Respon Pertumbuhan Bibit Bud Chip Dan Bud Set Pada Beberapa Varietas Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.)

Afcarina, Nelly Maretha (2019) Respon Pertumbuhan Bibit Bud Chip Dan Bud Set Pada Beberapa Varietas Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan semusim. Tebu termasuk ke dalam famili poaceae atau lebih dikenal sebagai kelompok rumputrumputan. Tebu tumbuh di dataran rendah daerah tropika dan dapat tumbuh juga di sebagian daerah subtropika. Manfaat utama tebu adalah sebagai bahan baku pembuatan gula pasir. Ampas tebu atau lazimnya disebut bagasse adalah hasil samping dari proses ekstraksi cairan tebu yang berasal dari bagian batang tanaman tebu. Tebu dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif dapat dilakukan dengan menggunakan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan bagian batang yang memiliki mata tunas. Perbanyakan vegetatif yang umum dilakukan yaitu bagal yang merupakan potongan bagian batang yang terdiri dari 2-3 mata tunas dengan panjang berkisar 15-30 cm. Selain dengan bahan bibit bagal terdapat bahan bibit bermata satu berupa mata ruas tunggal (Bud Set) dan mata tunas tunggal (Bud Chip). Bahan bibit berupa Bud Set berasal dari batang dengan panjang kurang dari 10 cm, terdiri satu mata tunas yang sehat dan berada di tengah. Bahan bibit berupa Bud Chip berasal dari mata tunas yang diambil dengan cara memotong sebagian ruas batang tebu dengan alat pemotong Bud Chip. Penggunaan bahan tanam tebu Bud Chips merupakan penerapan teknologi budidaya tebu dalam upaya pencapaian program swasembada gula nasional. Penelitian dilaksanakan di lahan PG Kebon Agung Pakisaji Kota Malang yang berada di desa Sempalwadak Kecamatan Bululawang. Lokasi penelitian berada pada ketinggian ± 600 m dpl dengan curah hujan sebesar 1.600-3.000 mm per tahun serta memiliki suhu rata-rata minimum 21oC dan suhu rata-rata maksimum 33oC. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan Mei 2019. Alat yang digunakan pada penelitian yaitu jangka sorong, penggaris, alat tulis, kamera, cetok, polybag, kertas label. Bahan yang digunakan pada penelitian yaitu bibit tebu Bud Chip dan Bud Set varietas bululawang, varietas cening, varietas PS 862, varietas PSJK 922, varietas kidang kencana dan varietas PS 811, tanah, kompos dan pasir . Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan dua faktor perlakuan yaitu faktor 1 ialah pembibitan : P1 : Bud Set, P2 : Bud Chip, Faktor 2 yaitu Varietas Tanaman Tebu : V1 : Varietas Bululawang (BL), V2 : Varietas Cening, V3 : Varietas PS 862, V4 : Varietas PSJK 922, V5 : Varietas Kidang Kencana, V6 : Varietas PS 881. Diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yang masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 36 satuan kombinasi perlakuan. Pada setiap kombinasi perlakuan terdiri atas 3 tanaman, sehingga jumlah seluruh tanaman sebanyak 108 tanaman. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf α = 0,05 yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh nyata dari perlakuan. Apabila terdapat pengaruh nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji BNJ dengan taraf α = 0,05 untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara teknik pembibitan dan varietas pada pengamatan tinggi bibit tebu, luas daun, bobot basah akar dan bobot kering akar. Teknik pembibitan Bud Set memiliki nilai tertinggi pada semua parameter pengamatan dibandingkan teknik pembibitan Bud Chip. Pada perlakuan varietas, varietas PSJK 922 memiliki nilai tertinggi pada parameter pengamatan diameter batang, luas daun, jumlah anakan, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah daun, bobot kering daun, bobot basah batang dan bobot kering batang. Kombinasi yang baik yaitu perlakuan teknik pembibitan Bud Set dengan varietas PSJK 922.

English Abstract

Sugarcane (Saccharum officinarum L.) is an annual plantation crop. Sugar cane belongs to the Poaceae family or better known as grass grass group. Sugar cane grows in the lowlands of the tropics and can also grow in parts of the subtropics. The main benefit of sugar cane is as a raw material for making sugar. Bagasse or commonly called bagasse is a by-product of the process of extracting sugar cane from the stem of sugarcane. Cane can be reproduced generatively and vegetatively. Generative propagation can be done using seeds, while vegetative propagation can be done by using a stem that has buds. Vegetative propagation is commonly done, namely mules, which are pieces of stem consisting of 2-3 buds with a length ranging from 15-30 cm. In addition to the ingredients of mule seed, there is one-eyed seedling material in the form of a single eye bud (Bud Set) and single bud eye (Bud Chip). Ingredients in the form of Bud Sets derived from stems less than 10 cm long, consisting of one healthy bud in the middle. The seed material in the form of Bud Chips comes from the buds taken by cutting a portion of the sugarcane stem with a Bud Chip cutting tool. The use of sugar cane Bud Chips is an application of sugarcane cultivation technology in an effort to achieve a national sugar self-sufficiency program. The research was carried out in the Kebon Agung Pakisaji PG field, Malang City, located in Sempalwadak Village, Bululawang District. The research location is ± 600 m asl with rainfall of 1,600-3,000 mm per year and has a minimum average temperature of 21oC and a maximum average temperature of 33oC. The time of the research will be carried out in March to May 2019. The tools used in the study are calipers, rulers, stationery, cameras, molds, polybags, label paper. The materials used in the research are sugar cane Bud Chips and bululawang varieties, cening varieties, PS 862 varieties, PSJK 922 varieties, kidang kencana varieties and PS 811 varieties, soil, compost and sand. The research method use s factorial randomized block design (RAKF) with two treatment factors, namely factor 1 is nursery: P1: Bud Set, P2: Bud Chip, Factor 2, Sugarcane Plant Variety: V1: Bululawang Variety (BL), V2: Cening Variety, V3: Variety PS 862, V4: Variety PSJK 922, V5: Variety Kidang Kencana, V6: Variety PS 881. Obtained 12 treatment combination, each treatment was rep eated three times so that 36 units of treatment combinations were obtained. Each treatment combination consisted of 3 plants, so that the total number of plants was 108 plants. Observation data were analyzed using analysis of variance (F test) with a level of α = 0.05 which aims to determine the real effect of treatment. If there is a real influence, it will be followed by BNJ test with a level of α = 0.05 to determine the difference between treatments. The results showed that there were interactions between nursery techniques and varieties on the observation of sugarcane seedling height, leaf area, root wet weight and root dry weight. The Bud Set nursery technique has the highest value on all observed parameters compared to the Bud Chip nursery technique. In the treatment of varieties, variety PSJK 922 had the highest values on the parameters of observation of stem diameter, leaf area, number of tillers, root wet weight, root dry weight, leaf dry weight, leaf dry weight, stem wet weight and stem dry weight. A good combination is the treatment of Bud Set nursery techniques with PSJK 922 varieties.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2019/189/051909686
Uncontrolled Keywords: -
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.6 Sugar, syrup, starch crop > 633.61 Sugarcane
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 10 Aug 2020 07:02
Last Modified: 19 May 2022 03:06
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/174729
[thumbnail of Nelly Maretha Afcarina.pdf] Text
Nelly Maretha Afcarina.pdf

Download (1MB)

Actions (login required)

View Item View Item