Arista, Tria (2020) Analisis Kinerja Penyuluh Pertanian Berdasarkan Persepsi Petani di Wilayah Agro Techno Park (ATP) Universitas Brawijaya Desa Jatikerto (Kasus Penyuluhan Pertanian di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang bertujuan sebagai upaya pemberdayaan petani dan pelaku usaha pertanian lain untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya. Penyuluhan menjadi kegiatan penting dan strategis yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan sektor pertanian. Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian dapat menjadi sarana kebijakan yang efektif untuk mendorong pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai tujuannya karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Namun, penyuluhan di Indonesia berada dalam kondisi keterbatasan dan kekurangan tenaga penyuluh pertanian. Selain itu juga banyaknya tugas-tugas penyuluh pertanian tidak sebanding dengan manajerial kemampuan penyuluh seperti penyuluh yang belum bisa memajukan kelompok tani. Berkurangnya tenaga kerja penyuluh pemerintah di lapangan menyebabkan kesenjangan inovasi petani terhadap perubahan informasi yang cepat dan menurunnya efektivitas penyuluhan, sehingga dibutuhkan kinerja penyuluh pertanian yang terintegrasi pada pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian. Desa Jatikerto yang terletak di Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan pertanian. Permasalahan tentang rendahnya tingkat kinerja penyuluh pertanian perlu dilakukan pemecahannya untuk menjaga keberlanjutan pembangunan pertanian. Semakin tinggi kualitas layanan penyuluh maka semakin tinggi kinerja penyuluh, sehingga, diperlukan suatu penelitian dan pengkajian, untuk mengetahui gambaran mengenai kinerja penyuluh pertanian. Penelitian menjadi penting dilakukan agar dapat menganalisis kinerja penyuluh pertanian di Desa Jatikerto dan diharapkan dijadikan bahan evaluasi bagi penyuluh pertanian dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan yang akan berdampak pada efektivitas pelaksanaan penyuluhan dan dapat membantu petani meningkatkan pengetahuan tentang usahataninya serta peningkatan pendapatan. Sehingga terwujud petani yang sejahtera baik dalam aspek ekonomi maupun non ekonomi. Tujuan penelitian untuk 1) Mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal petani 2) Mendeskripsikan kinerja penyuluh pertanian berdasarkan persepsi petani 3) Mengidentifikasi produktivitas padi di wilayah Agro Techno Park Universitas Brawijaya Desa Jatikerto 4) Menganalisis hubungan antara faktorfaktor internal dan eksternal petani dengan kinerja penyuluh pertanian 5) Menganalisis hubungan antara kinerja penyuluh dengan produktivitas padi di wilayah Agro Techno Park Universitas Brawijaya. Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Teknik penentuan responden menggunakan teknik stratified sampling yakni petani di Desa Jatikerto. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif igunakan untuk mendeskripsikan faktor internal dan eksternal kinerja penyuluh dan persepsi petani petani terhadap kinerja penyuluh. Sedangkan secara inferensial data akan dianalisis menggunakan uji statistik non parametrik, yakni korelasi “Rank Spearman” untuk melihat hubungan antara faktor internal dan eksternal petani dengan kinerja penyuluh, untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kinerja penyuluh dengan produktivitas padi. Namun, sebelum data dapat diolah untuk keperluan analisis inferensial, data harus lolos dari uji validitas dan reliabilitas (pengujian instrumen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Faktor internal petani terdiri dari umur, pendidikan formal, status kepemilikan lahan, pengalaman berusahatani. Sedangkan faktor eksternal petani terdiri dari keterlibatan petani dengan kelompoktani, intensitas penyuluhan dan interaksi sosial petani. Sebagian besar petani memiliki usia usia antara 41 hingga 60 tahun (kategori dewasa) dan dalam masa produktif untuk mengikuti kegiatan penyuluhan, dengan tingkat pendidikan formal petani didominasi oleh lulusan SMP, mayoritas petani memiliki lahan berstatus milik sendiri, dengan sebagian besar memiliki pengalaman berusahatani lebih dari 20 tahun, terlibat aktif satu sampai tiga kali pertemuan rutin kelompoktani, petani juga aktif satu sampai tiga kali penyuluhan serta memiliki tingkat interaksi sosial berkategori sedang. (2) Kinerja penyuluh pertanian berdasarkan persepsi petani di Desa Jatikerto sebesar 58,19 persen (kategori sedang). Kinerja penyuluh pertanian pada tahap perencanaan sebesar 61,38 persen (kategori sedang), tahap