Atmoko, PitoyoWidhi (2012) Penyelidikan Zona Longsor dengan Metode Resistivity 2D, GPR dan Pemboran untuk Mitigasi Bencana Tanah Longsor (Studi Kasus di Desa Jombok, Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang Indonesia). Magister thesis, Universitas Brawijaya.
Abstract
Desa Jombok merupakan salah satu daerah yang rawan longsor, hal ini dapat dilihat adanya amblesan tanah yang sudah terjadi lebih dari satu kali pada tempat yang sama serta dari keadaan di sekitar penelitian yang dulunya merupakan daerah kawasan hutan, sekarang dijadikan lahan pertanian oleh penduduk sekitar. Seperti yang diketahui bahwa jombok merupakan salah satu desa yang dihuni oleh 750 Kepala Keluarga, sedangkan di Dusun Jombok yang terkena dampak dari tanah longsor dihuni oleh 139 Kepala Keluarga.Dimana menurut Tim PKKMB-UB sebanyak 19 Kepala Keluarga menempati lokasi patahan sepanjang 2 kilometer.Penelitian ini menggunakan beberapa metode untuk mengetahui adanya longsor ataupun amblesan yang terjadi di Desa Jombok. Metode Geolistrik Resistivitas yang digunakan adalah menggunakan konfigurasi dipole-dipole. Sedangkan untuk mengetahui struktur bawah permukaan menggunakan data Pemboran yang didukung oleh data visual dari GPR. Dengan menggunakan data dari metode Geolistrik Resistivitas, GPR dan Data Pemboran bisa diketahui sejauh mana keadaan Desa Jombok yang rawan terkena bencana yang lebih besar. Dari data Geolistrik Resistivitas didapatkan bahwa pada lintasan 1, 2 dan 3 menunjukkan adanya crack sebanyak 7 crack untuk tiap-tiap lintasannya. Crack tersebut yang menyebabkan pada daerah tersebut rawan longsor dan ambles, karena terdapat kontras antara lapisan atas, tengah dan bawah. Lapisan atas yang berupa batuan dasar tak lapuk mempunyai beban yang lebih berat dibandingkan dengan lapisan yang tengah, yang sebagian besar berupa lempung. Sedangkan lapisan yang paling bawah adalah juga batuan dasar tak lapuk, sehingga apabila ada air yang masuk pada daerah ini, air tersebut akan tertahan di lapisan tengah, sehingga lapisan tersebut akan menjadi licin dan mudah tergelincir. Akibat licinnya lapisan tersebut, maka sangat memungkinkan terjadinya longsor. Lintasan 4 dan lintasan 5 merupakan daerah perkebunan, dimana di daerah tersebut terdapat tanaman perkebunan coklat. Pada penampang daerah tersebut terlihat adanya lapisan tanah yang berupa lempungan dan tanah lempung pasiran yang terjebak diantara batuan dasar tak lapuk yang banyak terdapat di sebelah kanannya dan juga sedikit pada sebelah kirinya. Hal ini mengindikasikan pada daerah tersebut merupakan crack yang dapat menimbulkan longsoran. Sedangkan untuk lintasan 6 merupakan daerah yang sebagian merupakan daerah penduduk dan sebagian lagi merupakan perkebunan coklat. Untuk lintasan 6 ini, daerah pemukiman penduduk adalah daerah yang rawan terhadap longsor, karena lapisan tanah yang terdapat pada daerah tersebut berupa lempungan dan tanah lempung pasiran. Setelah menginterpretasikan survei, dilanjutkan menggunakan data pemboran dan data geofisika untuk memverifikasi dan mengkalibrasi hasil interpretasi bawah permukaan. Dalam semua kasus interpretasi data, interpretasi dikalibrasikan dengan data bawah permukaan yang telah diketahui, atau dibandingkan dengan data yang diperoleh dari metode geofisika lainnya. Apabila dibandingkan dengan data yang diperoleh dari geolistrik dan data pemboran didapatkan hasil yang hampir serupa, hamp i r seluruhnya daerah tersebut mempunyai jenis tanah lempung pasiran dan pasir lempungan, dimana pada daerah-daerah yang terdapat jenis tanah tersebut terjadi penurunan tanah, pada hasil interpretasi menggunakan GPR juga didapatkan hasil yang serupa. Mitigasi bencana yang bisa dilakukan di Desa Jombok dapat berlangsung secara optimal jika semua pihak dapat bekerja sama. Baik sebelum terjadi bencana, pada saat terjadi bencana dan setelah terjadi bencana. Beberapa alternatif penanganan untuk pencegahan bencana yang telah direncanakan harus segera dilaksanakan, supaya pengurangan resiko dapat meminimalisir jatuhnya korban.Mitigasi tanah longsor pada prinsipnya bertujuan untuk meminimumkan dampak bencana tersebut.Untuk kegiatan early warning (peringatan dini) bencana menjadi sangat penting. Peringatan dini dapat dilakukan antara lain melalui prediksi cuaca/iklim sebagai satu faktor yang menentukan bencana longsor di Daerah Jombok.
