasi neraca kehidupan tungau R. robini diperlukan sebagai informasi dasar dalam mengamati perubahan kepadatan dan laju pertumbuhan atau penurunan populasi R. robini pada umbi bawang, serta dapat menjadi pertimbangan sebelum menyusun strategi pengendalian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 hingga Februari 2021. Tungau R. robini didapat dari umbi bawang yang telah membusuk yang diperoleh dari pasar. Tungau kemudian diperbanyak di dalam area perbanyakan dengan menggunakan pakan umbi kentang. Arena percobaan berupa cawan Petri yang di dalamnya diletakkan spons, dan di atas spons diletakkan kapas dan umbi pakan berada di atas kapas. Arena percobaan selalu dijenuhi oleh air. Pakan yang digunakan adalah umbi bawang merah, putih dan bombai. Umbi bawang dipotong dengan ukuran 2x1 cm kemudian diletakkan pada masing-masing arena percobaan. Pengamatan biologi dilakukan pada ketiga jenis umbi bawang, yang meliputi perkembangan pradewasa, siklus hidup, lama hidup imago betina dan jantan serta keperidian. Pengamatan ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Pengamatan perkembangan pradewasa tungau R. robini dilakukan dengan menempatkan sepasang imago tungau pada arena percobaan dan dibiarkan selama 24 jam hingga bertelur. Kemudian pada arena percobaan disisakan satu butir telur dan diamati hingga menetas. Pengamatan dilakukan dengan mencatat lama perkembangan setiap stadia tungau dari mulai telur hingga stadia nimfa terakhir. Siklus hidup tungau diamati mulai dari stadia telur sampai tungau dewasa meletakkan telur untuk yang pertama kalinya. Lama hidup imago betina dan jantan diamati dari hari pertama munculnya imago hingga imago mati. Keperidian diperoleh dengan menjumlahkan telur yang dihasilkan imago betina selama hidupnya. Parameter yang digunakan untuk menghitung neraca kehidupan adalah x, lₓ, dan mₓ. Nilai lₓ adalah proporsi betina yang hidup pada umur x (kelas umur). Pengamatan lₓ (kesintasan) dilakukan dengan mengamati 200 butir telur pada masing-masing jenis umbi yaitu bawang merah, putih dan bombai, sehingga total telur yang dibutuhkan adalah 600 telur pada 600 arena percobaan. Nilai tersebut didapatkan dengan meletakkan sepasang imago tungau ke dalam arena percobaan, kemudian dibiarkan selama 24 jam sampai bertelur. Setelah bertelur, imago tungau dikeluarkan dan hanya disisakan satu telur dalam setiap arena percobaan. Selanjutnya telur dibiarkan sampai menetas hingga menjadi dewasa, dan pengamatan dilakukan setiap hari untuk menghitung jumlah individu yang bertahan hidup sampai semua individu mati, kemudian dicatat. Ketika tungau R. robini mencapai fase dewasa, maka jumlah betina dan jantan yang muncul ii dihitung dan dicatat untuk mendapatkan nilai nisbah kelamin. Nilai lₓ diperoleh dari hasil pembagian jumlah individu yang hidup pada setiap pengamatan dengan jumlah populasi awal (200 individu tungau). Nilai mₓ merupakan jumlah keturunan betina yang lahir pada umur x. Pengamatan mₓ terdapat 30 pasang tungau pada masing-masing jenis umbi, sehingga total arena percobaan yang dibutuhkan adalah 90. Nilai ini didapatkan dengan menempatkan sepasang imago tungau pada setiap arena percobaan dan dibiarkan sampai bertelur. Imago betina yang digunakan adalah imago R. robini yang muncul pada hari yang sama, yang diperoleh dari pemindahan tungau pada fase istirahat terakhir dari arena perbanyakan. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk menghitung telur yang diletakkan oleh 30 betina pada setiap arena percobaan, kemudian dicatat. Setelah dihitung, telur kemudian disingkirkan. Pengamatan ini dilakukan hingga imago betina mati, dan setiap terjadi kematian pada imago betina dicatat. Nilai mₓ diperoleh dari hasil rerata jumlah keturunan betina per hari. Keturunan betina didapatkan dari hasil perkalian jumlah telur yang dihasilkan seluruh betina setiap hari dengan presentase proporsi betina. Presentase proporsi betina didapatkan dari perhitungan proporsi betina dibagi dengan jumlah proporsi betina dan jantan dari nisbah kelamin dikali 100%. Selain itu, dari pengamatan ini juga didapatkan nilai produktivitas telur perhari, keperidian, lama hidup imago betina, lama masa praoviposisi, oviposisi, dan pascaoviposisi. Data untuk menyusun neraca kehidupan diperoleh dari hasil nilai lₓ dan mₓ, kemudian disusun dalam tabel bentuk neraca kehidupan berdasarkan parameter demografi menurut Birch (1948), meliputi laju reproduksi bersih (Rₒ=Σlₓmₓ), rataan masa generasi (T=Σxlₓmₓ/Rₒ), laju pertumbuhan intrinsik (r=lnRₒ/T), dan laju pertumbuhan terbatas (λ=eʳ). Data biologi tungau dianalisis menggunakan sidik ragam pada taraf kesalahan 5%, dan apabila hasil tersebut berbeda nyata, maka diuji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Perhitungan biologi tungau menggunakan bantuan program SPSS 26 dan neraca kehidupan menggunakan software Microsoft Office Excel 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perkembangan pradewasa dan siklus hidup tungau R. robini berlangsung lebih singkat pada umbi bawang putih (11,57 dan 12,77 hari) dibandingkan bawang merah (12,31 dan 13,46 hari) dan bombai (12,60 dan 13,71 hari). Keperidian imago betina lebih tinggi pada umbi bawang putih (220,90 butir), dibandingkan bawang merah dan bombai (191,90 dan 181,03 butir), sedangkan lama hidup imago pada ketiga jenis umbi adalah sama. Laju reproduksi bersih (Rₒ) pada umbi bawang putih lebih tinggi (133,258 individu betina/induk/generasi) dibandingkan pada bawang merah dan bombai (104,283 dan 91,489 individu betina/induk/generasi). Rataan masa generasi (T) tungau pada bawang putih adalah 19,466 hari, pada bawang merah dan bombai adalah 19,502 dan 19,529 hari. Laju pertumbuhan intrinsik (r) tungau pada bawang putih lebih tinggi (0,251 individu betina/induk/hari) dibandingkan pada bawang merah dan bombai (0,238 dan 0,231 individu betina/induk/hari). Laju pertumbuhan terbatas (λ) tungau pada bawang putih juga lebih tinggi (1,285) dibandingkan pada bawang merah dan bombai (1,268 dan 1,259). Rata-rata suhu dan kelembapan pada lokasi penelitian adalah 27,87°C dan 73%. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa tungau R. robini lebih sesuai hidup dan berkembang pada umbi bawang putih dibandingkan pada bawang merah dan bombai.

