Armita, Devi (2016) Tingkat Toleransi Tiga Genotip Cabai Rawit (Capsicumfrutescens L.) Terhadap Stres Kekeringan Pada Fase Vegetatif Berdasarkan Respon Morfologis Dan Fisiologis. Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toleransi tiga genotip cabai rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap kondisi stres kekeringan pada fase vegetatif berdasarkan beberapa respon morfologis yaitu tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun, lebar daun serta jumlah daun dan berdasarkan respon fisiologis yaitu kandungan air relatif (RWC), lebar pembukaan stomata, kandungan klorofil, karotenoid, dan capsaicin pada daun dan batang. Tiga genotip cabai rawit yang digunakan pada penelitian ini merupakan genotip cabai rawit yang dibedakan berdasarkan karakter morfologi daun dan buah. Perlakuan stres kekeringan diberikan dua taraf, yaitu ringan dan berat. Tanaman kontrol diberikan penyiraman setara dengan 80% kapasitas lapang (825,84 ml), sedangkan tanaman dengan stres ringan disiram setara dengan 60% kapasitas lapang (619,38 ml) dan tanaman dengan stres berat disiram setara dengan 30% kapasitas lapang (309,69 ml) dengan interval penyiraman 2 hari sekali. Perlakuan stres kekeringan diberikan pada awal fase vegetatif (20 HST) selama 21 hari. Pengukuran respon morfologis dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada awal (20 HST), pertengahan (34 HST) dan akhir fase vegetatif (48 HST). Pengukuran respon fisiologis yaitu RWC dan lebar pembukaan stomata dilakukan pada pertengahan fase vegetatif (34 HST) sedangkan pengukuran respon fisiologis yaitu kandungan klorofil, karotenoid dan capsaicin dilakukan pada akhir fase generatif (110 HST). Hasil pengukuran respon morfologis dan fisiologis dianalisis statistik dengan menggunakan program SPSS versi 16 selanjutnya dilakukan perhitungan nilai Indeks sensitivitas cekaman (ISC) untuk respon morfologis dan fisiologis yang diamati pada fase vegetatif yang dipengaruhi oleh faktor stres kekeringan berdasarkan uji statistik. Penentuan ISC dilakukan untuk mengetahui tingkat toleransi masing-masing genotip cabai rawit yang digunakan terhadap tingkat stres kekeringan yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres kekeringan menyebabkan terjadinya penurunan tinggi tanaman, diameter batang serta panjang dan lebar daun secara signifikan namun antar tingkat stres kekeringan (stres ringan dan stres berat) tidak berbeda signifikan. Tinggi tanaman kontrol yaitu rata-rata 38,91 cm sedangkan tanaman yang mengalami stres kekeringan memiliki rata-rata tinggi tanaman 32,77 cm (stres ringan) dan 31,11 cm (stres berat). Diameter batang tanaman kontrol yaitu rata-rata 4,31 mm sedangkan tanaman yang mengalami stres kekeringan memiliki rata-rata diameter batang 3,65 mm (stres ringan) dan 3,33 mm (stres berat). Panjang daun tanaman kontrol yaitu rata-rata 10,16 cm sedangkan tanaman yang mengalami stres kekeringan memiliki rata-rata panjang daun 8,93 cm (stres ringan) dan 8,42 cm (stres berat). Perlakuan stres kekeringan signifikan berpengaruh terhadap lebar daun pada genotip III namun tidak berpengaruh terhadap lebar daun genotip I dan genotip II. Perlakuan stres kekeringan juga tidak berpengaruh terhadap jumlah daun namun tanaman kontrol memiliki jumlah daun yang lebih tinggi yaitu rata-rata 23,37 helai sedangkan tanaman yang mengalami stres kekeringan yaitu rata-rata 20 helai (stres ringan) dan 17,63 helai (stres berat). Respon