Ardiyani, Fadilah (2019) Strategi Advokasi Sos Esclaves Terkait Penghapusan Perbudakan Di Mauritania Tahun 2010-2014. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Praktik perbudakan yang paling kuno sekalipun masih bisa ditemui di Mauritania dengan situasi dimana seseorang terlahir sebagai budak hanya karena para pendahulu dan keluarganya merupakan budak. Sejarah Mauritania sebagian besar ditandai oleh perbudakan berdasarkan kasta dari Haratine yaitu masyarakat yang komposisinya berisi budak mantan budak, dan keturunan budak yang hidup dalam sistem masyarakat yang didominasi oleh masyarakat Beidan. Upaya pemerintah Mauritania untuk melakukan kampanye penghapusan perbudakan sangat kontras dengan kurangnya implementasi hukum perbudakan termasuk untuk menyelidiki, menangkap dan menuntut para pemilik budak. Sebagian besar klaim yang diajukan oleh budak dan mantan budak tidak pernah didengar oleh pengadilan. SOS Esclaves muncul sebagai NGO domestik Mauritania yang berjuang dalam isu penghapusan perbudakan kepada pemerintah Mauritania. Dalam strategi untuk mengadvokasi isu ini ke arena yang lebih besar lagi, SOS Esclaves bekerja sama dengan sesama NGO yang berada diluar batas negaranya serta memiliki nilai atau shared values perlindungan hak asasi manusia, yaitu ASI dan MRG. Bersama jaringan ini, SOS Esclaves berusaha menarik perhatian dari UNHRC untuk membantunya menaikkan isu penghapusan perbudakan ini serta untuk menekan pemerintah Mauritania mengadopsi aksi nasional dalam menghapuskan perbudakan.
English Abstract
Even the most ancient practice of slavery can still be found in Mauritania with anyone born as a male just because the predecessors and the state were slaves. The history of Mauritania is largely characterized by slavery based on the caste of Haratine, a society whose composition contains slaves, and slaves living in a community system accessed by the Beidan community. The efforts of the Mauritanian government to carry out a campaign to replace slavery were in stark contrast to the application of the law of slavery including to facilitate, facilitate and request slave owners. Most of the claims submitted by slaves and former slaves were never heard by the court. SOS Esclaves emerged as a Mauritanian domestic NGO that fought on the issue of abolishing slavery to the Mauritanian government. In a strategy to advocate this issue to a larger arena, SOS Esclaves works with fellow NGOs who are outside the borders of their country and have values or shared values protecting human rights, namely ASI and MRG. Together with this network, SOS Esclaves is trying to draw attention from UNHRC to help it raise the issue of abolishing slavery and to pressure the Mauritanian government to adopt national action in abolishing slavery.
Item Type: | Thesis (Sarjana) |
---|---|
Identification Number: | SKR/FISIP/2019/610/051905477 |
Uncontrolled Keywords: | perbudakan, Mauritania, advokasi, Transnational Advocacy Networks-slavery, Mauritania, advocacy, Transnational Advocacy Network. |
Subjects: | 300 Social sciences > 327 International relations > 327.1 Foreign policy and specific topics in international relations > 327.101 Philosophy and theory of international relations, of foreign policy |
Divisions: | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Hubungan Internasional |
Depositing User: | soegeng sugeng |
Date Deposited: | 29 Oct 2020 23:10 |
Last Modified: | 21 Oct 2021 05:49 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/171678 |
Preview |
Text
Fadilah Ardiyani.pdf Download (3MB) | Preview |
Actions (login required)
![]() |
View Item |