Ardella, Erviana Junaifatul (2019) Profil Biodiversitas Tanaman di Ruas DAS Sengkaling, Tlogomas, Lowokwaru dan Kedungkandang Kota Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Lanskap merupakan suatu bagian ruang pada muka bumi dengan sistem kompleks dalam bentuk aktivitas komponen biotik dan abiotik (Wahyuni, S., 2014). Jasa lanskap belum mendapat apresiasi secara luas sementara fungsi-fungsinya semakin terganggu akibat perubahan penggunaan pada lanskap tersebut. Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas merupakan suatu ekosistem yang memberikan jasa lanskap khususnya berupa keanekaragaman hayati (biodiversitas) terhadap wilayah sekitarnya. Kawasan DAS Brantas ini termasuk salah satu sungai paling kritis dari sekitar 29 DAS yang ada di Jawa Timur Permasalahan sumberdaya alam di DAS Brantas selain disebabkan oleh faktor alih-guna lahan, penurunan kuantitas dan kualitas air juga disebabkan karena kurangnya perhatian terhadap distribusi biodiversitas sedangkan kawasan DAS Brantas memiliki biodiversitas yang cukup tinggi. Upaya menjaga keberlanjutan biodiversitas tersebut, perlu dilakukan suatu studi identifikasi nilai biodiversitas sebagai penyedia jasa lanskap. Studi identifikasi biodiversitas yang dipilih untuk penelitian ini adalah tanaman yang terdapat di DAS Brantas dengan menggunakan nilai indeks keanekaragaman. Selain itu juga perlu adanya tindakan penelitian untuk mengetahui jenis tanaman endemik yang ada pada kawasan DAS Brantas Kota Malang. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode transek jalur atau garis. Metode transek jalur ini mengamati sepanjang DAS Brantas serta mengidentifikasi jenis spesies tanaman sepanjang 100 m. Serta terdapat empat titik lokasi yang digunakan sebagai tempat survei penelitian yaitu DAS area Sengkaling, Tunggulwulung, Lowokwaru dan Kedungkandang. Indeks Nilai Penting (INP) untuk mengetahui peranan jenis tanaman pada suatu area tertentu, diperoleh dari kerapatan mutlak, kerapatan relatif, dominansi, dominansi relatif, frekuensi mutlak, frekuensi relatif) sedangkan untuk mengetahui indeks keanekaragaman jenis Shannon Wiener (H’), serta untuk mengetahui indeks dominan menggunakan indeks dominansi simpson (D). Hasil penelitian yaitu analisis vegetasi pada area Sengkaling, Tunggulwulung, Lowokwaru dan Kedungkandang menunjukkan bahwa terdapat berbagai macam jenis vegetasi. Pada DAS area Sengkaling terdapat 1659 jumlah tumbuhan dengan 27 jenis spesies tumbuhan, DAS Tunggulwulung ditemukan 11 spesies tanaman dengan total 264 individu, DAS Lowokwaru ditemukan 13 jenis spesies yang berjumlah 1055 individu dan DAS Kedungkandang ditemukan 14 jenis spesies tumbuhan dengan total 217 individu. Rata-rata kerapatan vegetasi tanaman pada lokasi keempat lokasi terkategorikan ke dalam kerapatan rendah dan ii sangat rendah. Pada lokasi Sengkaling terdapat 3 spesies tanaman yang termasuk dalam kategori rendah yaitu Cyperus spp dengan nilai 31,4%, Bidens Pilosa L dengan nilai 18,1% dan Panicum colonum dengan nilai 12,1%. Pada lokasi Tunggulwulung terdapat 3 spesies tingkat rendah yaitu Homalomena cordata dengan nilai 24,6%, Xyris melanocephalas dengan nilai 22,7% dan Pandanus amaryllifolius dengan nilai 20,1%. Pada lokasi Lowokwaru terdapat 1 spesies dengan tingkatan rendah yaitu Eleusine indica L dengan nilai 44,1% dan pada lokasi Kedungkandang terdapat 3 spesies tanaman rendah yaitu Pogostemon cablin 16,1%, Synedrella nodiflora 14,3% dan Alocasia indica. 12,4% sedangkan vegetasi tumbuhan lainnya masuk kedalam kategori kerapatan sangat rendah. Penyebaran spesies tumbuhan (frekuensi) di masing-masing lokasi pengamatan yaitu pada lokasi Sengkaling berkisar antara 2,703 -8,108 %, di lokasi Tunggulwulung berkisar 5,26-15,8 %, pada area Lowokwaru dengan kisaran 5,56- 16,7 % dan pada lokasi Lowokwaru berkisar 2,56-7,69 % maka dari data tersebut seluruh lokasi pengamatan memiliki frekuensi tumbuhan yang sangat rendah tergolong kedalam kelas A (1-20%). Ditinjau dari pengaruh spesies terhadap ekosistem, maka hanya ada satu spesies diantara keempat lokasi yang menunjukkan pengaruh kuat komunitasnya yaitu Eleusine indica L dengan INP sebesar 49,6 terdapat di lokasi Lowokwaru. Pada Indeks Keanekaragama (H’) dari seluruh lokasi yaitu bernilai sedang. Pada lokasi Sengkaling memiliki H’ sebesar 2,19, Tunggulwulung sebesar 2,01, Lowokwaru sebesar 1,83 dan Kedungkandang sebesar 2,4. Secara umum, hasil dari pengataman nilai D pada lokasi pertama hingga keempat tidak ditemukan adanya tumbuhan yang paling mendominasi karena nilainya 0 < D ≤ 0,5 artinya tidak ada genus yang mendominasi. Adapun tumbuhan yang tumbuh pada lokasi Sengkaling, Tunggulwulung, Lowokwaru dan Kedungkandang memiliki kegunaan menjadi tanaman hias, tanaman pangan, tanaman obat, tanaman industri dan gulma.