pelaksanaan kinerja penyuluh pertanian sebesar 67,94 persen (kategori sedang). Tahap yang terakhir kinerja penyuluh pertanian adalah evaluasi dan pelaporan sebesar 45,24 persen (kategori rendah). (3) Produktivitas padi di Desa Jatikerto menunjukkan sebagian besar petani memiliki produktivitas 6,67- 7,32 ton/ha (4) Faktor internal petani yang berhubungan persepsi petani terhadap kinerja penyuluh adalah umur dan pendidikan formal. Sedangkan faktor eksternal yang berhubungan dengan kinerja penyuluh pertanian adalah keterlibatan dalam kelompoktani, intensitas penyuluhan dan interaksi sosial petani. (5) Kinerja penyuluh pertanian yang berhubungan produktivitas padi adalah kinerja pada tahap perencanaan dan pelaksanaan. Sedangkan yang tidak berhubungan dengan produktivitas padi adalah kinerja penyuluh pada tahap evaluasi & pelaporan. Saran penelitan 1) Penyuluh diharapkan meningkatkan komunikasinya dengan petani, seperti sering datang ke lapangan agar program yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dialami petani. 2) Penyuluh memberikan materi atau informasi teknologi yang sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang dihadapi petani. 3) Penyuluh kedepannya lebih melibatkan petani bukan hanya pengurus kelompoktani mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan hingga evaluasi sehingga penyusunan program lebih sesuai dengan kebutuhan petani. 4) Penyuluh lebih meningkatkan kualitas diri penyuluh untuk dapat mengikuti pelatihan-pelatihan agar mendapatkan inovasi baru tentang pertanian dan sebaiknya pemerintah juga harus memberikan perhatian dan penghargaan (reward) kepada penyuluh yang telah menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan baik.
English Abstract
Agricultural extension is a form of non-formal education that aims as an effort to empower farmers and other agricultural businesses to increase their productivity, income, and welfare. Agricultural extension is an important and strategic policy to achieve the development of the agricultural sector. Extension activities in agricultural development can be an effective policy tool to encourage agricultural development in situations where farmers are unable to achieve their goals due to limited knowledge and insight. However, agricultural extension in Indonesia is in a situation where limitations and shortages of agricultural extension workers become a real problem to the implementation of extension activities. Also the number of agricultural extension tasks is not comparable to the managerial skills of extension workers, such as a lagging development of certain agriculture groups because of the lack of managerial skills of agricultural extension agents. The decreasing workforce of on-farm extension agents leads to farmers' innovation gaps due to rapid information changes and decreasing the effectiveness of extension services. Therefore, the integrated performance of agricultural extension workers is required to achieve the implementation of the main tasks and functions of agricultural extension agents. Jatikerto Village, location in Kromengan District, Malang Regency has a considerable potential in agricultural development. The problem due to the low level of performance of agricultural instructors needs to be solved immediately. The increase in the quality of agricultural extension services will lead to higher the performance of agricultural extension agents. So we need a research and assessment are required to depict the performance of agricultural instructors. Research is important to analyze the performance of agricultural extension agents in Jatikerto Village and is expected to be used as an evaluation material for agricultural extension workers to carry out certain extension activities. So that in the end, the results of this research can be used as a tool to increase the effectiveness of agricultural extension activities which can help the farmers to increase their knowledge on good farming practices which lead to the increase in farmers’ income level and achievement economic and non-economic prosperity. Research objectives for 1) Describe the internal and external factors of farmers 2) Describe the performance of agricultural instructors based on perceptions of farmers 3) Identify rice productivity in the Agro Techno Park area of Brawijaya University, Jatikerto Village 4) Analyze the relationship between farmer's internal and external factors with the performance of agricultural instructors 5) Analyzing the relationship between extension workers' performance with rice productivity in the Agro