Pengaruh Persentase Sel B Matur Dan Kadar Antibodi Anti Dsdna Terhadap Hasil Luaran Kehamilan Pada Mencit Balb/C Model Lupus Bunting

Syukur, NursariAbdul (2016) Pengaruh Persentase Sel B Matur Dan Kadar Antibodi Anti Dsdna Terhadap Hasil Luaran Kehamilan Pada Mencit Balb/C Model Lupus Bunting. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan gangguan autoimun multisistem dengan manifesitasi klinis yang terjadi karena kerusakan pada sebagian organ dan jaringan yang disebabkan terbentuknya autoantibodi dan imun kompleks baik pada anakanak, remaja wanita maupun pada orang tua di mana faktor genetik, lingkungan dan hormonal ikut berperan. Penderita LES didominasi oleh wanita dibandingan pria terutama wanita usia produktif. Perbedaan ini disebabkan oleh karena pengaruh hormon seks wanita terhadap aspek sistem imun tubuh, termasuk pada kehamilan. Faktor risiko penyebab komplikasi pada kehamilan salah satunya adalah LES, yang dapat menyebabkan kematian jika tidak tangani dengan baik. Sel B merupakan salah satu indikator penyebab terjadi LES. Sel B merupakan respon imun humoral. Sel B matur yang teraktivasi akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel Plasma adalah plasmablast yang teraktivasi. Plasmablast merupakan sel B yang terbentuk dalam germinal center yang mensintesis dan mensekresi antibodi dari kelas atau isotipe rantai panjang yang berbeda. Pada pasien lupus eri matosus sistemik, sel B bertanggung jawab atas pembentukan antibodi anti dsDNA. Hingga saat ini patogenesis gangguan kehamilan dalam LES belum jelas, sehingga para peneliti merekomendasikan untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk memperjelas patogenesis pengaruh persentase sel B matur dan kadar antibodi anti dsDNA terhadap hasil luaran kebuntingan pada model lupus (induksi pristan) bunting. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan pengaruh persentase sel B matur dan kadar antibodi anti dsDNA terhadap hasil luaran kehamilan pada mencit BALB/c model lupus bunting. Rancangan penelitian yang digunakan true experimental dengan pendekatan post test only control group design. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit BALB/c usia 10-12 minggu dan Berat Badan (BB) 20 – 25 gram sejumlah 20 ekor yang dibagi menjadi 2 kelompok (Kelompok kontrol sehat bunting dan model lupus bunting). Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pembuatan model lupus dengan induksi pristan (mencit diinjeksi pristan 1 kali secara intraperitoneal sebanyak 0.5 ml/ekor) kemudian ditunggu selama 12 minggu sampai terdapat manifestasi imunologis dengan melakukan pemeriksaan test ANA positif. Minggu ke 13 dilakukan pembuntingan pada kedua kelompok. Tehnik pembuntingan pada mencit adalah dengan melakukan sikronisasi siklus etrus, melalui tahapan leeboot efect (un estrus), pheromone effect 72 jam dan tahap ketiga whitten effect dimana semua mencit sudah dalam fase estrus, perkawinan mencit dilakukan dengan rasio 1 jantan : 2 betina. Untuk mengetahui adanya kebuntingan,melakukan pemeriksaanvaginal pulg pada pagi hari, vaginal plug positif maka hari tersebut diasumsikan gestasi hari pertama (G1). Pembedahan pada mencit dilakukan pada hari 18 gestasi.Pengukuran persentase sel B dengan cara isolasi limpa dengan pelabelanantibodi primer FITC anti mouse CD19 (Biolegend) dan antibodi primer PE anti-mouse CD22 (Biolegend), yang kemudian dilakukan penghitungan persentase sel B matur menggunakan flowsitometri. Kadar antibodi anti dsDNA serum diukur dengan metode ELISA yang menggunakan ELISA (Bioassay Technology Laboratory). Pengukuran tekanan darah induk mencit (MAP) dan pemeriksaan albumin Urin : urin 12 jam sebanyak 100 μL pada hari ke-14gestasi dengan pemeriksaan metode ELISA (Elabscience), pengukuran berat badan (BB) Janin. Hasil statistiki uji t tes tidak berpasangan dari hasil penelitian menunjukkan bahwaterdapat perbedaan yang bermakna antara persentase sel B matur pada kelompok kontrol dengan model lupus bunting p=0.005. Kadar antibodi anti dsDNA terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol sehat dengan model lupus bunting P=0.006. Pada hasil luaran kebuntingan antara kelompok kontrol dan model lupus bunting vii juga terdapat perbedaan yang bermakna yaitu pada kadar albumin urin p=0.000 dan tekanan darah (MAP) p=0.013, sedangkan BB janin p=0.559 tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Pengaruh persentase sel B matur terhadap hasil luaran kebuntingan yakni pada indikator kadar albumin urin (r)= 0.526 p=0.017 dan tekanan darah (MAP) (r)=0.452 p=0.045 terdapat korelasi yang bermakna, sedangkan uji analisis persentase sel B terhadap BB janin, dengan r= 0.022 p=0.927 tidak terdapat korelasi. Uji analisis korelasi Pearson pengaruh kadar antibodi anti dsDNA terhadap kadar albumin urin terdapat korelasi yang signfikan r=0.542 p=0.014, sedangkan pada tekanan darah dan BB tidak terdapat korelasi. Analisis data dari uji regresi diperoleh persentase Sel B matur terhadap kadar albumin urin Koefisien regresi sebesar 32.79 Dengan p= 0.017 dan koefisien determinasi (R-Square) sebesar 27.7%. Persentase sel B matur hanya mampu mempengaruhi albumin urin pada mencit BALB/c model Lupus (induksi pristan) bunting sebesar 27.7 % sisanya sebesar 72.3 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Pengaruh kadar antibodi anti dsDNA terhadap kadar albumin dengan Koefisien regresi sebesar 7550.92 dengan p= 0.014 dan koefisien determinasi (R-Square) sebesar 29,4 %, hasil analisis kadar antibodi anti dsDNA mampu mempengaruhi kadar albumin urin pada mencit BALB/c model Lupus bunting sebesar 29.4% sisanya sebesar 70.6 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Persentase Sel B matur, kadar antibodi anti dsDNA, kadar albumin urin, tekanan darah (MAP) pada mencit BALB/c model Lupus bunting signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol sehat. Sedangkan berat badan janin tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Persentase sel B matur berpengaruh terhadap kadar albumin dan tekanan darah, tetapi tidak berpengaruh terhadap berat badan janin mencit BALB/c model lupus bunting. Kadar antibodi anti dsDNA berpengaruh terhadap kadar albumin tetapi tidak berpengaruh

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/616.772/SYU/p/2016/041601541
Subjects: 600 Technology (Applied sciences) > 616 Diseases > 616.7 Diseases of musculoskeletal system
Divisions: S2/S3 > Magister Kebidanan, Fakultas Kedokteran
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 20 Jul 2016 10:37
Last Modified: 20 Jul 2016 10:37
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/158418
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item