Asimetri Informasi Dalam Industri Perikanan Tangkap CTT (Cakalang, Tuna, Tongkol) Di Pantai Sendangbiru, Kabupaten Malang

Sa’idah, Usrotus (2021) Asimetri Informasi Dalam Industri Perikanan Tangkap CTT (Cakalang, Tuna, Tongkol) Di Pantai Sendangbiru, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu - individu dan kelompok - kelompok memperoleh sesuatu yang mereka butuhkan dan inginkan. Informasi dalam suatu pemasaran tentu sangat diperlukan oleh pihak konsumen maupun produsen produk perikanan. Informasi pemasaran perikanan sendiri merupakan sekumpulan informasi mengenai kondisi pasar yang mencerminkan informasi aktual permintaan dan penawaran serta faktor - faktor yang berhubungan dengan permintaan dan penawaran tersebut. Informasi pemasaran juga memiliki manfaat untuk mengurangi asimetri informasi dalam pemasaran perikanan. Asimetri informasi dapat terjadi karena ketidaksesuain informasi antara kedua belah pihak. Kedua belah pihak ini tidak memiliki informasi yang sama, sehingga menyebabkan salah satu pihak dapat dirugikan. Asimetri informasi ini seringkali terjadi dipemasaran hasil perikanan. Sehingga ketidaksesuaian informasi antara pengambek dan nelayan dapat mengakibatkan asimetri informasi pada sektor perikanan tangkap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis keadaan umum lokasi penelitian, karakteristik usaha perikanan tangkap yang terdapat di lokasi penelitian, dan asimetri yang terbentuk di Pantai Sendangbiru, Kabupaten Malang. Penelitian ini dilaksanakan di TPI Sendangbiru, Kabupaten Malang pada bulan Februari 2021. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah dengan data primer dan sekunder. Data primer ini berasal dari hasil wawancara yang sudah dilakukan di lokasi penelitian. Data sekunder berasal dari dokumentasi atau literature – literature yang digunakan pada penelitian ini. Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah nelayan, pengambek, dan pelaku usaha yang dianggap paling tahu terkait perikanan tangkap di TPI Sendangbiru, Kabupaten Malang. Metode pengumpulan Informan dilakukan dengan non probability sampling dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TPI Sendangbiru berada di wilayah selatan Kabupaten Malang yang berbatasan dengan Samudra Hindia. TPI Sendangbiru merupakan salah satu daerah yang berada di Desa Tambakrejo, Kabupaten Malang. Lokasi Desa Tambakrejo ini berada pada ketinggian 15 meter dari permukaan laut dengan luas Desa sebesar 2.735.850 km2. Dikarenakan dekat dengan laut, maka mayoritas penduduk Tambakrejo bekerja di sektor perikanan terutama perikanan tangkap, sehingga memiliki potensi yang besar pada sektor perikanan tangkap.Nelayan di TPI Sendangbiru, Kabupaten Malang ada yang berasal dari nelayan asli dan nelayan pendatang. Nelayan – nelayan di TPI Sendangbiru terdapat sekitar 500 - 600 nelayan. Nelayan – nelayan tersebut melaut dengan menggunakan kapal slerek dan kapal sekoci. Alat tangkap yang digunakan adalah alat tangkap pancing dan jaring. Saat melaut, nelayan dibantu oleh ABK (Anak Buah Kapal). Kegiatan melaut nelayan tentu membutuhkan biaya operasional. Nelayan yang tidak memiliki uang untuk melakukan biaya operasional akan meminjam kepada pengambek. Sehingga akan mengakibatkan kontrak antara nelayan dan pengambek terkait hasil tangkapan. Hasil tangkapan akan diserahkan kepada pengambek untuk dilelang. Saat pelelangan, harga ikan akan ditentukan oleh tengkulak dan disetujui oleh pengambek melalui petugas pelelangan. Hasil tangkapan nelayan adalah ikan tuna, tongkol, teri, dan kembung. Sistem bagi hasil antara nelayan slerek dan nelayan sekoci sama yakni 50% untuk pemilik kapal dan 50% untuk ABK. Pelaku – pelaku usaha perikanan adalah ABK, nelayan, pengambek, petugas pelelangan, dan tengkulak. Adanya kontrak antara nelayan dan pengambek akan mengakibatkan asimetri informasi. Hal ini karena adanya perjanjian yang mengharuskan nelayan memberikan hasil tangkapan kepada tengkulak untuk dilelang. Hasil dari jual beli akan diberikan kepada nelayan. Hal ini dikarenakan adanya kontrak, maka nelayan akan menerima hasil dari kegiatan pelelangan dan proses jual beli tesebut. Sehingga, dari hal tersebut asimetri yang terbentuk adalah model asimetri signalling dan moral hazard. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya asimetri adalah keadaan sosial ekonomi, sifat mudah percaya dan rasa utang budi kepada pengambek.

