Status Fisiologis Dan Kadar Gula Darah Kambing Peranakan Etawah (Pe) Jantan Periode Lepas Sapih Yang Diberi Subtitusi Coffee Pulp

Pradana, Hanny Agustian (2018) Status Fisiologis Dan Kadar Gula Darah Kambing Peranakan Etawah (Pe) Jantan Periode Lepas Sapih Yang Diberi Subtitusi Coffee Pulp. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juli sampai dengan 18 September 2017 di peternakan kambing PE Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status fisiologis dan kadar gula darah kambing peranakan etawah (PE) jantan periode lepas sapih yang diberi subtitusi coffee pulp. Materi penelitian yang digunakan yaitu ternak kambing PE jantan periode lepas sapih sebanyak 18 ekor dan pakan yang diberikan terdiri dari gamal (Gliricidia sepium) dan coffee pulp. Metode yang digunakan adalah percobaan Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design) dengan 3 perlakuan yaitu P0 (Gliricidia sepium 100%), P1 (Gliricidia sepium 80% + coffee pulp 20%), dan P2 (Gliricidia sepium 60% + coffee pulp 40%), serta 3 kelompok berdasarkan bobot hidup K1 (9,58- 11,52 kg), K2 (11,55-12,35 kg), dan K3 (12,44-13,47 kg). Apabila diantara perlakuan menunjukkan perbedaan pengaruh yang nyata atau sangat nyata akan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan. Variabel yang diamati meliputi frekuensiviii pernapasan, frekuensi pulsus (jantung), suhu rektal dan kadar gula darah. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan level subtitusi coffee pulp tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap suhu rektal pagi dan sore hari. Rataan suhu rektal paling rendah berturut-turut pada pagi hari, P2 (38,6 ± 0,21), P1 (38,7 ± 0,06), dan P0 (38,8 ± 0,03). Pada sore hari P2 (38,7 ± 0,12), P1 (38,7 ± 0,05), dan P0 (38,8 ± 0,04). Subtitusi coffee pulp tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap frekuensi pernapasan pagi dan sore hari. Rataan frekuensi pernapasan paling rendah berturut-turut pada pagi hari P2 (26,9 ± 0,52/menit), P1 (27,3 ± 0,94/menit), dan P0 (27,6 ± 0,81/menit). Rataan frekuensi pada sore hari P1 (28,7 ± 0,38/menit), P2 (28,7 ± 0,99/menit), dan P0 (29,2 ± 0,70/menit). Subtitusi coffee pulp pada pakan hijauan tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap frekuensi pulsus pada pagi dan sore hari. Rataan frekuensi pulsus pagi hari paling rendah berturut-turut, P2 (85,7 ± 0,79/menit), P1 (86,5 ± 1,05/menit), dan P0 (86,9 ± 0,88/menit), pada sore hari, P2 (88,1 ± 0,86/menit), P1 (88,6 ± 0,41/menit), dan P0 (88,7 ± 1,06/menit). Subtitusi coffee pulp tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap kadar gula darah. Rataan kadar gula darah dari setiap perlakuan adalah P0 (52,4 ± 8,97), P1 (54,8 ± 2,81), dan P2 (55,6 ± 2,50). Hasil analisis ragam dari masing-masing kelompok tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap suhu rektal kambing PE pada pagi hari, namun berpengaruh nyata (P<0,05) pada sore hari. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan’s menunjukkan bahwa K3 memiliki nilai rataan suhu rektal yang lebih tinggi sebesar (38,8 ± 0,03 oC) dibandingkan dengan K1 (38,7 ± 0,09 oC) dan K2 (38,7 ± 0,03 oC). Hasilix analisis ragam pada masing-masing kelompok menunjukkan berbedaan yang nyata (P<0,05) pada frekuensi pernapasan pagi hari, namun tidak berbeda nyata (P>0,05) pada sore hari. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan’s menunjukkan bahwa K3 memiliki rataan tertinggi sebesar (28,1 ± 0,54/menit) dibandingkan dengan K1 (26,9 ± 0,34/menit) dan K2 (26,8 ± 0,43/menit). Hasil analisis ragam pada masing-masing kelompok menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap frekuensi pulsus pagi hari, namun tidak berbeda nyata (P>0,05) pada sore hari. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan’s menunjukkan bahwa K2 memiliki rataan tertinggi sebesar (87,2 ± 0,90/menit) dibandingkan dengan K1 (85,5 ± 0,60/menit) dan K3 (86,5 ± 0,55/menit). Hasil analisis ragam pada masingmasing kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap kadar gula darah kambing PE. Nilai rataan kadar gula darah pada masing-masing kelompok sebesar K1 (56,0 ± 1,51 mg/dL), K2 (51,0 ± 8,07 mg/dL), dan K3 (55,9 ± 3,32 mg/dL). Subtitusi coffee pulp sampai pada level 40% dapat digunakan sebagai pakan kambing PE karena tidak berdampak pada peningkatan status fisiologis ternak serta belum berpengaruh terhadap kesehatan ternak ditinjau dari kadar gula darah ternak. Pengaruh yang timbul pada pengelompokan ternak merupakan perbedaan kemampuan dalam mengonsumsi pakan, dimana kelompok ternak dengan bobot badan besar memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ternak berbobot badan kecil. Saran dari penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan coffee pulp sebagai pakan subtitusi hijauan atau konsentrat dengan level yang lebih tinggi agar diketahui batasan dari penggunaan coffee pulp serta proporsi yang paling optimalx untuk digunakan sebagai bahan penyusun pakan ternak. Penggunaan teknologi pakan dengan cara fermentasi dapat dilakukan guna mengurai lignin dan menonaktifkan zat antinutrisi dalam coffee pulp sehingga mampu meningkatkan nilai nutrisinya