English Abstract
Landscape is part of space on the earth surface which has a complex system in the form of activities of biotic and abiotic components (Wahyuni, S., 2014). Landscape services haven’t received far-ranging appreciation while its functions have been increasingly disrupted due to the alteration in using the landscape. Brantas Watershed is an ecosystem which is providing landscape services, especially in the form of biodiversity in the surrounding area. The Brantas watershed is one of the most critical rivers from around 29 watersheds in East Java. The natural resources problem in the Brantas Watershed happened is not only caused by land use factors, the lowering water quantity and quality but also due to a lack of attention to the distribution of biodiversity while the area of the Brantas watershed has a high biodiversity. Study to identify the value of biodiversity as a provider of landscape services is necessary to create efforts in maintaining the sustainability of biodiversity. The plant which found in the Brantas watershed is chosen for this experiment as the biodiversity identification study by using the diversity index value. In addition, a research is also necessary to determine the types of endemic plants that exist in the Brantas watershed area of Malang City. The method used in this experiment is the line transect method. This line transect method is used to observe the area along the Brantas watershed and identified the type of plant species with length of 100 m. Four location points were found and used as area for research surveys, namely the Watershed of Sengkaling, Tunggulwulung, Lowokwaru and Kedungkandang areas. Importantance Value Index (INP) to determine the role of plant species in a particular area, is obtained from absolute density, relative density, dominance, relative dominance, absolute frequency, relative frequency) while to determine the type of diversity index of Shannon Wiener (H '), and to determine the dominant index is by using the simpson dominance index (D). The results of this experiment show that the vegetation analysis in the area of Sengkaling, Tunggulwulung, Lowokwaru and Kedungkandang are indicating that there were various types of vegetation. In the Sengkaling Watershed area there were 1659 plants with 27 species of plants, in the Tunggulwulung watershed there were 11 plant species with a total of 264 individuals, in the Lowokwaru watershed there were 13 types of species with a total of 1055 individuals and in the Kedungkandang watershed there were 14 species of plants with a total of 217 individuals. The average of plant vegetation density of the four locations is categorized into low and very low densities. In the Sengkaling area there were 3 iv species of plant which are included in the low category, such as Cyperusspp with 31.4%, Bidens Pilosa L with 18.1% and Panicumcolonum with 12.1%. In the Tunggulwulung area there were 3 low-level species, such as Homalomenacordata with 24.6%, Xyrismelanocephalas with 22.7% and Pandanus amaryllifolius with 20.1%. In the Lowokwaru area there there was 1 low level species, such as Eleusineindica L with 44.1% and in the Kedungkandang area there were 3 low plant species, such as Pogostemoncablin 16.1%, Synedrellanodiflora 14.3% and Alocasiaindica. 12.4% in the other hand the vegetation of other plants included into the very low density category. The disseminating of plant species (frequency) in each experiment location, such as at the Sengkaling area ranged from 2.703 to 8.8%, in the Tunggulwulung area ranged from 5.26-15.8%, in the Lowokwaru area ranged from 5.56 to 16.7% and in the Lowokwaru area ranged from 2.56 to 7.69%, from the data above it can be conclude that all experiment locations have a very low frequencies of plants and classified into A class (1-20%). When it is observed based on species impact on the ecosystem, there was only one species among the four areas which showed a strong impact of the community, namely Eleusineindica L with Importantance Value Index of 49.6 and it is found in the area of Lowokwaru. The Diversity Index (H ') of all areas showed average value. Sengkaling area has H value 'of 2.19, Tunggulwulung has 2.01, Lowokwaru has 1.83 and Kedungkandang has 2.4. In general, the results of experimenting the D value in the first to fourth area did not find the most dominating plants because the value was 0 < D ≤ 0.5 which means that there is no genus that has the domination. As for the plants that is growing in the areas of Sengkaling, Tunggulwulung, Lowokwaru and Kedungkandang can be used as ornamental plants, food crops, medicinal plants, industrial plants and weeds.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FP/2019/193/051906936 |
| Uncontrolled Keywords: | - |
| Subjects: | 300 Social sciences > 333 Economics of land and energy > 333.9 Other natural resources > 333.95 Biological resources > 333.951 6 Biodiversity conservation |
| Divisions: | Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian |
| Depositing User: | Endang Susworini |
| Date Deposited: | 24 Aug 2020 07:15 |
| Last Modified: | 24 Aug 2020 07:15 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173511 |
Actions (login required)
 |
View Item |