English Abstract

Marketing is a social and managerial process in which individuals and groups get what they need and want. Information in a marketing course is required by the consumers and producers of fishery products. Fishery marketing information itself is a collection of information about market conditions that reflects the actual information on demand and supply as well as factors related to supply and demand. Marketing information also has the benefit of reducing information asymmetry in fisheries marketing. Information asymmetry may occur due to a mismatch of information between the two parties. These two parties do not have the same information, which causes one party to be disadvantaged. This information asymmetry often occurs in fishery product marketing. So that the mismatch of information between pengambek and fishermen can lead to information asymmetry in the capture fisheries sector. The purpose of this study was to knowing and analyzing the general state of the research sites, characteristics of fishing contained in the study site, and the asymmetry which is formed in Sendangbiru, Malang District. This research was conducted at TPI Sendangbiru, Malang Regency in February 2021. The method used in this research is descriptive qualitative. The type of data used is primary and secondary data. This primary data comes from the results of interviews that have been conducted at the research location. Secondary data comes from the documentation or literature used in this study. The informants used in this study were fishermen and pengambek or those who were considered to know best. The method of collecting informants was carried out by non-probability sampling with purposive sampling and snowball sampling techniques. Methods of data collection are carried out by observation, interviews, and documentation. The results showed that the Sendangbiru TPI is located in the southern region of Malang Regency which borders the Indian Ocean. TPI Sendangbiru is an area located in Tambakrejo Village, Malang Regency. Location Village Tambakrejo is located at an altitude of 15 meters above sea level with an area of the Village of 2.73585 million km2. Due to its proximity to the sea, the majority of Tambakrejo residents work in the fisheries sector, especially capture fisheries, so that it has great potential in the capture fisheries sector. There are fishermen at TPI Sendangbiru, Malang Regency who come from native fishermen and migrant fishermen. There are about 500 - 600 fishermen at TPI Sendangbiru. The fishermen go to sea using slagboats and lifeboats. Fishing gear used is fishing rods and nets. When fishing, fishermen are assisted by the crew. Of course, fishing activities require operational costs. Fishermen who do not have money to carry out operational costs will borrow from pengambek. So that it xi will result in a contract between fishermen and pengambek related to the catch. The catch will be handed over to pengambek for auction. During the auction, the fish price will be determined by the middleman and approved by the pengambek through the auction officer. The catch of fishermen is tuna, mackerel, anchovies and mackerel. The profit sharing system between slerek fishermen and lifeboat fishermen is the same, namely 50% for boat owners and 50% for crew members. Fishery business actors are crew members, fishermen, pengambek, auction officers, and middlemen. The existence of a contract between fishermen and pengambek results in information asymmetry. This is because there is an agreement that requires fishermen to give their catch to middlemen for auction. The proceeds from the sale and purchase will be given to fishermen. This is because there is a contract, the fishermen will receive the results of the auction and the buying and selling process. So, from this the asymmetry formed is the signalling and moral hazard asymmetry model. Factors that influence the occurrence of asymmetry are socioeconomic conditions, trustworthiness and a sense of indebtedness to pengambek.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 0521080095
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.3 Other extractive industries > 338.37 Products > 338.372 Products of fishing, whaling, hunting, trapping > 338.372 7 Products of fishing, whaling, hunting, trapping (Fishing)
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Agrobisnis Perikanan
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 30 Nov 2021 03:01
Last Modified: 24 Feb 2022 04:11
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/186841
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Usrotus Saidah.pdf
Restricted to Registered users only until 31 December 2023.

Download (1MB)

Actions (login required)

View Item View Item