Komodifikasi Kesenian Bantengan Nuswantara pada Festival Bantengan Nuswantara di Kota Batu

Hannansyah, Wahyu (2019) Komodifikasi Kesenian Bantengan Nuswantara pada Festival Bantengan Nuswantara di Kota Batu. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Penelitian ini membahas klaim Pemerintah Kota Batu terkait dukungannya terhadap kesenian Bantengan yang ditulis di media sosial Instagram resmi Dinas Pariwisata Batu dan foto poster Bantengan di Facebook yang menimbulkan beberapa reaksi dan tuntutan dari kelompok kesenian Bantengan Nuswantara di Kota Batu. Beberapa teks dan foto yang ditampilkan di Instagram mempengaruhi respon dari kelompok Bantengan terkait kegiatan ritual dalam Festival Bantengan yang tertulis di Instagram, bahwa Bantengan telah didukung, dijaga, dan diinovasikan sebagai objek promosi pariwisata oleh Disparta. Sehingga klaim tersebut menjadi dasar adanya motif komodifikasi yang terjadi pada kesenian Bantengan dalam Festival Bantengan di Kota Batu. Penelitian ini menggunakan teori komodifikasi yang berakar dari Karl Marx yang kemudian dikembangkan oleh Norman Fairclough, serta dibantu dengan konsep Turistifikasi dari Picard untuk melihat bagaimana Bantengan dijadikan objek yang turistik oleh Pemerintah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis wacana kritis milik Fairclough, yaitu melihat proses komodifikasi melalui analisis tiga dimensi wacana meliputi mikrostruktural, mesostruktural, dan makrostruktural. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada dua motif dan tujuan yang berbeda terhadap Bantengan. Motif tersebut nampak dari satu sisi upaya kelompok Bantengan Nuswantara dalam mengangkat kesenian Bantengan yang telah punah melalui festival yang diadakan oleh mereka tiap tahunnya secara mandiri, senantiasa bergerak dengan motif purifikasi atau sakralisasi terhadap Bantengan. Pada sisi lain, pemerintah menyuarakan dukungannya secara tertulis melalui wacananya yang disampaikan dalam teks di Instagram bahwa bantengan senantiasa didukung, dijaga dan diinovasikan untuk promosi pariwisata. Hal tersebut tentu berdampak pada Bantengan itu sendiri yang sekaligus menjadi objek komoditas. Keduanya berjalan bertentangan, bahwa purifikasi dan sakralisasi kesenian Bantengan dipahami sebagai suatu yang sebelumnya bebas dari nilai materialistik menjadi objek yang bernilai turistik. Promosi dan kemasan penulisan teks yang ditampilkan memperjelas adanya upaya komodifikasi dan turistifikasi, dimana, masyarakat tujuan wisata dijadikan sebagai produk wisata yang memiliki nilai jual untuk konsumen.

English Abstract

This research discusses about the Batu City Government's claims regarding its support for the Bantengan art which was written on the social media Instagram official of the Batu Tourism Office and the Bantengan photo poster on Facebook which caused several reactions and demands from the Bantengan Nuswantara art group in Batu City. Some texts and photos displayed on Instagram affect the response of the Bantengan group regarding ritual activities in the Bantengan Festival written on Instagram, that Bantengan has been supported, maintained, and innovated as an object of tourism promotion by Disparta. So the claim becomes the basis for the commodification motif that occurs in the Bantengan art in the Bantengan festival in Batu City. This research uses the theory of commodification rooted in Karl Marx which was later developed by Norman Fairclough, and assisted with the concept of Turistification from Picard to see how the Bantengan is a tourist object by the Government. This study uses a qualitative method with Fairclough's critical discourse analysis, which looks at the commodification process through threedimensional discourse analysis including microstructural, mesostructural, and macrostructural. The results of this study indicate that there are two different motives and goals for Bantengan. This motif appears from one side of the efforts of the Bantengan Nuswantara group in raising the extinct Bantengan art through festivals held by them every year independently, always moving with purification or sacralization motives towards Bantengan. On the other hand, the government voiced its support in writing through the discourse conveyed in the text on Instagram that the Bantengan arts is always supported, maintained and innovated for tourism promotion. It certainly has an impact on the Bull itself which is at the same time a commodity object. Both are running contrary, that the purification and sacralization of the Bantengan art is understood as being previously free from materialistic values into tourist-valued objects. The promotion and packaging of the written text that is displayed make it clear that there is an effort of commodification and touristification, wherein the tourist destination community is made as a tourism product that has a sale value for consumers.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FISIP/2019/1117/052000652
Uncontrolled Keywords: Komodifikasi, Turistifikasi, Kesenian Bantengan-Commodification, Touristification, Bantengan Art
Subjects: 300 Social sciences > 306 Culture and institutions
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Sosiologi
Depositing User: Agus Wicaksono
Date Deposited: 17 Nov 2020 15:21
Last Modified: 17 Nov 2020 15:21
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/178653
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item