Tinggi Tanaman Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Sp) Yang Ditanam Secara Tumpangsari Dengan Centrosema Pubescens Dan Pemupukan Yang Berbeda

Bawono, Putro Tri (2019) Tinggi Tanaman Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Sp) Yang Ditanam Secara Tumpangsari Dengan Centrosema Pubescens Dan Pemupukan Yang Berbeda. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Metode penanaman tumpangsari merupakan metode penanaman dua tanaman dalam interval waktu yang sama atau berdekatan pada lahan yang sama. Penanaman dengan pola tumpangsari dapat dilakukan pada tanaman semusim dengan tanaman semusim lainnya yang saling menguntungkan, seperti tanaman jagung manis dengan tanaman Centrosema pubescens. Tanaman jagung manis merupakan salah satu tanaman pangan utama kedua setelah padi yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan ternak karena hampir keseluruhan bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Tanaman Centrosema pubescens merupakan salah satu jenis tanaman leguminosa sebagai sumber hijauan pakan ternak, karena tanaman legum disukai ternak dan memiliki kandungan gizi yang cukup tingi serta kemampuan adaptasi yang cukup baik, sehingga mempunyai peluang untuk dikembangkan pada wilayah lahan kering. Penggunaan lahan untuk penanaman tanaman jagung manis membutuhkan lahan yang cukup luas. Salah satu upaya yangviii dapat dilakukan untuk memanfaatkan lahan dalam penanaman jagung manis adalah dengan menanam secara tumpangsari. Pengambilan data dan penelitian ini dimulai pada bulan November 2018 sampai Februari 2019. Pengamatan tinggi tanaman dan produksi tanaman jagung manis dilaksanakan di Kebun Percobaan PT. Bisi Internasional Tbk, Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Analisis kimia dan fisika tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Analisis kandungan nutrien bahan kering (BK), bahan organik (BO), dan protein kasar (PK) dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. Pemanenan dilakukan pada umur 75 hari setelah tanam (hst). Penelitian ini menggunakan limbah tanaman jagung manis (Zea mays). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tinggi tanaman jagung manis, produksi tanaman jagung manis (bobot tebon dan bobot tongkol), dan kandungan nutrien (BK, BO, PK) tebon jagung manis dari penanaman secara tumpangsari jagung manis dan Centrosema pubescens dengan pemberian pemupukan yang berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan. Perlakuan penelitian ini adalah P0 (Jagung manis tanpa pupuk urea); P1 (Jagung manis dengan pupuk urea); P2 (Tumpangsari Jagung manis dan Centrosema pubescens tanpa pupuk); P3 (Tumpangsari Jagung manis dan Centrosema pubescens dengan pupuk urea dan SP36). Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi produksi segar dan kering tebon jagung manis, bobot tongkol jagung manis dan kandungan nutrien (BK, BO dan PK) tebon jagung manis. Data analisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA), jikaix hasil analisis menunjukkan perbedaan nyata maka dilanjutkan oleh Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penanaman secara tumpangsari dan pemberian pupuk yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan bahan kering (BK), protein kasar (PK) tebon jagung manis dan bobot total tongkol jagung manis. Kandungan BK tertinggi pada perlakuan P2 (61,72% ±1,29). Kandungan PK tertinggi pada perlakuan P1 (9,83% ±0,66) lebih tinggi dibanding (Hartaja, 2013) dengan hasil PK tebon jagung (7,05%). Rataan bobot total tongkol jagung manis tertinggi pada perlakuan P3 (6,26 Kg ±0,27) pada 12 tanaman jagung manis. Hasil bobot tongkol jagung manis dapat mencapai standar yang di tetapkan (4,55 Kg). Hasil perbedaan nyata (P<0,05) pada metode penanaman secara tumpangsari dan pemberian pupuk yang berbeda didapatkan pada produksi bahan kering tebon jagung manis dan produksi bobot per tongkol jagung manis. Kandungan produksi bahan kering tebon jagung manis tertinggi pada perlakuan P3 (5.150,1 Kg/ha ±1.082,0). Produksi bobot per tongkol jagung manis tertinggi pada perlakuan P3 (0,32 Kg ±0,03). Hasil tidak berbeda nyata (P>0,05) pada metode penanaman secara tumpangsari dan pemberian pupuk yang berbeda didapatkan pada tinggi tanaman jagung manis (Zea mays), produksi segar tebon jagung manis, dan kandungan bahan organik (BO) tebon jagung manis. Tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan P1 (228,46 cm ±15,14). Produksi segar tebon jagung manis tertinggi pada perlakuan P3 (9.383,4 Kg/ha ±1.665,9). Kandungan BO tebon jagung manis tertinggi pada perlakuan P2 (89,65% ±0,17). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penanaman tumpangsari jagung manis (Zea mays) denganx Centrosema pubescens dan pemberian pupuk berbeda dapat memberikan pengaruh pada produksi tanaman jagung manis. Produksi tanaman jagung manis meningkat dibandingkan dengan penanaman jagung manis konvensional. Saran dalam penelitian ini adalah penggunaan penanaman tumpangsari tanaman jagung manis dan Centrosema pubescens dengan pemberian pupuk dapat digunakan pada penanaman jagung manis konvensional, karena dapat meningkatkan produksi tanaman jagung manis (Zea mays).

English Abstract

The aim of the research was to determine the height plants and production of the sweet corn (Zea mays sp) planted by intercropping with Centrosema pubescens. The research followed Completely Randomized Design (CRD) consisted of 4 treatments. P0 (sweet corn without fertilizer); P1 (Sweet corn with Urea fertilizer); P2 (Intercropping sweet corn and Centrosema pubescens without fertilizer); P3 (Intercropping sweet corn and Centrosema pubescens with urea and SP36 fertilizer) with 4 replications. The data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA). If there was different effect then Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) was applied. The result showed that each treatment gave highly significant effect (P<0.01) on cumulative weight, and weight of sweet corn andvi dry matter (DM) and crude protein (CP). It was concluded that P3 gave the highest productivity of sweet corn. The method of planting sweet corn with Centrosema pubescens and fertilization could increase the production of sweet corn and also the quality of stem and leaves sweet corn.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FAPET/2019/54/051909820
Uncontrolled Keywords: Zea mays, Centrosema pubescens, intercropping, nutrient, Fertilizer
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.1 Cereals > 633.15 Corn
Divisions: Fakultas Peternakan > Peternakan
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 24 Aug 2020 05:49
Last Modified: 24 Oct 2021 08:20
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/175695
[thumbnail of Putro Tri Bawono (2).pdf]
Preview
Text
Putro Tri Bawono (2).pdf

Download (2MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item