Pengaruh Ketebalan Mulsa Jerami dan Pemupukan N Pada Pertumbuhan dan Hasil Produksi Bit Merah (Beta vulgaris L.) Di Dataran Medium

Octavina, Dwita Risti (2019) Pengaruh Ketebalan Mulsa Jerami dan Pemupukan N Pada Pertumbuhan dan Hasil Produksi Bit Merah (Beta vulgaris L.) Di Dataran Medium. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman bit merah (Beta vulgaris L.) merupakan jenis tanaman herba semusim yang berasal dari daerah subtropis, sehingga budidaya tanaman bit merah di Indonesia banyak dilakukan di daerah dataran tinggi (≥ 1000 mdpl). Kerusakan struktur tanah setelah proses pemanenan menyebabkan perlunya pengolahan tanah yang intensif. Pengolahan tanah yang intensif pada lahan berlereng akan berdampak pada terjadinya degradasi lahan. Penanaman bit merah di dataran medium dengan kondisi lingkungan yang lebih aman dari terjadinya erosi, memiliki beberapa faktor pembatas seperti suhu lingkungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan syarat tumbuhnya. Suhu pada dataran medium berkisar 25 – 35 ºC. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bit merah sekitar 18 - 24ºC. Selain itu, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap sintesis antosianin pada umbi bit merah. Sehingga perlu dilakukan rekayasa lingkungan melalui penggunaan mulsa, yaitu mulsa organik. Salah satu mulsa organik yang banyak digunakan petani adalah jerami padi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah semakin tebal penggunaan mulsa jerami yang digunakan maka kebutuhan pupuk nitrogen semakin rendah untuk pertumbuhan, hasil serta kandungan antosianin bit merah di dataran medium. Penelitian ini dilakukan di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dengan ketinggian 700 mdpl. Suhu udara berkisar 18 – 24 ºC dengan kelembaban sekitar 75 - 98%. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni tahun 2018. Alat yang digunakan untuk mendukung penelitian ini yaitu bak semai, gembor, kertas milimeter blok, soil moisture tester, termohigrometer, timbangan analitik, papan perlakuan, spektrofotometer, kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bit merah yang berumur 25 hst dan sudah memiliki 3-4 helai daun, jerami padi, pupuk urea, pupuk SP36, KCl, air dan pupuk kandang untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Penelitian ini menggunakan metode rancangan petak terbagi atau split plot design dengan mulsa jerami sebagai main plot yaitu beberapa ketebalan mulsa jerami tanpa mulsa jerami (M0), mulsa jerami ketebalan 2 cm (M1), mulsa jerami ketebalan 4 cm (M2), dan ketebalan mulsa jerami 6 cm (M3). Sedangkan untuk sub plot adalah perlakuan dosis nitrogen yaitu tanpa pupuk nitrogen (P1), dosis nitrogen 200 kg ha-1 (P2) dan dosis nitrogen 250 kg ha-1 (P3) Ulangan yang digunakan adalah sebanyak tiga kali, sehingga diperoleh 36 petak percobaan. Parameter lingkungan yang diamati meliputi suhu udara (°C), kelembaban udara (%), suhu tanah (°C) dan kelembaban tanah (%). Parameter pertumbuhan yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah daun(helai) dan luas daun (cm-2). Parameter destruktif berupa diameter umbi (cm) bit merah. Parameter hasil panen yang diamati adalah bobot segar (g), bobot umbi (g) dan kandungan antosianin umbi bit merah (mg g-1). Data yang didapatkan dari hasil pengamatan selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan dilakukan uji F hitung. Apabila perlakuan menunjukkan pengaruh beda nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil analisis varian menunjukkan adanya interaksi antara ketebalan mulsa jerami dengan dosis nitrogen pada parameter jumlah daun, bobot segar tanaman dan bobot umbi. Mulsa jerami dengan ketebalan 6 cm dengan dosis nitrogen 250 kg. ha-1 mampu meningkatkan bobot segar dan bobot umbi tanaman. Penggunaan ketebalan mulsa jerami 6 cm berpengaruh terhadap menurunkan suhu tanah dan menaikkan kelembaban tanah serta dapat meningkatkan kandungan antosianin pada umbi bit merah. Penggunaan dosis nitrogen 250 kg. ha-1 mampu menghasilkan pertumbuhan yang optimal pada jumlah daun dan luas daun tanaman.