fisiologis yang diamati pada fase vegetatif (RWC dan lebar pembukaan stomata) menunjukkan bahwa perlakuan stres kekeringan signifikan menurunkan nilai RWC dan lebar pembukaan stomata pada tanaman. Tanaman kontrol memiliki RWC rata-rata 85,09 % sedangkan tanaman yang mengalami stres kekeringan memiliki RWC rata-rata 71,51 % (stres ringan) dan 48,47 % (stres berat). Lebar pembukaan stomata tanaman kontrol yaitu rata-rata 0,09 mm sedangkan lebar pembukaan stomata tanaman yang mengalami stres kekeringan yaitu rata-rata 0,07 mm (stres ringan) dan 0,05 mm (stres berat). Respon fisiologis yang diamati pada akhir fase generatif (kandungan klorofil, karotenoid dan capsaicin) menunjukkan bahwa kandungan klorofil daun pada tanaman kontrol signifikan lebih tinggi dibanding tanaman yang mengalami stres kekeringan pada fase vegetatif yaitu rata-rata 11,07 mg/g (klorofil a), 5,88 (klorofil b) dan 16,94 (klorofil total) sedangkan kandungan klorofil batang tidak berbeda signifikan. Berbeda dengan kandungan klorofil, kandungan karotenoid pada daun tanaman yang mengalami stres kekeringan pada fase vegetatif signifikan lebih tinggi dibanding tanaman kontrol yaitu rata-rata 0,34 mg/g (stres ringan) dan 0,41 mg/g (stres berat) sedangkan karotenoid batang tidak berbeda signifikan. Kandungan capsaicin daun pada tanaman yang mengalami stres kekeringan pada fase vegetatif juga signifikan lebih tinggi dibanding tanaman kontrol yaitu rata-rata 5,37 μg/g (stres ringan) dan 6,36 μg/g (stres berat). Hal yang sama juga ditunjukkan oleh capsaicin batang, tanaman yang mengalami stres kekeringan pada fase vegetatif memiliki kandungan capsaicin batang yang signifikan lebih tinggi yaitu rata-rata 3,02 μg/g (stres ringan) dan 3,64 μg/g (stres berat) dibandingkan tanaman kontrol. Berdasarkan uji korelasi antara respon morfologis dan fisiologis didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa respon morfologis dan fisiologis yang diamati pada fase vegetatif (RWC dan lebar pembukaan stomata) memiliki korelasi positif terutama antara RWC dan lebar pembukaan stomata terhadap diameter batang dengan nilai korelasi masing-masing sebesar 0,732 dan 0,768 sedangkan respon morfologis dan fisiologis yang diamati pada fase generatif (karotenoid dan capsaicin) memiliki bentuk korelasi negatif kecuali antara tinggi tanaman dan jumlah daun terhadap capsaicin daun. Korelasi yang signifikan ditunjukkan antara diameter batang, panjang daun serta lebar daun terhadap capsaicin daun dengan masing-masing nilai korelasi sebesar 0,817; 0,917 dan 0,933. Berdasarkan nilai ISC rata-rata dari berbagai respon morfologis dan fisiologis yang ditunjukkan oleh tiga genotip cabai rawit pada penelitian ini diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa genotip I dan II termasuk dalam kategori medium toleran terhadap stres kekeringan ringan dan stres kekeringan berat sedangkan genotip III termasuk dalam kategori peka terhadap stres kekeringan ringan maupun stres kekeringan berat pada fase vegetatif.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/583.952/ARM/t/ 2016/041606016 |
Subjects: | 500 Natural sciences and mathematics > 583 Magnoliopsida (Dicotyledons) > 583.9 Asteridae |
Divisions: | S2/S3 > Magister Biologi, Fakultas MIPA |
Depositing User: | Nur Cholis |
Date Deposited: | 18 Aug 2016 09:07 |
Last Modified: | 19 Nov 2020 05:48 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/157799 |
Actions (login required)
View Item |