Pemodelan Spatial Autocorrelation Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat

Dito, Muhammad (2019) Pemodelan Spatial Autocorrelation Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Krisis pangan dapat menyebabkan stabilitas sosial – ekonomi suatu wilayah terganggu. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017 menyebutkan pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Barat dalam lima tahun terakhir (2010 – 2016) memiliki rata - rata laju pertumbuhan penduduk 1,54 % per tahun. Hal itu tidak disertai dengan peningkatan produktivitas tanaman pangan padi yang mengalami penurunan 363.928 ton. Keberlanjutan kondisi tersebut menyebabkan defisit ketersediaan pangan, sehingga dapat menyebabkan kerawanan pangan di beberapa kabupaten / kota Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi status ketahan pangan dan hubungan spasial kota dan kabupaten di Jawa barat berdasarkan indeks-indeks penyususun ketahan pangan. Penelitian ini menggunakan pedoman dari World Food Programme (WFP) dan Permentan 65 tahun 2010. Terdapat 9 indikator penyusun ketahan pangand dengan menggunakan konsep swasembada pangan. Hasil analisis menunjukkan dimana 25 kabupaten / kota merupakan wilayah dengan kategori ketahanan pangan prioritas 6 (sangat tahan pangan) dan 2 kabupaten / kota termasuk kategori prioritas 5 (tahan pangan). Hubungan spasial ketahanan pangan antar kabupaten / kota di Provinsi Jawa Barat yakni terdapat 8 kabupaten / kota termasuk kategori high value yang berpusat di Kabupaten Sumedang (hot spot) dengan nilai Gi* 1.6021. Sedangkan 19 kabupaten / kota lainnya termasuk kategori low value dengan pusat kosentrasi spasial di Kota Cirebon (cold spot) nilai Gi* - 1,67778. Hubungan spasial tersebut dapat digunakan dalam pemenuhan ketahanan pangan terutama ketersediaan pangan. Sedangkan akses pangan dan pemanfaatan pangan harus disediaan secara mandiri oleh pemerintah kota/kabupaten.

English Abstract

Food crisis affects socio-economic stability in some region. Population of West Java Province grows 1.54% annually (Badan Pusat Statistik/BPS, 2017 ). However, it is not followed by increasing of rice production. This condition will lead rice deficiency and food insecurity in several cities and regencies. At provincial level, cities and regencies may working together to meed food security. Therefore, this research aims to identify food security status and relationship among cities and regencies according to World Food Programme and Permentan 65/2010 indicators. The indicators consist of 9 indicators and using self-sufficient concept. The result show, 25 cities and regencies are in very high food security. Only 2 regency and city are in high food security status. 8 districts / cities have spatial relation at high value and centered in Sumedang Regency (hot spot) with Gi * 1.6021. Others 19 districts / cities have low value of spatial relation and the center of spatial concentration in Cirebon (cold spot) with Gi value * - 1.67778.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FT/2019/290/051904749
Uncontrolled Keywords: Jawa Barat, Ketahanan Pangan, Spatial Autocorrelation-Food security, Spatial Autocorrelation, West Java
Subjects: 700 The Arts > 719 Natural landscapes > 719.3 Reserved lands
Divisions: Fakultas Teknik > Teknik Perencanaa Wilayah dan Kota
Depositing User: soegeng sugeng
Date Deposited: 26 Aug 2020 04:20
Last Modified: 26 Aug 2020 04:20
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/171119
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item