English Abstract

Research was conducted to examine the physiological status and blood glucose concentration of post-weaning Etawah crossbred goat after the treatment of coffee pulp as the substitution for leguminous. Eighteen 4-5 months old male PE goats were involved with 11.8 kg early weight average. Three groups of feeding treatment were considered: Treatment P0 = 100% Gliricidia sepium; Treatment P1 = 80% Gliricidia sepium + 20% coffee pulp; Treatment P2 = 60% Gliricidia sepium + 40% coffee pulp; and 3 repetition groups. Result of research indicated that the coffee pulp substitution has not a significant difference at the morning and afternoon rectal temperature. The Average morning rectal temperature P0 (38.8 ± 0.03 oC), P1 (38.7 ± 0.06 oC) and P2 (38.6 ± 0.21 oC). Rectal temperature in the afternoon was P0 (38.8 ± 0.04 oC), P1 (38.7 ± 0.05 oC), and P2 (38.7 ± 0.12 oC). The substitution of coffee pulp has not a significant different at the morning and afternoon respiratory frequency. Average morning respiratory frequency P0 (27.6 ± 0.81/min), P1 (27.3 ± 0.94/min), and P2 (26.9 ± 0.52/min). The afternoon respiratory frequency P0 (29.2 ± 0.70/min), P1 (28.7 ± 0.38/min), and P2 (28.7 ± 0.99/min). Coffee pulp substitutionvi not give a significant difference to heart rate frequency in the morning and afternoon. The Average morning heart rate frequency P0 (86.9 ± 0.88/min), P1 (86.5 ± 1.05/min), and P2 (85.7 ± 0.79/min). Heart rate frequency in the afternoon was P0 (88.7 ± 1.06/min), P1 (88.6 ± 0.41/min), and P2 (88.1 ± 0.86/min). Coffee pulp substitution showed no difference to blood glucose level. The average glucose levels were P0 (52.4 ± 8.97), P1 (54.8 ± 2.81), and P2 (55.6 ± 2.50). From these results, it was concluded that the treatment of coffee pulp as the substitution for leguminous until 40% (at P2) does not interfere on the physiological and heath conditions, referring to the blood glucose concentration of Etawah Crossbred Goat.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FAPET/2019/95/051909861
Uncontrolled Keywords: Etawah crossbred goat, coffee pulp, postweaning, physiological status, blood glucose.
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 636 Animal husbandry > 636.3 Sheep and goats > 636.39 Goats > 636.392 Specific breeds of goats
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 05 Aug 2020 07:48
Last Modified: 24 Oct 2021 09:11
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/176329
[thumbnail of Hanny Agustian Pradana (2).pdf] Text
Hanny Agustian Pradana (2).pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Actions (login required)

View Item View Item