Analisis Budaya Labuhan Keraton Yogyakarta Hadiningrat dalam Perspektif Kearifan Lokal di Pantai Parangkusumo Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Aryanto, Polycarpus Febri (2019) Analisis Budaya Labuhan Keraton Yogyakarta Hadiningrat dalam Perspektif Kearifan Lokal di Pantai Parangkusumo Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Berbicara mengenai sebuah kota bernama Yogyakarta pasti terlintas di pikiran betapa kayanya kota ini akan budaya dan tradisi kearifan lokal yang ada. Salah satu kekayaan budaya yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah upacara labuhan. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Pantai Parangkusumo, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Desember 2018. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1). Mendeskripsikan sejarah dan pelaksanaan upacara labuhan keraton, (2). Mendeskripsikan makna upacara labuhan keraton, (3). Mendeskripsikan perkembangan dalam upacara labuhan keraton, (4). Menganalisis akulturasi budaya dan agama dalam upacara labuhan keraton, (5). Menganalisis dominasi konflik upacara labuhan keraton dengan upaya pelestarian. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan meliputi data : data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive dan snowball. Upacara labuhan keraton dilaksanakan setiap tanggal 30 Rajab sebagai peringatan penobatan Sultan Hamengkubuwono sebagai raja. Kegiatan ini sangat erat kaitannya dengan dua tokoh yaitu Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul. Panembahan Senopati merupakan pendiri dari Kerajaan Mataram sedangkan Kanjeng Ratu Kidul adalah sosok yang dinilai ikut membantu dalam upaya mendirikan Kerajaan Mataram. Dalam pelaksanaannya banyak perlengkapan yang harus disiapkan seperti perlengkapan utama, perlengkapan penggiring, pakaian bekas dari Sultan, tumpeng, sejaji, dan lain-lain. Upacara labuhan keraton mengandung beberapa makna antara lain : makna syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, makna toleransi, makna bahwa manusia tidak boleh melupakan bantuan ataupun kebaikan yang diberikan oleh pihak lain, makna kebersamaan yang terjalin selama pelaksanaan upacara labuhan keraton. Pada awal pelaksanaan upacara labuhan keraton sangat dipengaruhi oleh paham animisme yaitu masyarakat begitu percaya kepada Kanjeng Ratu Kidul yang mampu memberikan rezeki kepada mereka. Seiring berjalannya waktu, kesadaran akan pentingan menjalankan sesuatu yang sesuai dengan ajaran agama juga semakin meningkat. Selain itu ada perkembangan dalam rangkaian acara pada malam sebelum pelaksanaan yang disebut midodareni, penambahan alat keselamatan berupa pelampung dalam melabuh perlengkapan, dan pembaharuan dengan mengantar perlengkapan upacara labuhan menggunakan kendaraan bermotor. Perbedaan antara agama dan budaya di lokasi penelitian tidak signifikan, sehingga dalam penerapannya dalam upacara labuhan keraton harus dibedakan yang mana agama, budaya, serta adat dan tradisi. Hal ini dilakukan agar tidak memunculkan persepsi negatif dalam masyarakat. Lebih jauh lagi diharapkan bahwa upacara labuhan keraton ini tidak bertentangan dari ajaran-ajaran agama. Upacara labuhan keraton masih tetap dilaksanakan hingga saat ini walaupun ada beberapa pihak tidak setuju diadakannya upacara labuhan. Permasalahan seperti ini dapat diselesaikan melalui cara-cara musyawarah. Masyarakat Desa Parangtritis yang menginginkan upacara labuhan keraton tetap dilaksanakan karena mereka merasa berhutang budi. Hal ini disebabkan oleh tanah yang mereka tempati adalah milik keraton. Selain itu, kepedulian masyarakat akan pentingnya keberlangsungan suatu kebudayaan sudah mulai muncul. Dengan keterlibatan pihak keraton dan didukung oleh stageholder serta masyarakat sendiri maka keberlangsungan upacara labuhan keraton akan terjaga. Hanya saja akan terjadi perubahan esensi sejarah jika di masa mendatang raja yang bertahta adalah seorang perempuan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1). Upacara labuhan dilaksanakan untuk memperingati penobatan Sultan Hamengkubuwono sebagai raja di Keraton Yogyakarta. Tahapan upacara labuhan keraton dibagi menjadi tiga yaitu persiapan, perlengkapan, dan pelaksanaan, (2). Makna upacara labuhan keraton antara lain: makna syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, makna toleransi, makna bahwa manusia tidak boleh melupakan kebaikan pihak lain, dan makna kebersamaan, (3). Upacara labuhan keraton sangat dipengaruhi oleh paham animisme hingga kesadaran pentingan menjalankan sesuatu yang sesuai dengan ajaran agama semakin meningkat. Perkembangan lain berupa pembaharuan atau modifikasi dalam pelaksanaan, (4). Harus dibedakan yang mana agama dan budaya agar tidak memunculkan persepsi negatif dalam masyarakat. Lebih jauh lagi diharapkan bahwa upacara labuhan keraton ini tidak bertentangan dari ajaran-ajaran agama, (5). Masyarakat Desa Parangtritis menginginkan upacara labuhan keraton tetap dilaksanakan karena mereka merasa berhutang budi. Kepedulian masyarakat akan pentingnya keberlangsungan suatu kebudayaan sudah mulai muncul. Dengan keterlibatan pihak keraton dan didukung oleh stageholder serta masyarakat sendiri maka keberlangsungan upacara labuhan keraton akan terjaga. Selain itu peneliti memberikan saran yang membangun antara lain: (1). Bagi pemerintah khususnya Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan agar lebih mengembangkan upaya promosi, (2). Bagi akademisi agar berhati-hati dalam proses pengumpulan data, dan (3). Bagi masyarakat agar lebih memahami makna upacara labuhan keraton.

English Abstract

-

Other obstract

-

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPIK/2019/329/051903826
Subjects: 300 Social sciences > 306 Culture and institutions > 306.4 Spesific aspects of culture
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Sosial Ekonomi Agrobisnis Perikanan
Depositing User: Budi Wahyono Wahyono
Date Deposited: 20 Jul 2020 07:12
Last Modified: 23 Oct 2021 05:22
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/170527
[thumbnail of Polycarpus Febri Aryanto.pdf]
Preview
Text
Polycarpus Febri Aryanto.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item