“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam Alih Profesi Dari Sektor Pertanian Ke Sektor Non Pertanian” (Studi Kasus Di Desa Kemantren, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawatimur)

Priyanto, Beni (2018) “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam Alih Profesi Dari Sektor Pertanian Ke Sektor Non Pertanian” (Studi Kasus Di Desa Kemantren, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawatimur). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Lahan pertanian adalah lahan yang digunakan untuk bercocok tanam sebagai bentuk usaha yang dilakukan oleh petani untuk memproduksi tanaman pertanian. Lahan pertanian merupakan salah satu sumber daya utama pada usaha pertanian. Semakin luas lahan yang dikelolah oleh petani maka semakin besar pendapatan yang diperoleh petani. Pada saat ini, Indonesia terjadi peningkatan jumlah petani gurem dan menyebabkan kemiskinan yang tak kunjung terselesaikan. Kemiskinan petani disebabkan oleh pendapatan yang tak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga petani. Banyak petani yang memilih menjual lahannya dan kemudian memilih beralih profesi dengan tujuan meningkatkan pendapatan. Hal ini dapat mendorong petani untuk melakukan koneversi atau alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian seperti perumahan, peternakan, pabrik, kolam renang, dan lain-lain. Konversi lahan pertanian merupakan perubahan fungsi penggunaan lahan yang dilakukan oleh petani dari pertanian ke non pertanian seperti perubahan ke bidang pemukiman, industri, maupun perdagangan. Konversi lahan yang paling banyak dilakukan pada lahan pertanian yang masih produktif. Hal ini bisa terjadi lantaran komitmen pemerintah di daerah tersebut untuk melindungi lahan pertanian masih lemah. Kemudian, disisi lain pertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan infrastruktur seperti jalan, pasar, bangunan indistri, dan pemukiman. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu (1) Mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan petani dalam beralih profesi dai sektor pertanian ke sektor non pertanian, (2) Mendeskripsikan penyelenggaraan agribisnis dari hulu, usahatani, dan hilir sebelum beralih profesi ke sektor non pertanian, (3) Mendeskripsikan perbedaan mata pencaharian petani sebelum dan sesudah beralih profesi, (4) Menganalisis respon petani terhadap mata pecaharian baru, (5) Menganalisis hubungan antara respon petani terhadap mata pencaharian baru setelah beralih profesi dengan tingkat kesejahteraan petani. Metode penetuan lokasi penelitian yang digunakan ialah sengaja (purposive) yaitu di Desa Kemantren, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Informasi mengenai alih fungsi lahan yang dilakukan oleh petani diperoleh melalui wawancara yang mendalam. Kemudian teknik yang digunakan dalam pengambilan informan menggunakan teknik sensus. Metode analisis data yang digunakan adalah (1) Analisis deskriptif dengan alat bantu skala likert, (2) Analisis kuantitatif meliputi skoring dani analisis korelasi Rank Spearman Rank Spearman yang digunakan untuk menganalisis hubungan variabel yang diuji. Hasil penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan atau alih profesi petani dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dimulai dari faktor internal yaitu respon keluarga, status lahan, jumlah keluarga yang bekerja, dan tingkat pendidikan. Sedangkan pada faktor eksternal yang memiliki pengaruh tinggi yaitu modal usaha. Penyelenggaraan agribisnis petani sebelum berlaih profesi yang mendorong keputusan petani dalam beralih profesi dari sektor hulu yaitu jenis pestisida, dosis pestisida, dan jenis pupuk. Kemudian, sektor usahatani dan hilir kurang mendukung petani dalam beralih profesi. Pada respon petani sebelum alih profesi yang termasuk dalam kategori tinggi yaitu status pekerjaan yang pada saat berusahatani status pekerjaan termasuk dalam usaha yang dibantu tenaga kerja berbayar atau buruh, sedangkan pada respon setelah alih fungsi lahan yang termasuk pada kategori tinggi ialah pendapatan repon keluarga, pendapatan, dan jam kerja. Setelah alih profesi keluarga informan lebih mendukung dalam mata pencaharian informan saat ini, pendapatan informan meningkat setelah melakukan alih profesi, dan jam kerja informan lebih banyak karena informan beralih profesi ke sektor perdagangan, karyawan dan nelayan. Kemudian, pada respon petani terhadap mata pencaharian baru setelah beralih profesi yang memiliki hubungan dengan tingkat kesejahteraan yaitu pendapatan. Dengan meningkatnya pendapatan yang diterima oleh informan, maka asset rumah tangga akan semakin meningkat karena kebutuhan pokok sudah mampu untuk dipenuhi. Saran yang bisa diberikan oleh peneliti ialah bagi pemilik lahan atau petani sebelum mengalih fungsikan lahannya lebih baik dipikirkan matang-matang terlebih dahulu terkait keputusan yang dibuat dan dalam melakukan penyelenggaraan agribisnis diharapkan menerapkan sesuai dengan anjuran sehingga usahatani yang dilakukan memberikan hasil yang diharapkan. Serta penyuluhan terhadap petani mengenai pentingnya pertanian terutama lahan tegal perlu ditingkatkan untuk mempertahankan produktivitas sehingga hasil produksi yang diperoleh semakin besar, meningkatkan pendapatan petani, dan mensukseskan program ketahanan pangan pemerintah. Bagi instansi pemerintah, perlu melakukan peninjauan ulang terkait dengan kebijakan perijinan pembangunan yang dilakukan dilahan pertanian terutama lahan pertanian yang produktif yang diperuntukan untuk keperluan industri dan perumahan. Kemudian, kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah perlu diperkuat sehingga mampu mengendalikan alih fungsi lahan yang dilakukan oleh petani.