Techno Park area of Universitas Brawijaya. The method to determine the location of the study was conducted purposively in Jatikerto Village, Kromengan District, Malang Regency. The technique of determining respondents using stratified sampling, namely farmers in Jatikerto Village. The analytical tool used is a quantitative descriptive analysis that is used to describe the internal and external factors of instructor performance and farmers perceptions of extension workers' performance. The data were analyzed using nonparametric statistical tests, namely the correlation of "Rank Spearman" to see the relationship between internal and external factors of farmers with the performance of extension workers, to determine whether there is a relationship between the performance of extension workers with rice productivity. However, before the data can be processed for inferential analysis, the data must pass the validity and reliability test (instrument testing). The results showed that: (1) Internal factors of farmers in this study consisted of age, formal education, land ownership status, the experience of farming. While external factors consist of farmers with farmer groups, the intensity of counseling and social interaction of farmers. Most farmers are between 41 to 60 years (categorized as adults) and in the productive period to participate in the suggested activities, and the majority of the farmers have a formal education with junior high school level, by status of land ownership, most farmers have their own land , the majority of the farmers have more than 20 years of farming experience, farmers are actively involved in one to three times routine farm group meetings, farmers are also active one to three times holding meetings and have moderate levels of social interaction. (2) The performance of agricultural extension agents based on farmers' perceptions in Jatikerto Village is 58,19 percent (medium category). The performance of agricultural instructors in planning is 61.38 percent (medium category), agricultural extension implementation planning is 67.94 percent (medium category). The last stage of agricultural extension performance assessment is evaluation and assessment is 45.24 percent (low category). (3) Rice productivity in Jatikerto Village shows that most farmers have a productivity of 6.67-7.32 tons / ha (4) Internal factors of farmers related to farmers' perceptions of the performance of the agricultural extension agents consist of age and formal education. While external factors related to agricultural improvement are participation in farmer groups, extension intensity, and farmer social interaction. (5) The performance of agricultural extension agents related to rice productivity is the planning and implementation stage. Meanwhile not related to rice productivity is an increase in the results of evaluation and assessment. Research suggestions 1) Extension agents are expected to improve their communication with farmers, such as more frequent on-field assessment so that the program implemented by the needs and problems needed by farmers. 2) Agricultural extension agents can provide material or information technology that is by the conditions and problems involving farmers. 3) So that in the future, agricultural extension agents will involve farmers, not only the management of the farmer groups, and will be assessing the farmers’ agricultural practices from preparation until the assessment process, therefore the public policies created by the government can be useful in accordance to the farmers’ needs 4) The instructor further improves the quality of the instructor's self to be able to take part in training to get information about agriculture and the government must also give attention and appreciation to the instructor who has carried out his duties and responsibilities well
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FP/2020/25/052003679 |
Uncontrolled Keywords: | - |
Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 630 Agriculture and related technologies > 630.7 Education, research, related topics > 630.71 Education / Agricultural education > 630.715 Adult education and on-the-job training / Agricultural extension work / Agricultural extension workers |
Divisions: | Fakultas Pertanian > Sosial Ekonomi Pertanian |
Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
Date Deposited: | 24 Aug 2020 07:33 |
Last Modified: | 27 Sep 2024 02:50 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/181079 |
Text
Tria Arista.pdf Download (5MB) |
Actions (login required)
View Item |