Evaluasi Penampilan Tanaman Dalam Rangka Pengujian Heterosis Beberapa Calon Varietas Hibrida Jagung (Zea Mays L.)

Tristianto, Yogi Pradhana (2019) Evaluasi Penampilan Tanaman Dalam Rangka Pengujian Heterosis Beberapa Calon Varietas Hibrida Jagung (Zea Mays L.). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Jagung (Zea mays L.) ialah salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika. Kebutuhan jagung saat ini mengalami peningkatan, baik kebutuhan dalam negeri maupun internasional. Sehingga hal ini memicu para peneliti untuk menghasilkan varietas-varietas jagung yang lebih unggul guna lebih meningkatkan produktivitas serta kualitas agar persaingan di pasaran dapat lebih meningkat. Peningkatan penampilan tanaman didapat melalui pemanfaatan efek heterosis. Menurut Barth et al. (2003) efek heterosis, yaitu efek dari persilangan dua tetua dimana turunan pertama hasil persilangan mempunyai penampilan lebih baik dari penampilan ratarata kedua tetuanya, atau lebih baik dari tetuanya yang terbaik. Efek heterosis ini banyak diaplikasikan pada hampir semua tanaman, seperti pada tanaman jagung (Lu et al., 2003), tanaman sorgum (Pfeifer et al., 2009), tanaman padi (Rahimi et al., 2010) dan pada beberapa tanaman hortikultura dan perkebunan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penampilan turunan pertama dari hasil persilangan beberapa set persilangan top cross tanaman jagung yang menunjukkan adanya gejala heterosis dan menentukan besaran nilai heterosisnya. Hipotesis yang diajukan yaitu terdapat perbedaan penampilan karakter antar tetua jantan, tetua betina, hasil keturunan keduanya dan terdapat galur yang memiliki nilai heterosis tinggi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2016 hingga Juni 2016 dan bertempat di kebun percobaan Fakultas Pertanian, desa Jatikerto, kecamatan Kromengan, kabupaten Malang. Ketinggian tempat 303 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah Alfisol. Suhu minimal berkisar 18 – 25 oC, suhu maksimal antara 30 – 33 oC, curah hujan rata-rata 100 mm/bln dengan RH berkisar 70 – 90% dan pH tanah 6 – 6,2 (Badan Pusat Statistik, 2015). Alat yang digunakan pada penelitian ini ialah cangkul, tugal, selang pengairan, tangki penyemprotan, kertas label (name card), gunting, spidol, kamera digital, meteran atau penggaris, timbangan analitik, jangka sorong, dan alat tulis. Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini ialah 2 galur tetua jantan INCX dan INMX, 4 galur tetua betina (1E3+86, 1E3+169, 1E3+194, 1E3+205), dan 8 galur hasil kombinasi persilangan antara kedua tetua jantan INCX dan INMX dengan 4 galur tetua betina. Masing-masing galur di tanam sebanyak 20 tanaman. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 kali ulangan. Total perlakuan yang diuji yaitu sebanyak 14 galur. Variabel pengamatan yang dilakukan meliputi jumlah tanaman umur satu minggu, tinggi tanaman (cm), umur berbunga pada bunga jantan (hst), umur berbunga pada bunga betina (hst), umur panen (hst), tinggi tongkol (cm), bobot tongkol (g), diameter tongkol (cm), panjang tongkol (cm), bobot 100 biji (g) dan bobot biji/tongkol (g).Pendugaan nilai heterosis hibrida dianalisis berdasarkan nilai tengah kedua tetua (mid parent heterosis) atau heterosis dan nilai tengah tetua terbaik (best parent) heterobeltiosis. Untuk mengetahui adanya beda nyata nilai heterosis yang diperoleh diantara genotype hibrida hasil persilangan yang diuji, maka data yang diperoleh diuji dengan menggunakan uji F dengan taraf 5% dan diuji lanjut dengan BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penampilan tanaman pada galur pengujian namun dalam ulangannya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kemudian dari beberapa galur pengujian yang diuji, tinggi tanaman berkisar antara 126,73 cm – 234,2 cm serta tinggi tongkol dari permukaan tanah berkisar 56,9 cm – 129,4 cm. Umur berbunga betina yang berkisar 51 - 58 hari, umur berbunga jantan antara 49 - 56 hari serta panen yang berkisar 95 - 104 hari. Nilai heterosis dan heterobeltiosis yang tinggi dapat dijadikan acuan untuk memilih kandidat calon hibrida unggul untuk dilakukan pengujian selanjutnya. Galur 1E3+86XONBY memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi untuk karakter bobot tongkol dan diameter tongkol dengan nilai 248,4% dan 166% pada karakter bobot tongkol serta 32,2% dan 21,0% pada karakter diameter tongkolnya.