English Abstract

Agricultural land is land used for farming as a form of business carried out by farmers to produce agricultural crops. Agricultural land is one of the main resources for agricultural business. The wider the land managed by farmers, the greater the income earned by farmers. At the moment, Indonesia is experiencing an increase in the number of smallholders and causing poverty that is never resolved. Poverty of farmers is caused by income that is not able to meet the daily needs of the farming family. Many farmers choose to sell their land and then choose to switch professions with the aim of increasing income. This can encourage farmers to convert or change the function of agricultural land to non-agriculture such as housing, livestock, factories, swimming pools, and others. Agricultural land conversion is a change in land use functions carried out by farmers from agriculture to non-agriculture such as changes to the fields of housing, industry, and trade. Land conversion is mostly done on productive agricultural land. This could happen because the government's commitment to protect agricultural land is still weak. Then, on the other hand economic growth demands infrastructure development such as roads, markets, industrial buildings, and settlements. This study has the objectives of: (1) Identifying internal factors and external factors that influence farmers' decisions in switching professions from the agricultural sector to the non-agricultural sector, (2) Describing the implementation of agribusiness from upstream, farming, and downstream before moving to the nonagricultural sector, (3) Describe differences in livelihoods of farmers before and after changing professions, (4) Analyze farmers' responses to new livelihoods, (5) Analyze the relationship between farmers' responses to new livelihoods after switching professions to the level of farmers' welfare. The method of determining the location of the research used was intentional (purposive), namely in the Kemantren Village, Paciran District, Lamongan Regency. Information about land conversion made by farmers was obtained through in-depth interviews. Then the technique used in taking informants uses census techniques. Data analysis methods used are (1) Descriptive analysis with Likert scale tools, (2) Quantitative analysis includes scoring and Rank Spearman Rank Spearman correlation analysis used to analyze the relationship of variables tested. The results of this study are the factors that influence land conversion or transfer of peasant professions from the agricultural sector to the non-agriculturalii sector starting from internal factors namely family response, land status, number of families working, and level of education. While the external factors that have a high influence are business capital. Organizing farmer agribusiness before winning a profession that encourages farmers' decision to switch professions from the upstream sector, namely pesticides, pesticide doses, and types of fertilizers. Then, the farming and downstream sectors do not support farmers in changing professions. In the response of farmers before the transfer of profession included in the high category, namely the status of the work at the time of the occupation, the status of the work included in the business assisted by paid labor or labor, while in the response after the land conversion included in the high category is the income of family income, income, and working hours. After the transfer of the family profession informants were more supportive in the current informants' livelihoods, the informants' income increased after transferring professions, and the informants' working hours were more because the informants switched professions to the trade sector, employees and fishermen. Then, on the response of farmers to new livelihoods after switching professions that have a relationship with the level of welfare, namely income. With increasing income received by informants, household assets will increase because basic needs are able to be fulfilled. Suggestions that can be given by researchers is for landowners or farmers before transferring the function of the land, it is better to think carefully in advance regarding the decisions made and in conducting agribusiness, it is expected to apply according to the recommendations so that the farms provide the expected results. As well as counseling farmers regarding the importance of agriculture, especially tegal land, it needs to be improved to maintain productivity so that the yields obtained are greater, increase farmers' income, and succeed in the government's food security program. For government agencies, it is necessary to conduct a review related to the development permit policy carried out in the agricultural area, especially productive agricultural land which is intended for industrial and housing purposes. Then, the Regional Spatial Planning policy needs to be strengthened so as to be able to control the land use conversion by farmers.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FP/2018/990/051901907
Subjects: 000 Computer science, information and general works > 001 Knowledge > 001.4 Research > 001.42 Research methods
Divisions: Fakultas Pertanian > Agribisnis
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 17 Apr 2020 06:19
Last Modified: 20 Oct 2021 04:21
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/167062
[thumbnail of BENI PRIYANTO.pdf]
Preview
Text
BENI PRIYANTO.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item