English Abstract

Red beetroot ( Beta vulgaris L.) plants are a type of seasonal herbal plants originating from subtropics, so that the cultivation of red beetroot plants in Indonesia is mostly carried out in the highlands (≥1000 masl). Damage to soil structure after the harvesting process causes the need for intensive tillage. Intensive tillage on sloped land will have an impact on land degradation. Planting red beets on the medium plain with environmental conditions that are safer from erosion, has a number of limiting factors such as higher ambient temperatures compared to growing conditions. Temperatures on the medium plain range from 25 - 35ºC. The temperature needed for the growth of red beets is around 18 - 24 ºC. In addition, the ambient temperature also influences anthocyanin synthesis in red beet bulbs. So it is necessary to do environmental engineering through the use of mulch, namely organic mulch. One of the many organic mulch used by farmers is rice straw. The hypothesis proposed in this study is the thicker of straw mulch is used, the lower the need for nitrogen fertilizer for growth, yield and red beett anthocyanin content in the medium land. This research was conducted in Pandanrejo Village, Bumiaji District, Batu City with a height of 700 meters above sea level. The air temperature ranges from 18 - 24 ºC with humidity around 75 - 98%. This research was conducted in March-June 2018. The tools used to support this research are seedling tubers, bald, millimeter block paper, soil moisture tester, thermohigrometer, analytical scales, treatment boards, spectrophotometers, cameras and stationery. The material used in this study is red beet seeds aged 25 days after planting and have 3-4 leaves, rice straw, urea fertilizer, SP36 fertilizer, KCl, water and manure to support plant growth. This study uses a split plot design method with straw mulch as a main plot, which is without straw mulch (M0), straw mulch 2 cm (M1), straw mulch 4 cm (M2), and straw mulch 6 cm (M3). Whereas for sub-plots are nitrogen dosage treatment which is without nitrogen fertilizer (P1), dose of nitrogen 200 kg ha-1 (P2) and dose of nitrogen 250 kg ha-1 (P3). The test used was three times, so 36 trial plots were obtained. Environmental parameters observed included air temperature (°C), air humidity (%), soil temperature (°C) and soil moisture (%). The growth parameters observed were plant height (cm), number of leaves (strands) and leaf area (cm-2). The destructive parameter is tuber diameter (cm) to determine tuber initiation. The parameters of the yield observed were fresh weight (g), tuber weight (g) and anthocyanin content of red beet tuber (mg g-1). Data obtained from the results of subsequent observations were analyzed using variance analysis (ANOVA) and calculated F tests. If the treatment shows the effect of a real difference, then proceed with the Smallest Significant Difference test (LSD) at the level of 5%. The results of variance analysis showed an interaction between the thickness of straw mulch with nitrogen doses on the parameters of number of leaves, plant fresh weight and tuber weight. Straw mulch 6 cm with a dose of 250 nitrogen kg ha-1 can increase the fresh weight and weight of plant bulbs. The use of 6 cm straw mulch has an effect on reducing soil temperature and increasing soil moisture and can increase the anthocyanin content of red beetroot. The use of 250 nitrogen kg ha-1 is able to produce optimal growth in the number of leaves and leaf area of plants.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2019/312/051907034
Uncontrolled Keywords: -
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 635 Garden crops (Horticulture) > 635.1 Edible roots > 635.11 Beets > 635.118 Special cultivation methods; Fertilizers, soil conditioners, growth regulators
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 14 Oct 2019 03:22
Last Modified: 14 Oct 2019 03:22
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173387
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item