Mitos Larangan Makan Ikan Lele Di Desa Medang Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan

Fatmawati, Dwi (2019) Mitos Larangan Makan Ikan Lele Di Desa Medang Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Indonesia merupakan negara kaya akan suku bangsa sehingga melahirkan keanekaragaman dari bahasa hingga kebudayaan yang pasti memiliki ciri khas tersendiri dan menjadi keunikan daerah tersebut, seperti sistem kepercayaan atau religi hingga sistem bermasyarakat atau bersosial. Kebudayaan merupakan sebuah sistem kehidupan yang sangat kompleks dari cara berperilaku, kepercayaan masyarakat, sikap-sikap dan juga hasil kegiatan yang dilahirkan dari diri manusia yang khas serta ditujukan kepada masyarakat atau kelompok-kelompok tertentu. Menurut Koentjaraningrat bahwa kebudayaan terdiri dari empat macam yang apabila disimboliskan seperti empat lingkaran yang konsentris. Lingkaran keempat adalah lingkaran paling kecil, letaknya paling dalam serta bewarna hitam merupakan nilai budaya hasil dari proses berfikir, belajar yang menjadi nilai ideologis dan sukar untuk dipengaruhi atau dirubah. Salah satu nilai budaya yang masih dipegang oleh masyarakat Indonesia di wilayah tertentu adalah mitos dan mitos larangan memakan ikan lele yang berkembang di Desa Medang Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. Mitos tersebut menjadi hal penting untuk diteliti lebih dalam lagi mengenai pengaruh mitos terhadap kehidupan Desa Medang Kabupaten Lamongan. Penelitian ini dilakukan di Desa Medang Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur pada masyarakat Desa Medang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui profil masyarakat Desa Medang, 2) Untuk mengetahui sejarah mitos larangan memakan ikan lele zaman dulu dan sekarang, 3) Untuk mengetahui fungsi mitos larangan makan lele di Desa Medang Kecamatan Glagah, 4) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh mitos larangan memakan ikan lele terhadap kehidupan masyarakat Desa Medang. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan deskriptif kualitatif yang artinya mewawancarai secara mendalam informan. Teknik pengambilan data yitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jenis data yang di ambil data primer langsung wawancara dengan informan data sekunder di ambil dari website resmi pemerintah desa dan data yang mendukung. Teknik pengambilan sampel dengan snow ball serta menggunakan metode analisis Miles and Hubermen. Mitos larangan memakan ikan lele berawal dari Mbah Boyapatih yang merupakan murid Kanjeng Sunan Giri. Mbah Boyapatih diutus oleh Kanjeng Sunan Giri untuk mengambil kerisnya yang tertinggal di Mbok Rondo Bareng. Mbah Boyapatih telah berusaha mengambil keris dengan cara-cara yang baik tapi Mbok Bareng tidak memberikannya. Akhirnya Mbah Boyapatih mengambil keris secara paksa sehingga Mbok Rondo Bareng berteriak kepada santri dan masyarakat sekitar bahwa kerisnya telah dicuri. Spontan santri dan warga mengejar Mbah Boyapatih hingga ke jublangan ikan lele. Setelah berfikir sejenak Mbah Boyapatih memutuskan loncat ke dalam jublangan untuk bersembunyi dan Mbah Boyapatih selamat dari kejaran warga. Sejak saat itulah Mbah Boyapatih berjanji bahwa dia dan anak keturananya tidak akan memakan ikan lele. Larangan memakan ikan lele menjadi hal yang dikeramatkan oleh masyarakat Desa Medang terlebih oleh sesepuh Desa Medang. Setiap alur cerita tidak ada yang terlewatkan dan hampir u setiap gerakan diperistiwa tersebut. tercatat dalam ingatan sesepuh Desa Medang. Berbeda dengan generasi sekarang yang hanya mengetahui bahwa viii dirinya tidak boleh memakan lele karena akan terjadi bala apabila melanggarkan. Mitos larangan memakan ikan lele akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Desa Medang. Pengaruh tersebut dalam bentuk larangan memakan ikan lele dan kegiatan memperjualkan belikan ikan lele, kemudian ritual atau kegiatan seperti ziarah makam atau nyekar, pengobatan menggunakan media banyu jublangan dan kembang layan serta memohon peruntungan dan tidak ada konsumsi ikan lele karena pengaruh mitos larangan memakan ikan lele yang sangat kuat karena pengaruh penurunan sejarah dari orangtua yang dibenarkan oleh sesepuh Desa Medang yang dianggap pintar dan pengalaman mendengar atau melihat secara langsung orang yang mengalami bala karena melanggar larangan memakan ikan lele. Kesimpulan dari penelitian ini adalah masyarakat Desa Medang berjumlah 1189 Jiwa dengan penduduk mayaritas perempuan. Pendidikan masyarakat Desa Medang tergolong rendah dengan mata pencaharian terbanyak adalah petani padi dan petani ikan dengan komoditas terbesar adalah ikan nila. Sejarah mitos larangan memakan ikan lele sampai saat ini tetaplah lestari meskipun beberapa kali terdapat pelanggaran dalam kurun waktu 5-7 tahun terakhir. Mitos larangan memakan ikan lele memiliki fungsi penyadaran akan adanya kekuatan ghaib, fungsi jaminan masa kini dan fungsi pembelajaran. Mitos larangan memakan ikan lele berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Desa Medang antara lain pengaruh dalam wujud konsumsi dan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan ikan lele, pengaruh dalam wujud ritual nyekar, pengobatan, keberuntungan dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat. Saran yang dapat diberikan peneliti kepada Pemerintah terkait adalah untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan sebelum melaksanakan program pengembangan di Desa Medang Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FPIK/2019/160/051903199
Uncontrolled Keywords: -
Subjects: 300 Social sciences > 398 Folklore > 398.2 Folk literature
Divisions: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan > Sosial Ekonomi Agrobisnis Perikanan
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 15 Jul 2020 02:45
Last Modified: 20 Feb 2024 04:34
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/169837
[thumbnail of Dwi Fatmawati (2).pdf] Text
Dwi Fatmawati (2).pdf

Download (1MB)

Actions (login required)

View Item View Item