Samuel, Pratama Diffi (2016) Jenis Dan Kelimpahan Bulu Babi (Diadematidae): Coral Bioeroder Pada Kondisi Tekanan Lingkungan Yang Berbeda. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Makroinvertebara (bulu babi) dapat digunakan sebagai sistem peringatan dini dari suatu lingkungan yang terkena polusi. Organisme air ini telah banyak digunakan oleh para ahli untuk melakukan biomonitoring kualitas perairan. Selama aktivitas makan, beberapa jenis bulu babi menggerus kalsium karbonat dalam proporsi yang besar di samping alga yang tumbuh menempel pada karang, sehingga memiliki peran penting dalam siklus karbon organik dan anorganik di ekosistem terumbu karang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jenis dan kelimpahan bulu babi di masing-masing lokasi dengan kondisi tekanan lingkungan yang berbeda, serta menganalisis peran bulu babi sebagai bioindikator kualitas perairan tersebut. Penelitian dilakukan di enam lokasi yang dipilih berdasarkan studi literatur yang bertujuan untuk mendapatkan kondisi tekanan lingkungan yang berbeda. Lokasi penelitian yaitu di Pulau Pari, Pulau Menjangan, Pantai Pasir Putih, Pantai Sendang Biru, Pulau Gili Ketapang dan Pulau Mandangin. Variabel yang dinilai dari masing-masing lokasi penelitian yaitu persentase tutupan terumbu karang dan kepadatan bulu babi serta data kuantitatif berupa persepsi masyarakat terhadap kondisi lingkungan di masing-masing lokasi penelitian. Metode yang digunakan untuk menghitung persentase tutupan terumbu karang ialah kick frequency dan timed swim, yaitu metode modifikasi dari point intercept transect dengan cara snorkling dan mencatat jenis tutupan substrat dasar perairan setiap tiga kayuhan kaki, serta dilakukan selama 15 menit. Pengambilan data kelimpahan bulu babi dilakukan dengan mengjitung jumlah bulu babi (Diadema) pada transek atau area pengamatan dan dibagi dengan luasan area pengamatan (±750 m2). Pada penelitian ini juga dilakukan identifikasi bulu babi dengan pendekatan genetik melalui analisa DNA. Persentase tutupan terumbu karang di masing-masing lokasi penelitian yaitu: Pulau Pari sebesar 42,50%; Pulau Menjangan 65%; Pantai Pasir Putih 40%; Pantai Sendang Biru 34,17%; Pulau Gili Ketapang 20,83% dan Pulau Mandangin sebesar 19,17%. Kawasan yang terlindung yaitu Pulau Pari di Taman Nasional Kepulauan Seribu dan Pulau Menjangan di Taman Nasional Bali Barat memiliki nilai persentase tutupan terumbu karang yang cukup baik, sedangkan nilai persentase tutupan terumbu karang semakin rendah di lokasi dengan tekanan lingkungan yang tinggi berupa kawasan pariwisata dan kawasan padat penduduk yaitu di Pulau Gili Ketapang dan Pulau Mandangin yang memiliki kepadatan penduduk sebesar 15.508 orang/km2 dan 11.860 orang/km2. Persentase tutupan terumbu karang berbanding terbalik dengan kelimpahan makroalga di masingmasing lokasi penelitian. Semakin tinggi persentase tutupan terumbu karang maka semakin rendah kelimpahan makroalga di lokasi tersebut, sebaliknya kelimpahan makroalga cukup tinggi pada lokasi dengan persentase tutupan terumbu karang yang rendah. xi Kepadatan bulu babi menunjukan nilai yang berbeda nyata di masing-masing lokasi penelitian, semakin rendah nilai persentase tutupan terumbu karang maka kepadatan bulu babi semakin tinggi. Kepadatan bulu babi di masing-masing lokasi penelitian yaitu: Pulau Pari sebesar 0,32 ind/m2; Pulau Menjangan 0,03 ind/m2; Pantai Pasir Putih 0,31 ind/m2; Pantai Sendang Biru 0,06 ind/m2; Pulau Gili Ketapang 1,25 ind/m2 dan Pulau Mandangi sebesar 1,28 ind/m2. Analisis korelasi antara kelimpahan makroalga dan kepadatan bulu babi menunjukan nilai yang positif sebesar 0,822. Nilai korelasi menunjukan hubungan yang cukup kuat dan berbanding lurus antara kedua variabel tersbut. Hasil identifikasi terhadap jenis bulu babi yang ditemukan di masing-masing lokasi penelitian ialah jenis Diadema setosum dari family Diadematidae. Hasil analisis deskriptif pada masyarakat yang berada di masing-masing lokasi penelitian menunjukan sebagian besar responden menyatakan bahwa lingkungan pesisir saat ini tengah mengalami tekanan dan penuruan kualitas lingkungan yang cukup besar. Dengan skala uji realibilitas dari 18 pernyataan sebesar 0,710; sebanyak 76 dari 120 orang atau sebesar 63% responden menyatakan setuju-sangat setuju terhadap adanya tekanan lingkungan dan penurunan kualitas lingkungan pesisir secara umum dan terumbu karang secara khusus. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan jenis bulu babi di masing-masing lokasi penelitian, jenis bulu babi yang mendominasi ialah Diadema setosum. Kepadatan bulu babi sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan perairan. Perbedaan kualitas lingkungan yang dinilai dari persentase tutupan terumbu karang dan kelimpahan makroalga menjadi faktor utama kepadatan bulu babi di masing-masing lokasi penelitian. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa makroinvertebrata dalam penelitian ini yaitu bulu babi, dapat dijadikan bioindikator kualitas perairan. Semakin buruk kualitas lingkungan perairan ditunjukan dengan tingginya kepadatan bulu babi.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/593.95/SAM/j/2016/041702281 |
Subjects: | 500 Natural sciences and mathematics > 593 Miscellaneous marine and seashore invertebrates > 593.9 Echinodermata and Hemichordata |
Divisions: | Program Pascasarjana > Magister Pengelolaan Lingkungan, Program Pascasarjana |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 05 May 2017 09:23 |
Last Modified: | 11 Mar 2022 08:28 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/157844 |
Preview |
Text
PRATAMA DIFFI SAMUEL.pdf Download (3MB) | Preview |
Actions (login required)
View Item |