Dewi, Ni Putu Ayu Rima Agustia (2019) Analisis Cost Effectiveness Penggunaan Antibiotik Levofloxacin Dan Sefiksim Pada Terapi Demam Tifoid (Studi Dilakukan Pada Pasien Demam Tifod Dewasa Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C. Penyakit demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang memerlukan pengobatan antibiotik. Terapi antibiotik lini pertama untuk pasien demam tifoid yaitu kloramfenikol, ampisilin, dan kotrimoksazol. Pada penelitian ini tidak akan meneliti tentang kloramfenikol, ampisilin, kotrimoksazol melainkan antibiotik yang diteliti yaitu levofloksasin dan sefiksim karena dalam lima tahun terakhir telah dilaporkan kasus demam tifoid berat bahkan fatal yang disebabkan oleh adanya resistensi obat ganda terhadap Salmonella typhi (multiple drugs resistance (MDR). Dalam pemilihan terapi, penyedia layanan kesehatan harus mempertimbangkan efektivitas terapi dan efisiensi biaya mengingat anggaran penyedia layanan kesehatan pada era JKN terbatas. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik berdasarkan analisis farmakoekonomi. Tujuan penelitian untuk menganalisis efektifitas terapi dan biaya pengobatan (cost-effectiveness) penggunaan antibiotik levofloxacin dan sefiksim pada pasien demam tifoid dewasa secara retrospektif menggunakan sudut pandang penyedia layanan kesehatan dengan metode pengambilan data menggunakan data sekunder. Data sekunder yang digunakan yaitu data rekam medis dan data administrasi biaya pengobatan pasien demam tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2019. Sampel dipilih menggunakan teknik total sampling dengan 28 pasien sebagai sampel. Berdasarkan perhitungan ACER, antibiotik yang lebih cost-effective ditinjau dari lama rawat inap untuk terapi demam tifoid dewasa yaitu antibiotik levofloxacin dikarenakan memiliki biaya yang lebih efisien. Sedangkan berdasarkan lama hilangnya demam, sefiksim lebih efektif berdasarkan perhitungan ICER namun membutuhkan tambahan biaya sebesar Rp 251.146 untuk setiap pengurangan 1 hari lama hilangnya demam.
English Abstract
Typhoid fever is an acute infectious disease caused by the bacteria Salmonella typhi or Salmonella Paratyphi A, B and C. Typhoid fever is an infectious disease that requires antibiotic treatment. First-line antibiotic therapy for typhoid fever patients is chloramphenicol, ampicillin, and cotrimoxazole. This research will not examine chloramphenicol, ampicillin, cotrimoxazole, but the antibiotics studied are levofloxacin and cefixime because in the last five years there have been reported cases of severe and even fatal typhoid fever caused by multiple drug resistance to Salmonella typhi (multiple drugs resistance (MDR)). In the selection of therapy, health service providers must consider the effectiveness of therapy and cost efficiency considering the health care provider budget in the JKN era was limited. This study was an observational analytic study based on pharmacoeconomic analysis. The purpose of the study was to analyze the effectiveness of therapy and the cost-effectiveness of using levofloxacin antibiotics and cefixime in adult typhoid fever patients retrospectively using the viewpoint of a health care provider with data collection methods using secondary data.The secondary data used are medical record data and data a administration of the cost of treating typhoid fever patients at the Sanjiwani Regional General Hospital in Gianyar in the period January 2017 to July 2019. The sample was selected using a total sampling technique with 28 patients as samples. Based on ACER calculations, antibiotics are more cost-effective in terms of length of stay for therapy for adult typhoid fever, namely antibiotics levofloxacin because it has a more efficient cost. Whereas based on the duration of fever disappearance, cefixime is more effective based on ICER calculations but requires an additional cost of Rp. 251,146 for every 1 day reduction in the duration of fever loss.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FK/2019/620/052001475 |
| Uncontrolled Keywords: | Demam Tifoid Dewasa, Levofloxacin, Sefiksim, CEA-Adult Typhoid Fever, Levofloxacin, Cefixime, CEA |
| Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 617 Surgery, regional medicine, dentistry, ophthalmology, otology, audiology > 617.2 Results of injuries and wounds > 617.22 Fever, infections, inflammation |
| Divisions: | Fakultas Kedokteran > Farmasi |
| Depositing User: | soegeng sugeng |
| Date Deposited: | 10 Aug 2020 06:43 |
| Last Modified: | 22 Oct 2021 03:09 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/180547 |
Preview |
Text
Ni Putu Ayu Rima Agustia Dewi.pdf Download (6MB) | Preview |
Preview |
Text
MAJALAH_Ni Putu Ayu Rima Agustia Dewi_155070501111034.pdf Download (3MB) | Preview |
Actions (login required)
 |
View Item |