English Abstract
Land subsidence is one of the disasters associated with the downward movement of the earths surface from a datum (point), so that the front elevation of the soil is reduced or becomes lower than the original. Jombok Village is one of the landslide-prone areas, this can be seen the existence of land subsidence that has occurred more than once in the same place and of the circumstances surrounding the research that was once a forest area, now used as farmland by the locals. As it is known that jombok is one of the villages inhabited by 750 Head of the Family, whereas in Jombok hamlet affected by landslides are inhabited by 139 Head of the Family. Where according to PKKMB-UB team as much as 19 head of family Patriarch occupies 2 kilometers along the fault location. This research uses several methods to detect landslides or subsidence that occurred in the Jombok village. Geoelectric resistivity method used is to use the dipole-dipole configuration. As for knowing the structure of the subsurface using drilling data are supported by the visual data from the GPR. By using the data of geoelectric resistivity method, GPR and drilling data can be known the extent to which Jombok village affected is greater. From the geoelectric resistivity data obtained that the trajectories 1, 2 and 3 indicate the presence of 7 crack for each trajectory. That Crack causes in the area prone to landslides and subsidence, because there is a contrast between the upper, middle and bottom. The top layer in the form of igneous rock has a heavier burden than the middle layer, which is largely clay. While the bottom layer is also igneous rock, so if there is water coming in this area, the water will be stuck in the middle layer, so the layer will become slippery and easy to slip. Due to slippery coating, it is very possible occurrence of landslides. Track 4 and track 5 is the area of plantations in those areas where there are plantations of cacao. In cross-sectional area visible in the form of a layer of soil and lempungan Pasiran clay trapped between igneous rock that is widely available on his right and also a bit on his left. This indicates the area is a crack that can lead to avalanches. As for track 6 is a partial area is an area of population and partly cacao plantations. For track 6, the settlements are areas prone to landslides, because the soil layer in the area are the sandyclay. After interpreting the survey, they used the borehole data and geophysical data to verify and calibrate the results of subsurface interpretation. In all cases the interpretation of data, interpretation of subsurface data calibrated with a known, or compared with data obtained from other geophysical methods. If it is compared with data obtained from geoelectric and drilling results obtained are almost similar, whereas in areas that have decreased the soil, the interpretation of the results of using GPR also obtained similar results. Disaster mitigation that can be done in the Jombok village can take place in optimal if all parties can work together.The pre-disaster, during disaster and after a disaster. Several alternative treatment for the prevention of disasters that have been planned should begin immediately, so that risk reduction can minimize casualties.
Item Type: | Thesis (Magister) |
---|---|
Identification Number: | TES/551.307/ATM/p/041204136 |
Subjects: | 500 Natural sciences and mathematics > 551 Geology, hydrology, meteorology > 551.3 Surface and exogenous processes and their agents |
Divisions: | S2/S3 > Magister Matematika, Fakultas MIPA |
Depositing User: | Endro Setyobudi |
Date Deposited: | 07 Nov 2012 13:05 |
Last Modified: | 07 Nov 2012 13:05 |
URI: | http://repository.ub.ac.id/id/eprint/157591 |
Actions (login required)
View Item |