Utama, Satria Budi (2019) Pengembangan Kota Malang Sebagai Kota Kreatif Melalui Kolaborasi Antar Stakeholders Penta Helix. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Pelaksanaan Indonesian Creaive Cities Conference (ICCC) kedua tahun 2016 yang dimana Kota Malang menjadi tuan rumah merupakan langkah awal Kota Malang menjadi kota kreatif. Kota kreatif merupakan kota yang dalam pembangunannya mengandalkan aspek kreatifitas manusia. Kota kreatif juga tidak lepas dari ekonomi kreaif. Ekonomi kreatif di Kota Malang terklasifikasi ke dalam 16 subsektor. Pengembangan kota kreatif haruslah dilakukan secara kolaboratif oleh lintas pemangku kepentingan atau stakeholder. Dengan konsep kolaborasi maka segala bentuk dukungan dapat dilengkapi antar stekholder. Stakeholders yang terdapat di dalam kota kreatif dikenal dengan penta helix. Penta helix terdiri dari Academician, Business, Community, Government dan Media (ABCGM). Penelitian ini menggunakan teori dari proses kolaborasi dari Ansell dan Gash, hasil kolaborasi dari Emerson, Nabatchi serta teori penta helix. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif dengan tiga fokus yaitu proses kolaborasi, peranan aktor dalam penta helix dan hasil kolaborasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kolaborasi di Kota Malang sudah berjalan cukup baik jika berdasarkan proses kolaborasi. Dialog antar muka ini terdiri dari dialog formal dan informal. Proses membangun kepercayaan memakan waktu yang cukup lama di masa awal kolaborasi, yakni sekitar satu tahun. Sedangkan untuk komitmen tiap aktor ditunjukan dengan sikap yang berbeda-beda. Pada proses membangun pemahaman bersama, dibentuk melalui pertemuan dan komunikasi yang terus-menerus. Selama kolaborasi ini menghasilkan dampak sementara yang berupa kegiatan atau event-event kreatif. Sementara pada kolaborasi aktor penta helix terjalin melalui pembagian peran diantaranya akademisi memiliki peranan pengembangan sumber daya manusia melalui riset dan pengembangan ilmu pengetahuan. Pada pelaku bisnis berperan menciptakan produk dan jasa kreatif, pelaku bisnis ini juga berperan sebagai investor. Komunitas menjalankan peran sebagai tempat jejaring pelaku kreatif. Pada aktor pemerintah berperan dalam pembuatan kebijakan. Sedangkan media berperan publikasi dan percepatan informasi, tetapi media massa di Kota Malang belum diposisikan sebagai stakeholder. Hasil kolaborasi yang positif adalah pembuatan kebijakan roadmap dan mulainya proses perancangan gedung Malang Creative Center. Sedangkan hasil yang negatif yang dimaksud adalah kejenuhan yang timbul karena proses FGD yang cukup panjang.
English Abstract
The second implementation of the Indonesian Creaive Cities Conference (ICCC) in 2016 where Malang City hosted was the first step in Malang City to become a creative city. Creative city is a city that in its development relies on aspects of human creativity. Creative cities are also inseparable from creative economy. The creative economy in Malang City is classified into 16 subsectors. The development of creative cities must be done collaboratively stakeholders. With the concept of collaboration, all forms of support can be completed between stakeholders. Stakeholders in the creative city are known as penta helix. Penta helix consists of Academicians, Business, Community, Government and Media (ABCGM). This study uses the theory of the collaboration process from Ansell and Gash, the collaboration of Emerson, Nabatchi and the theory of penta helix. This research uses descriptive qualitative type with three focuses, namely the process of collaboration, the role of actors in penta helix and the results of collaboration. The results of the study show that the collaboration process in Malang City has good enough. This interface dialogue consists of formal and informal dialogue. The process of building trust takes a long time in the initial collaboration period, which is around one year. Whereas the commitment of each actor is shown by different attitudes. In the process of building mutual understanding, it is formed through continuous meetings and communication. As long as this collaboration produces a temporary impact in the form of activities or creative events. While the collaboration of the actor Penta Helix is established through the division of roles including academics having the role of developing human resources through research and development of science. For business people to play a role in creating creative products and services, these business people also act as investors. The community plays a role as a place for a network of creative actors. Government actors play a role in policy making. Whereas media plays a role in the publication and acceleration of information, but the mass media in Malang City have not been positioned as stakeholders. The positive collaboration result is the roadmap policy making and the start of the design process of the Malang Creative Center building. Whereas the negative result in question is saturation that arises because the FGD process is quite long.
Other obstract
-
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FIA/2019/150/051906097 |
Uncontrolled Keywords: | Kota Kreatif, Kolaborasi, Penta Helix, Creative Cities, Collaboration, Penta Helix |
Subjects: | 300 Social sciences > 352 General considerations of public administration > 352.1 Jurisdictional levels of administration > 352.14 Local Administration |
Divisions: | Fakultas Ilmu Administrasi > Ilmu Administrasi Publik / Negara |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 05 Nov 2020 10:31 |
Last Modified: | 28 Oct 2021 07:42 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/172665 |
Preview |
Text
Satria Budi Utama (2).pdf Download (3MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |