Andini, Hamida Dwi (2020) Evaluasi Ketahanan Berbagai Varietas Bawang Merah terhadap Inokulasi Patogen Alternaria porri (Ell.) Cif. Penyebab Penyakit Bercak Ungu. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Tanaman bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang dimanfaatkan bagian umbi dalam hasil produksinya. Secara umum produktivitas bawang merah di Indonesia cukup fluktuatif namun cenderung meningkat selama periode 2010 hingga 2015. Fluktuasi produksi bawang merah salah satunya disebabkan oleh serangan penyakit. Bercak ungu merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman bawang merah yang disebabkan oleh jamur patogen Alternaria porri. Tindakan untuk mengatasi serangan penyakit ini yaitu dengan menanam varietas tahan baik secara monokultur maupun dicampur dengan varietas rentan, pengendalian dengan cara inimemiliki kelebihan yaitu tidak meninggalkan residu, menjaga keseimbangan ekosistem, dan mengurangi biaya produksi untuk membeli produk fungisida. Selain itu, terdapat teori yang menyatakan bahwa pencampuran varietas tahan dan rentan pada waktu tanam dan tempat yang sama dapat menekan infeksi A. porri. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji tingkat ketahanan berbagai varietas tanaman bawang merah terhadap penyakit bercak ungu yang disebabkan oleh patogen A. porri. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Patogen A. porri didapatkan dari koleksi Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Rangkaian pelaksanaan penelitian ini meliputi perbanyakan dan identifikasi jamur A. porri, uji patogenisitas dengan menginokulasi biakan murni jamur A. porri pada tanaman bawang merah varietas Batu Ijo, dan evaluasi ketahanan pada 5 varietas tanaman bawang merah (Bauji, Tajuk, Batu Ijo, Super Philip, dan Biru Lancor) terhadap infeksi jamur A. porri. Pengamatan intensitas penyakit dimulai 4 hingga 24 hari setelah inokulasi (hsi). Data pengamatan yang diperoleh dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap, kemudian apabila hasilnya berbeda nyata pada setiap perlakuan maka dilakukan uji lanjut yaitu menggunakan uji DMRT dengan taraf 5%. Hasil peneltian pada 5 varietas bawang merah (Bauji, Tajuk, Batu Ijo, Super Philip, dan Biru Lancor) menunjukkan gejala penyakit bercak ungu akibat infeksi patogen A. porri. Gejala yang ditimbulkan yaitu terdapat bercak putih kecil pada daun tanaman bawang merah, kemudian bercak tersebut berkembang menjadi bentuk yang lebih besar (lesi) pada bagian luar muncul seperti garis yang melingkar berwarna kuning dengan inti yang berwarna coklat kehitaman. Pada pengamatan terakhir yaitu 24 hsi, menunjukkan bahwa 5 varietas bawang merah memiliki tingkat kategori ketahanan yaitu “sangat tahan”, “agak tahan”, “agak tahan”, “agak tahan”, dan “agak rentan” berturut-turut yakni varietas Batu Ijo (4,91%), Biru Lancor (19,13%), Bauji (19,62%), Tajuk (19,99%), dan Super Philip (23,33%). Pencampuran varietas tahan dan rentan saat budidaya bawang merah terbukti dapat menekan intensitas penyakit bercak ungu yang disebabkan oleh jamur A. porri sehingga tanaman bawang merah dengan varietas Super Philip yang memiliki tingkat ketahanan awal “kurang toleran terhadap Alternaria” bergeser ketahanannya menjadi “agak rentan”.
English Abstract
Shallot is a horticultural commodity that is used by the bulbs the results of production. In general, the productivity of shallots in Indonesia is quite volatile but tends to increase during the period 2010 to 2015. One of the fluctuations in the production of shallots is caused by disease. Purple blotch are one of the important diseases in shallots caused by the fungus Alternaria porri. The action to resolve this disease is to plant resistant varieties both monoculture and mixed with susceptible varieties, controlling this method has some advantage of not leaving residues, maintaining ecosystem balance, and reducing production costs to buy fungicide products. Beside that, there is a theory which states that mixing resistant and susceptible varieties at planting time and the same experimental plot can suppress A. porri infection. This study was conducted to assess the level of resistance of various varieties of onion plants against purple blotch diseases caused by pathogenic A. porri. This research was conducted at the Plant Disease Laboratory, and the Glass House of the Faculty of Agriculture, Brawijaya University, Malang. Pathogen A. porri obtained from the collection of Plant Disease Laboratory, Faculty of Agriculture, Brawijaya University. The series of implementation of this research included the propagation and identification of A. porri, pathogenicity test by inoculating A. porri on Batu Ijo variety of shallots, and the resistance test of 5 varieties of shallot plants (Bauji, Tajuk, Batu Ijo, Super Philip, and Biru Lancor) against A. porri fungal infections. Observation of disease intensity starts in 4 to 24 days after inoculation (dai). Observation data obtained were analyzed using a Completely Randomized Design, then if the results were significantly different in each treatment, further tests were carried out using the DMRT test with a level of 5%. The results of research on 5 varieties of shallots (Bauji, Tajuk, Batu Ijo, Super Philip, and Biru Lancor) showed symptoms of purple blotch disease due to infection with pathogenic A. porri. Symptoms that arise are that there are small white patches on the leaves of the onion plant, then these patches develop into larger shapes (lesions) on the outside appear like a yellow circular line with a blackish brown core. In the last observation, 24 dai, it was shown that 5 shallot varieties have a level of resistance category there are "immune", "moderately resistant", "moderately resistant", "moderately resistant", and "moderatelysusceptible" respectively namely Batu Ijo variety (4.91%), Biru Lancor (19.13%), Bauji (19.62%), Tajuk (19.99%), and Super Philip (23.33%). The mixing of resistant and susceptible varieties when cultivating shallots was proven to be able to suppress the intensity of purple blotch caused by the fungus A. porri so that the shallot plants with Super Philip varieties that had an initial level of resistance "less tolerant of Alternaria" shifted their resistance to "moderately susceptible".
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2020/91/052003745 |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 635 Garden crops (Horticulture) > 635.2 Edible tubers and bulbs > 635.25 Onions |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Hama dan Penyakit Tanaman |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 10 Aug 2020 06:42 |
Last Modified: | 11 Apr 2023 02:19 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/181179 |
Text (DALAM MASA EMBARGO)
Hamida Dwi Andini (2).pdf - Published Version Restricted to Registered users only until 31 December 2023. Download (5MB) |
Actions (login required)
View Item |