English Abstract

Corn (Zea mays L.) is one of the most important world food crops besides wheat and rice. As the main carbohydrate source in Central and South America, corn is also an alternative food source in America. The need for corn is currently increasing, both domestic and international needs. So this triggered the researchers to produce superior corn varieties to further increase productivity and quality so that competition in the market could be increased. Improved plant appearance is obtained through the use of heterosis effects. According to Barth et al. (2003) the effect of heterosis, namely the effect of crossing two elders where the first derivative from the cross has a better appearance than the average appearance of both parents, or better than the best parent. The effect of heterosis is mostly applied to almost all plants, such as corn plants (Lu et al., 2003), sorghum plants (Pfeifer et al., 2009), rice plants (Rahimi et al., 2010) and in some horticultural plants and plantation. The purpose of this study is to determine the appearance of the first derivative from the results of crossing several sets of corn cross top crossing which indicate the existence of heterosis symptoms and determine the value of heterosis. The hypothesis proposed is that there are differences in the appearance of characters between male elders, female elders, their offspring and there are strains that have high heterosis values. The study was conducted in February 2016 until June 2016 and took place in the experimental garden of the Faculty of Agriculture, Jatikerto village, Kromengan sub-district, Malang district. The altitude is 303 meters above sea level with the Alfisol soil type. The minimum temperature ranges from 18-25 oC, the maximum temperature is between 30 - 33 oC, the average rainfall is 100 mm / month with RH ranging from 70 - 90% and soil pH 6 - 6,2 (BPS, 2015). The tools used in this research are hoes, tugal, irrigation hoses, spray tanks, label paper (name cards), scissors, markers, digital cameras, meters or rulers, analytical scales, calipers, and stationery. The planting materials used in this study were 2 lines of INCX and INMX male elders, 4 female parent lines (1E3 + 86, 1E3 + 169, 1E3 + 194, 1E3 + 205), and 8 strains resulting from a combination of crosses between the INCX male elders and INMX with 4 strains of female elders. Each line is planted by 20 plants. This research was conducted using Randomized Block Design (RBD) with 3 replications. The total treatment tested was 14 lines. Observation variables carried out included the number of one-week-old plants, plant height (cm), age of flowering in male flowers (hst), age of flowering in female flowers (hst), harvest age (hst), ear height (cm), ear weight ( g), ear diameter (cm), ear length (cm), weight of 100 seeds (g) and seed / ear weight (g). Estimates of the value of heterosis hybrids are analyzed based on the middle values of both parents (heterotic mid parent) or heterosis and the middle parent best heterobeltiosis. To find out the existence of a real difference in heterosisvalues obtained between the hybrid genotypes resulting from the crossing tested, the data obtained were tested using the F test with a level of 5% and in further testing with a 5% BNT. The results showed that there were differences in the appearance of plants in the testing lines but in the replications there were no significant differences. Then from several testing lines tested, plant height ranged from 126.73 cm to 234.2 cm and the height of the ear from the ground ranged from 56.9 cm - 129.4 cm. Female flowering ages ranging from 51 to 58 days, age of male flowering between 49-56 days and harvests ranging from 95 to 104 days. The high heterosis and heterobeltiosis values can be used as a reference for selecting superior candidate for hybrid candidates for further testing. The highest 1E3 + 86XONBY strain has the highest heterosis and heterobeltiosis values for the character of ear weight and ear diameter with a value of 248.4% and 166% in the character of ear weight and 32.2% and 21.0% in the diameter diameter of the ear.

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2019/326/051907069
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 633 Field and plantation crops > 633.1 Cereals > 633.15 Corn
Divisions: Fakultas Pertanian > Budidaya Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 24 Aug 2020 07:02
Last Modified: 22 Oct 2021 04:43
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173142
[thumbnail of YOGI PRADHANA TRISTIANTO (2).pdf]
Preview
Text
YOGI PRADHANA TRISTIANTO (2).pdf

Download (4MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item