English Abstract

Tubers of the type of layered tuber (Liliaceae) that are widely consumed are shallots Allium ascalonicum L., garlic A. sativum L., and onions A. cepa L. Species of mite pests that commonly attack layered tubers are Rhizoglyphus robini Claparède (Acari: Acaridae) mites. One of the methods in studying the population development of R. robini is to know its life table. Information regarding the life table of R. robini mites is needed as basic information in observing changes in density and growth rate or population decline of R. robin on onion bulbs, and can be a consideration before developing a control strategy. The research was conducted from October 2020 to February 2021. R. robini mites were obtained from rotting tubers obtained from the market. The mites are then propagated in the propagation area using potato tuber feed. The trial arena was in the form of a Petri dish in which a sponge was placed, and cotton was placed on top of the sponge and the feed tubers were on top of the cotton. The trial arena is always saturated with water. The feed used is shallots, garlic and onions. The onion bulbs were then cut to the size of 2x1 cm and then placed in each trial arena. Biological observations were carried out on three types of onion bulbs, which included pre-adult development, life cycle, lifespan of female and male imago and personality. Biological observations were carried out using a Randomized Complete Block Design (RCBD). The observation of the immature development of R. robini mites was carried out by placing a pair of imago mites in the trial arena and left for 24 hours to lay eggs. Then in the trial arena one egg was left and observed until it hatched. Observations were made by recording the development time of each stage of the mite from the egg to the last nymph stage. The life cycle of the mites was observed starting from the egg stage until the adult mite laid eggs for the first time. The length of life of the female and male imago was observed from the first day of imago appearance until the imago died. Fecundity was obtained by adding up the eggs produced by the female imago during her lifetime. The parameters used to calculate the life table are x, lₓ and mₓ. The value of lₓ is the proportion of females alive at age x. Observation of lₓ (survival) was carried out by observing 200 eggs in each type of tuber namely shallot, garlic and onions, so that the total number of eggs needed was 600 eggs in 600 trial arenas. This value was obtained by placing a pair of imago mites into the trial arena, then left for 24 hours to lay eggs. After laying eggs, the mites were removed and only one egg was left in each trial arena. Furthermore, the eggs are allowed to hatch until they become adults, and observations are made every day to count the number of individuals who survive until all individuals die, then recorded. When R. robini mites reach adulthood, the number of females and males that appear are counted and recorded to obtain the sex ratio value. The value of lₓ is obtained from dividing the number of individuals living at each observation by the number of the initial population (200 mites). The value of mₓ is the number of female children born at age x. Observation of mₓ contained 30 pairs of mites in each type of tuber, so the total required trial arena was 90. This value was iv obtained by placing a pair of mites in each trial arena and allowed to lay eggs. The female imago used was the R. robini imago that appeared on the same day, which was obtained from the removal of mites in the last resting phase of the propagation arena. Observations were made every day to count eggs laid by 30 females in each trial arena, then recorded. After being counted, the eggs are then removed. This observation is carried out until the female imago dies, and every death of the female is recorded. The mₓ value is obtained from the average number of female offspring per day. The female offspring is obtained from the multiplication of the number of eggs produced by all females every day with the percentage of the proportion of females. The percentage of female proportions is obtained from calculating the proportion of females divided by the number of proportions of females and males from the sex ratio multiplied by 100%. In addition, from these observations, the values of egg productivity per day, meridian, length of life of female imago, length of previposition, oviposition, and postaoviposition were also obtained. Data for compiling a life balance is obtained from the results of lₓ and mₓ values, then arranged in a table of life table forms based on demographic parameters according to Birch (1948), including net reproduction rate (Rₒ=Σlₓmₓ), average generation (T=Σxlₓmₓ/Rₒ), intrinsic growth rate (r=lnRₒ/T), and limited growth rate (λ=eʳ). The biological data of mites were analyzed using variance at an error rate of 5%, and if the results were significantly different, then further tested using the Least Significant Difference test (BNT). The calculation of mites biology carried out using the SPSS 26 program, and life table using Microsoft Office Excel 2010 software. The research showed that, the immature development and life cycle of R. robini mites was shorter in garlic bulbs (11,57 and 12,77 days) than shallot (12,31 and 13,46 days) and onions (12,60 days) and 13,71 days). The prevalence of female imago was higher in garlic bulbs (220,90 eggs), compared to shallots and onions (191,90 and 181,03 eggs), while the length of life of imago on the three types of bulbs was the same. The net reproduction rate (Rₒ) in garlic tubers was higher (133,258 individual females/parent/generation) than in shallots and onions (104,283 and 91,489 females/brood/generation). The average generation period (T) of mites in garlic was 19,466 days, on shallots and onions were 19,502 and 19,529 days. The intrinsic growth rate (r) of mites in garlic was higher (0,251 individual females/brood/day) than on shallots and onions (0,238 and 0,231 individual females/brood/day). The limited growth rate (λ) of mites in garlic is also higher (1,285) than in shallots and onions (1,268 and 1,259). The average temperature and humidity at the research site was 27,87% and 73%. Based on the results of the study, it was found that R. robini mites were more suitable for life and development on garlic bulbs than on shallots and onions.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0521004046
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 632 Plant injuries, diseases, pests > 632.6 Animal pests
Divisions: Fakultas Pertanian > Hama dan Penyakit Tanaman
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 27 Jan 2022 02:08
Last Modified: 23 Feb 2022 06:46
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/188918
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
165040207111063 - Ella Nur Aini.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2023.

Download (3MB)

Actions (login required)

View Item View Item