Pengaruh Larutan Pengawet Departemen Forensik RSSA Sebagai Senyawa Preservasi Pada Kadaver Hewan Coba.

Wijaya,, Pedro Gonzalez Agung Raka. (2018) Pengaruh Larutan Pengawet Departemen Forensik RSSA Sebagai Senyawa Preservasi Pada Kadaver Hewan Coba. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet menyebabkan gejala fisik pada mahasiswa dan perubahan struktur jaringan, tekstur jaringan, bau kadaver, dan warna pada kadaver. Hal ini menyebabkan pengawetan dengan formalin murni perlu dimodifikasi. Laboratorium Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Rumah Sakit Saiful Anwar (FKUB RSSA) mengembangkan formula pengawet karena formalin menyebabkan kerusakan tampilan jenazah. Akan tetapi, efektivitas larutan pengawet Departemen Forensik RSSA pada setting pembelajaran anatomi belum terbukti. Untuk membuktikan ini, digunakan 40 ekor tikus yang dibagi menjadi 8 kelompok yaitu Kontrol positif, Perlakuan 1 dengan kadar formalin 11,34%, Perlakuan 2 dengan kadar formalin 6,72%, Perlakuan 3 dengan kadar formalin 3,7%, Kontrol tanpa rendam (TR), Perlakuan 1 TR, Perlakuan 2 TR, dan Perlakuan 3 TR. Tikus dieuthanasia lalu diinjeksi dengan bahan pengawet di jantung. Setelah diinjeksi, dilakukan perlakuan berupa perendaman selama 1 minggu pada kelompok Kontrol Positif, Perlakuan 1, Perlakuan 2, dan Perlakuan 3 dan pembungkusan dengan plastic pada kelompok lain. Setelah 1 minggu tikus didiseksi dan disimpan lagi selama 4 minggu, lalu diambil data warna, bau, struktur jaringan, dan pertumbuhan jamur pada kadaver, yang mana berpengaruh dalam pembelajaran anatomi. Uji nonparametrik menghasilkan beda signifikan Perlakuan 1 dan 2 terhadap pasangan tanpa perendaman pada parameter warna otot, bau, struktur jaringan, dan pertumbuhan jamur. Perbedaan signifikan juga didapat pada parameter warna otot antara Perlakuan 1 dan 2 terhadap Kontrol Positif. Dari analisis disimpulkan bahwa larutan pengawet Departemen Forensik RSSA dapat mempertahankan warna jaringan otot kadaver, struktur jaringan otot dan kulit, serta mencegah pertumbuhan jamur pada kadaver namun tidak terbukti dapat mempertahankan warna kulit dan memperbaiki bau kadaver. Dibutuhkan perlakuan tambahan berupa perendaman supaya larutan pengawet dapat mempertahankan warna, struktur jaringan, dan mencegah pertumbuhan jamur, sehingga kadaver dapat digunakan untuk pembelajaran anatomi untuk batas waktu empat bulan sesuai rentang waktu penelitian

English Abstract

The administration of formaldehyde alone as a preservative in embalming causes physical symptoms in students and alterations in the cadaveric tissue structure, odor, and color, and thus, is usually administered in modified formula with other active compounds. While Saiful Anwar General Hospital Forensic Department has long developed an embalming mixture to address these postembalming change in the human remains, the suitability of those remains as anatomical education cadavers remains to be answered. To study this, 40 rats were divided into 8 groups: Positive Control, Treatment 1 with 11,34% formaldehyde, Treatment 2 with 6,72% formaldehyde, Treatment 3 with 3,7% formaldehyde, Control without submersion (TR), Treatment 1 TR, Treatment 2 TR, and Treatment 3 TR. Rats were euthanatized and subsequently injected with different embalming fluids transcardially. Groups with submersion were submerged in the same embalming solution with their transcardial injection. After one week, the embalmed remains were dissected and kept for four weeks. Then the cadavers were examined for their discoloration, odor production, histological structure alteration, and mold growth size. Nonparametric statistic resulted in significant difference between Treatment 1 and 2 to Treatment 1 and 2 TR in muscular color, odor, histological structure, and mold growth. Significant difference was also found for muscular color between Treatment 1 and 2 to Positive Control. Thus it can be concluded that Forensic Department of RSSA’s embalming fluid could preserve cadaver’s muscle color, preserve histological appearance of muscle and skin, and prevent the growth of mould, but can’t preserve cadaver’s skin color and repair cadaver’s odor. Further treatment such as submersion is needed for the embalming fluid to achieve the result for four months duration.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FK/2018/39/051803462
Uncontrolled Keywords: anatomi, kadaver, formalin, pengawet, pengawetan, anatomy, cadaver, formaldehyde, preservation, preservative
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 615 Pharmacology and therapeutics > 615.9 Toxicology
Divisions: Fakultas Kedokteran > Pendidikan Dokter
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 07 May 2020 06:03
Last Modified: 21 Oct 2021 03:56
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/167599
[thumbnail of P. G. Agung Raka W..pdf]
Preview
Text
P. G. Agung Raka W..pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item