Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Petani Cabai Merah Yang Bermitra Dan Tidak Bermitra Di Dusun Sumberbendo, Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

Pamungkas, Dimas Wira (2020) Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Petani Cabai Merah Yang Bermitra Dan Tidak Bermitra Di Dusun Sumberbendo, Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Indonesia memiliki daerah pertanian yang potensial salah satunya di daerah Desa Kucur Jawa Timur Kabupaten Malang. Dusun Sumberbendo merupakan salah satu penghasil cabai di Desa Kucur Kabupaten Malang dimana komoditas unggulannya adalah cabai, antara lain cabai merah, cabai rawit, dan cabai hijau. Usahatani cabai merupakan mata pencaharian sebagian besar penduduk di Dusun Sumberbendo. Hal tersebut dapat memberi motivasi tersendiri bagi petani cabai untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan produksinya dengan harapan agar pada saat panen memperoleh hasil penjualan tinggi guna memenuhi kebutuhannya. Tujua penelitian ini adalah menjelaskan perbedaan karakterisitik usahatani cabai petani yang bernitra dan tidak bermitra dengan juragan pak pitono, menjelaskan alasan petani cabai tidak bermitra dengan juragan, menganalisa perbandingan pendapatan petani bermitra dan tidak bermitra. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis pendapatan usahatani bermitra dan tidak bermitra dan analisis uji beda rata-rata. Analisis pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan total biaya. Analisis uji beda rata-rata digunakan untuk mengetahui perbandingan tingkat pendapatan petani cabai bermitra dan petani cabai tidak bermitra. Responden yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 30 petani. Teknik penentuan sampel responden pada penelitian ini dilakukan secara Simple Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan petani tidak bermitra dengan juragan adalah, pertama petani tidak ingin terlalu terikat dengan juragan, petani cabai ingin memainkan harga sesuai dengan keinginannya, petani cabai bebas dalam menjual hasil panennya, penghasilan yang didapatkan lebih tinggi daripada ikut dengan juragan dan petani cabai merasa dipermainkan harga cabainya oleh juragan, dimana juragan akan memotong harga yang tinggi untuk memperoleh untung tinggi. Pendapatan sahatani petani cabai mitra juragan Pak Pitono di Dusun Sumberbendo (Rp 32.434.074) lebih besar daripada pendapatan usahatani petani tidak mitra (Rp 25.096.389). Berdasarkan Independent Samples Test diketahui nilai thitung sebesar 1,015 dan ttabel sebesar 2,131. Nilai thitung yang didapatkan lebih kecil daripada ttabel yaitu 1,015 < 2,131 dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan usahatani cabai mitra juragan dan tidak mitra. Petani yang bermitra dengan juragan tidak jauh berbeda pendapatannya dengan petani yang tidak bermitra. Karena petani bermitra tidak mengeluarkan biaya yang banyak di awal tanam, biaya petani yang bermitra pada awal tanam ditanggung oleh juragan untuk usahatani cabai merahnya dari sarana produksinya sudah disiapkan oleh juragan tetapi pada saat panen, juragan akan memotong hasil panen petani yang bermitra untuk membayar sarana produksi yang disediakan oleh juragan untuk usahatani cabai merah dengan begitu petani yang bermitra mendapat keuntungan yang tidak begitu besar, sedangkan petani cabai yang tidak bermitra menanam cabai di awal musim membutuhkan biaya yang besar, karena biaya yang dikeluarkan dari biaya sendiri. Ketika pada saat panen petani cabai tidak bermitra menjual hargai cabai lebih tinggi dari juragan untuk menutupi biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani cabainya, dimana antara petani yang tidak bermitra dengan juragan dan petani yang bermitra dengan juragan memperoleh keuntungan yang tidak jauh berbeda.

English Abstract

Indonesia has a potential agricultural area in the village area Kucur East Java Malang District. The Sumberbendo Orchard is a producer of chili in Desa Kucur District Malang where the superior commodity is chili, such as red chili, chili pepper, and green chili. Chili farming is the livelihood of most of the inhabitants in the Sumberbendo orchard. This can motivate chili farmers to further develop and improve their production in order to achieve high sales results in order to fulfill their needs. The purpose of this research is to explain the difference in the character of farmer Chili farming that partner in partnership and not partner with the broker Pak Pitono, explaining why chili farmers do not partner with the broker, analyzing the ratio of farmers income Partnered and not partnered. The method used in this research is the analysis of the income partnered and not partnered and the analysis of the average difference test. Analysis of farming income is the difference between acceptance and total cost. The average difference test is used to figure out the revenue level comparison of chili farmers partnering and Chili farmers are not partnering. Respondents used in this study as many as 30 farmers. The respondent's sampling technique on this study was conducted in Simple Random Sampling. The results showed that the reason farmers did not partner with the broker is, first farmers do not want to be too tied to the broker, chili farmers want to play the price according to his wishes, the free chili farmer in selling his harvest, Earnings earned higher than those with the broker and chili farmers feel the price is being played by the broker, where the broker will cut the high price to earn his own profit. The revenue of the Chili Farmer Partners Pak Pitono in Dusun Sumberbendo (Rp 32,434,074) is greater than the income farmers are not partners (Rp 25,096,389). Based on Independent Samples Test is known by Thitung value of 1.015 and this by 2.131. The Thitung value obtained is smaller than the this i.e. 1.015 < 2.131 can be concluded that H0 is accepted and H1 is rejected. It can be interpreted that there is no noticeable difference between the income of chili farming partners and not partners. Farmers who partner with the broker are not much different in their earnings with unpartnered farmers. Because farmers partnered not to spend a lot of costs at the beginning of planting, the cost of farmers who partner at the beginning of planting is borne by the landlord for their red chili farming from the means of production has been prepared by the broker but at the time of harvest, the broker will cut the harvest of farmers who partnered to pay the means of production provided by the Broker for farming chili in the beginning of the season require a large fee, because the costs incurred from the cost themselves. When the harvest of chili farmers do not partner to sell the value of chili is higher than the broker to cover the cost of farmers spent in their own farming, which among the farmers who do not partner with the broker and farmers who partner with the skipper obtained a profit that is not much different.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2020/72/052003726
Uncontrolled Keywords: -
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.7 Business enterprises > 338.73 Partnerships
Divisions: Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 10 Aug 2020 06:46
Last Modified: 11 Apr 2023 02:24
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/181137
[thumbnail of DALAM MASA EMBARGO] Text (DALAM MASA EMBARGO)
Dimas Wira Pamungkas (2).pdf - Published Version
Restricted to Registered users only until 31 December 2023.

Download (8MB)

Actions (login required)

View Item View Item