Potensi Sistem Kultur Cair Untuk Perbanyakan Jeruk Keprok (Citrus Reticulata Blanco.) Varietas Batu 55 Melalui Embriogenesis Somatik

Februyani, Nawafila (2016) Potensi Sistem Kultur Cair Untuk Perbanyakan Jeruk Keprok (Citrus Reticulata Blanco.) Varietas Batu 55 Melalui Embriogenesis Somatik. Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Jeruk keprok (Citrus reticulata B.) merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam produksi jeruk adalah ketersediaan bibit yang rendah. Saat ini telah dikembangkan perbanyakan jeruk dengan kultur jaringan melalui embriogenesis somatik dengan menggunakan media padat. Multiplikasi embrio somatik pada media padat relatif rendah, sehingga sistem kultur cair dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam perbanyakan jeruk melalui embriogenesis somatik. Dalam kultur cair, semua permukaan sel embrio somatik dapat kontak langsung dengan media sehingga proliferasi sel meningkat. Sistem kultur cair juga memiliki potensi dalam pengembangan kultur bioreaktor sehingga dapat memperbanyak tanaman dalam skala besar dan industri. Densitas sel awal dan Benzil Amino Purin (BAP) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan embrio somatik dalam kultur cair. Densitas awal sel dan pemberian BAP dalam konsentrasi yang tepat dapat meningkatkan multiplikasi sel embrio somatik dalam kultur cair. Selain multiplikasi, maturasi dan perkecambahan embrio somatik juga merupakan tahapan yang penting dalam perbanyakan tanaman melalui embriogenesis somatik. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pertumbuhan embrio somatik jeruk keprok varietas Batu 55 dengan pengaruh densitas sel dan BAP dalam kultur cair, mengevaluasi perkembangan embrio somatik jeruk keprok dalam kultur cair, dan mengevaluasi potensi sistem kultur cair untuk perbanyakan jeruk keprok jika dibandingkan dengan media padat. Manfaat dari penelitian ini adalah mendapatkan metode yang efisien dalam perbanyakan jeruk keprok varietas Batu 55 melalui embriogenesis somatik. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan ulangan sebagai kelompok. Faktor-faktor yang digunakan yaitu densitas sel, konsentrasi BAP, dan jenis media. Tahapan dalam penelitian ini meliputi multiplikasi embrio somatik pada media padat dan cair dengan perlakuan densitas sel dan BAP, maturasi embrio somatik pada media padat dan cair, perkecambahan dan regenerasi planlet pada media padat dan cair. Multiplikasi embrio somatik pada media cair dan padat dilakukan dengan beberapa variasi densitas sel yaitu 4, 6, 8, dan 10 mg/L. Densitas sel awal yang menghasilkan pertumbuhan terbaik digunakan untuk perlakuan BAP dengan konsentrasi 0; 0,25; 0,5; dan 0,75 mg/L. Perlakuan untuk masing-masing media diulang 3 kali (3 botol). Evaluasi pertumbuhan embrio somatik dilakukan dengan penimbangan berat basah dan berat kering embrio somatik setiap 2 minggu hingga minggu ke-8 pada perlakuan densitas sel dan pada minggu ke-6 pada perlakuan BAP, sedangkan perkembangan (maturasi dan regenerasi planlet) embrio somatik dievaluasi dengan menghitung jumlah embrio somatik fase kotiledon dan planlet yang terbentuk. ii Embrio somatik fase globuler dismaturasi pada media padat dan cair MT (Murashige & Tucker) + sorbitol 73 mM + galaktosa 73 mM + ekstrak malt 500 mg/L kemudian diamati persentase maturasi dan jumlah embrio somatik fase kotiledon. Embrio somatik fase kotiledon hasil maturasi disubkultur pada media perkecambahan padat dan cair MT + sukrosa 30 g + ekstrak malt 500 mg/L + GA3 2 mg/L dan diamati panjang planlet serta persentase planlet. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif sedangkan data kuantitatif dianalisis menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan tingkat signifikasi 95 %. Embrio somatik jeruk hasil kultur cair memiliki tekstur yang remah dan berwarna putih. Densitas sel awal yang berbeda memberikan respon pertumbuhan embrio somatik dalam kultur yang berbeda. Densitas sel awal yang tinggi mampu menghasilkan multiplikasi embrio somatik dalam jumlah yang tinggi. Densitas sel 10 mg/L merupakan densitas sel awal terbaik yang mampu menghasilkan embrio somatik dengan hasil tertinggi, sedangkan lama kultur terbaik pada pertumbuhan embrio somatik jeruk keprok varietas Batu 55 dalam sistem kultur cair adalah 6 minggu. Berat basah embrio somatik yang diperoleh mencapai 2,93 g dan berat kering embrio somatik 0,15 g pada minggu ke-6 setelah kultur. Pertumbuhan embrio somatik terendah terdapat pada densitas sel 4 mg/L dengan berat basah 2,20 g dan berat kering embrio somatik 0,11 g. Penambahan BAP dalam kultur cair mampu meningkatkan multiplikasi embrio somatik jeruk keprok Batu 55 yang lebih baik dibanding dengan media tanpa penambahan BAP. Pemberian BAP 0,75 mg/L memberikan hasil yang paling tinggi dibanding konsentrasi lainnya yaitu dengan berat basah embrio somatik 2,97 g dengan berat kering 0,17 g. Sedangkan pada media tanpa penambahan BAP memberikan hasil terendah dengan berat basah yang dihasilkan adalah 1,98 g dengan berat kering 0,11 g. Pertumbuhan embrio somatik jeruk dengan penambahan BAP ini belum memberikan hasil yang optimum dikarenakan pertumbuhan masih terus mengalami peningkatan pada penambahan BAP tertinggi. Persentase maturasi embrio somatik jeruk masih sangat rendah kurang dari 3 %. Maturasi embrio somatik pada media padat memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan hasil maturasi pada media cair. Persentase maturasi yang dicapai pada media padat adalah 2,2 %, sedangkan pada media cair persentase maturasi yang dicapai 0,3 %. Perkecambahan dan regenerasi planlet pada media cair memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pada media padat. Persentase regenerasi planlet pada media cair adalah 73 % dengan panjang planlet rata-rata 3,3 cm, sedangkan persentase regenerasi planlet pada media padat hanya 33 % dengan panjang planlet rata-rata 0,3 cm. Pertumbuhan dan perkembangan embrio somatik pada kultur cair ini lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan dan perkembangan embrio somatik pada media padat. Berat basah embrio somatik pada media padat selama 6 minggu hanya sekitar 0.81 g, sedangkan persentase regenerasi planlet hanya 60 %. Sistem kultur cair memiliki potensi sebagai metode perbanyakan jeruk melalui embriogenesis somatik. Multiplikasi embrio somatik pada media cair mampu meningkatkan pertumbuhan embrio somatik 3 kali lebih tinggi dibanding dengan media padat. Kultur cair juga mampu meningkatkan perkecambahan dan regenerasi embrio somatik jeruk sampai 73 % atau 13 % lebih tinggi dibanding dengan media padat. Namun demikian sistem kultur cair ini masih belum mampu meningkatkan maturasi embrio somatik jeruk.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/571. 86/FEB/p/2016/041602008
Subjects: 500 Natural sciences and mathematics > 571 Physiology and related subjects
Divisions: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam > Matematika
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 31 Mar 2016 13:59
Last Modified: 31 Mar 2016 13:59
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/157642
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item