Harjowiguno, Apollo Ode Rea (2019) Pengaruh Variasi Kitosan Terlarut dan Waktu Terhadap Karakteristik Pelapisan SS 316L dengan Metode Elektrodeposisi. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Ketahanan korosi yang baik menjadi salah satu syarat biomaterial, apalagi material implan yang akan ditanamkan dalam tubuh manusia selama beberapa waktu. Material yang tertanam pada tubuh jika terkorosi akan menyebabkan berbagai efek samping, contohnya infeksi, iritasi, bahkan jika dibiarkan dapat menyebabkan disfungsi organ. Secara umum stainless steel banyak digunakan di sektor industri karena memberikan banyak keuntungan seperti penampakan, kekuatan, resistansi terhadap korosi yang baik dan biaya perawatan yang murah. Stainless steel terutama SS 316L banyak digunakan untuk plat penyambung tulang dalam aplikasi medis. Sesuai dengan fakta yang terjadi, implan dengan material SS 316L tetap dapat terkorosi dalam tubuh. Hal ini dikarenakan sifat pasifasi dari stainless steel menghilang setelah lama terpapar asam dalam tubuh dan juga kurangnya oksigen sehingga tidak mampu membentuk lapisan oksida baru. Berdasarkan fenomena tersebut, perlu dilakukan perlakuan untuk menambah ketahanan korosi pada implan. Penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh variasi konsentrasi kitosan dan waktu terhadap ketebalan dan ketahanan material tersebut terhadap korosi dengan metode elektrodeposisi. Pengujian yang dilakukan menggunakan coating thickness gauge dan potensiodinamik. Pengaturan potensiodinamik dengan Metrohm Autolab PGSTAT 204N yang dilakukan menggunnakan range potential -1,15V hingga 1,13V, scan rate sebesar 0,01mV/s dan step potential sebesar 0,001 mV. Time TT260 Coating thickness gauge untuk mengetahui ketebalan sekaligus homogenitas hasil lapisan dari besar kecillnya standar deviasi. Hasil pengujian menunjukan laju korosi paling kecil pada variasi konsentrasi kitosan tertinggi yaitu sebesar 0,24% dan waktu paling lama yaitu 30 menit dengan variabel kontrol voltase elektrodeposisi sebesar 10V konstan. Laju korosi terkecil yang di dapatkan adalah 0,014 mmpy yang dimana menurun sebesar 95,72% dari spesimen tanpa perlakuan yang awalnya adalah 0,348 mmpy. Hal ini didukung oleh data ketebalan lapisan tertingggi juga pada spesimen dengan perlakuan 0,24% kitosan dan 30 menit yaitu 6,64 μm. Hal ini disebabkan oleh semakin lama waktu yang digunakan selama pelapisan dan semakin banyaknya kitosan yang dilakukan akan menghasilkan lapisan yang semakin tebal sehingga paling baik dalam menahan paparan cairan uji korosi dengan permukaan spesimen, sehingga laju korosi dapat ditekan.
English Abstract
Good corrosion resistance is one of the biomaterial requirements, especially implant material that will be implanted in the human body for quite some time. Corroded Material that is embedded in the body will cause various side effects, such as infection, irritation, even cause organ dysfunction. In general stainless steel is widely used in the industrial sector because it provides many advantages such as appearance, strength, good corrosion resistance and low maintenance costs. Stainless steel especially SS 316L is widely used for bone joint plates in medical applications. In accordance with the facts that occur, implants with SS 316L material can remain corroded in the body. This is because the passivity of stainless steel disappears after long exposure of acid in human body and lack of oxygen so that it is unable to form a new oxide layer. Based on this phenomenon, treatment needs to be done to increase the corrosion resistance of the implant. This study explains how the effect of variations in chitosan concentration and time on the thickness and resistance of the material to corrosion by electrodeposition method. Tests carried out using a coating thickness gauge and potentiodynamics. The potentiodynamic arrangement with Metrohm Autolab PGSTAT 204N carried out using a potential range of -1.15V to 1.13V, scan rate of 0.01mV / s and step potential of 0.001 mV. Time TT260 Coating thickness gauge is used to determine the thickness and homogeneity of the coating results from the large standard deviation. The test results show the lowest corrosion rate at the highest variation of chitosan concentration which is equal to 0.24% and the longest time is 30 minutes with the electrodeposition voltage control variable of 10V constant. The smallest corrosion rate obtained was 0.014 mmpy which decreased by 95.72% from the initially untreated specimens was 0.348 mmpy. This is supported by the highest layer thickness data as well as specimens treated with 0.24% chitosan and 30 minutes which are 6,64 μm. This is caused by the longer time used during coating and the increasing amount of chitosan that is carried out will result in thicker layers so it is best to withstand exposure to corrosion test fluids with the surface of the specimen, so that the corrosion rate can be decreased.
Other obstract
-
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Identification Number: | SKR/FT/2019/466/051905062 |
| Uncontrolled Keywords: | kitosan, elektrodeposisi, korosi, coating thickness, potensiodinamik, chitosan, electrodeposition, corrosion, coating thickness, potentiodynamics |
| Subjects: | 600 Technology (Applied sciences) > 620 Engineering and allied operations > 620.1 Engineering mechanics and materials > 620.11 Engineering materials > 620.112 Properties of materials and nondestructive testing > 620.112 2 Resistance to decay, decomposition, deterioration |
| Depositing User: | Budi Wahyono Wahyono |
| Date Deposited: | 24 Aug 2020 07:00 |
| Last Modified: | 24 Aug 2020 07:00 |
| URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/173048 |
Actions (login required)
 |
View Item |