Kajian Tentang Makna, Penyebab, Dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan (Kajian Fenomenologi Komunitas Pemulung Di Tpa Supit Urang Kota Malang)

Suhartono, Dicky (2015) Kajian Tentang Makna, Penyebab, Dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan (Kajian Fenomenologi Komunitas Pemulung Di Tpa Supit Urang Kota Malang). Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kemiskinan merupakan hal yang kompleks secara struktural dan multidimensional, karena menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Jika dilihat dari ukuran modern masa kini, masyarakat atau penduduk miskin adalah mereka yang tidak bias menikmati pendidikan yang berkualitas, pelayanan kesehatan, tidak mempunyai tabungan, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga dan tidak mempunyai akses ke pelayanan publik. Pemerintah Propinsi Jawa Timur memiliki komitmen untuk memperhatikan masyarakat miskin. Misi pembangunan daerah adalah mewujudkan Makmur Bersama Wong Cilik melalui APBD untuk rakyat. Sedangkan visi pembangunan Jawa Timur yang ingin diwujudkan pada periode 2014-2019 yaitu Jawa Timur lebih sejahtera, berkeadilan, mandiri, berdaya saing, dan berakhlak. Terkait dalam bingkai misi tersebut, strategi yang diterapkan dalam pembangunan Jawa Timur 2014-2019 secara lebih tegas dinyatakan keberpihakannya kepada rakyat miskin. Menurut Badan Pusat Statistik jumlah penduduk miskin terbanyak di Indonesia adalah Propinsi Jawa Timur. Pada bulan September 2013 Badan Pusat Statistik menyebutkan jumlah penduduk miskin Jawa Timur sebesar 4,86 juta. Sebanyak 1,62 juta dari angka itu merupakan penduduk miskin perkotaan, sisanya adalah penduduk miskin di perdesaan. Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur dengan pertumbuhan penduduk semakin pesat akibat banyaknya urbanisasi. Salah satu daerah yang menjadi tujuan migrasi adalah Kota Malang, karena Kota Malang memiliki letak wilayah yang strategis. Melalui survey yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan Catatan Kependudukan Pemerintah Kota Malang, pada tahun 2013 total jumah penduduk 840.803 jiwa, 43.400 jiwa tercatat sebagai warga miskin. Kepadatan penduduk Kota Malang menyebabkan tingkat konsumsi masyarakat sangat tinggi, yang menghasilkan limbah yang sangat banyak pula. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, warga Kota Malang setiap harinya bisa menghasilkan sampah dengan volume yang cukup tinggi sebanyak 642,31 ton perhari. Begitu besarnya volume sampah yang dihasilkan menyebabkan banyaknya pemulung yang datang di lokasi TPA Supit Urang tersebut. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam bagaimana konsep kemiskinan dipahami oleh pemulung yang berkeluarga yang termasuk kategori miskin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena kemiskinan dari sudut pandang pemulung miskin yang menjadi kepala rumah tangga, yaitu untuk mengetahui bagaimana (1) pandangan makna kemiskinan, (2) penyebab kemiskinan, serta (3) strategi dan upaya pemulung untuk keluar dari kemiskinan yang dialami. Peneliti ingin menjelaskan secara empiris bagaimana fenomena kemiskinan dikontruksikan oleh pemulung miskin menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Lokasi penelitian dilakukan di TPA Supit Urang Kelurahan Mulyorejo Kota Malang. Penentuan informan dilakukan dengan metode non probability sampling dengan teknik Snowballs. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dan observasi, sedang analisa data menganut cara yang digunakan dalam pendekatan kualitatif deskriptif sebagaimana yang disampaikan oleh Moleong (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna dan penyebab, serta strategi kemiskinan dimaknai dengan cukup bervariasi oleh pemulung miskin, meski secara umum memiliki kesamaan. Makna kemiskinan dari perspektif pemulung miskin TPA Supit Urang dimaknai sebagai “suatu kondisi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar (makan)”. Makna tersebut merupakan persepsi yang muncul dari pengalaman kegiatan ekonomi dan hasil interaksi sosial yang selama ini dilakukan. Faktor penyebab kemiskinan yang dialami pemulung miskin sangat kompleks, meliputi faktor ekonomi, sosial/ kultural, struktural, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, namun penyebab utama berdasarkan persepsi pemulung miskin yaitu karena kurangnya pendidikan formal, modal, tidak mempunyai keahlian. Strategi yang menjadi keinginan/ harapan pemulung miskin dalam berupaya bertahan dan bisa berkembang yaitu masih dalam lingkup pekerjaan utama yang telah/ pernah dilakukan sebelumnya, yaitu berupa keinginan dalam pengembangan modal usaha. Adapun tindakan yang dilakukan oleh pemulung miskin hanya pada lingkup bertahan dengan kondisi kemiskinannya, yaitu dengan menjalani sikap hidup sangat sederhana, konsumsi hanya diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan makanan pokok, melibatkan anggota keluarga untuk bekerja.

English Abstract

Poverty is complex matter structurally and multidimensional, because it is related to many aspects such as the right to fulfill the needs like food, health, education, and job profession. In modern currently, the poor people are who cannot reach the quality education, health service, do not have the saving money, lack of job opening, lack of social warrantee and family protecting and do not have access to public service. East Java Government has commitment to notice poor society. Regional building mission is to realize the prosperous by “Wong Cilik” through APBD for society. As East Java Building vision in 2014-2019 period that want to be realized is east Java bulding is more prosperous, having justice, self-governing, competitive, and having ethic. Related to that mission, the strategy that is applied in East Java building 2014-2019 is explicity stated siding with poor society. According to Central Statistics Bureau, the total of most poor society in Indonesia East Java society. On September 2013, the Central Statistik Bureau has mentioned that the total of poor society in East Java are 4,86 millions. 1,62 millions of 4,86 millions are urban poor citizen, the rural poor citizens are amount left over. Malang city is the second biggest city in East Java which the population growth is more rapid caused by urbanization. One of region that becomes migration place in Malang city, because Malang city is the strategic area. Based on the survey that is done by social Bureau and population document of Malang City Government, the total population in 2013 is 840.803 persons, 43.400 persons are noted as poor population. The population density of Malang city causes the people consumption level is high, that produces more trash. Based on the data of sanitation bureau and gardening affairs of Malang City, Malang people waste can produce is 642,31 tons per day. How big the waste volume which causes many scavengers come to TPA area Supit Urang. So the researcher is interested to study deeply how poor concept is understood by scavengers that have family in poor category. This research aims to know the poor phenomena from the scavengers view as family head, those are (1) to know the view of poor meaning (2) causes of poverty (3) strategies and efforts of poor scavengers to go out from poverty. The researcher want to explain empirically how the phenomena of poverty are constructed by poor scavengers by using qualitative method in phenomenological approach. The research object is done in TPA Supit Urang Mulyorejo village Malang city. Informant deciding is done by using Snowballs method. The data collection is done by interview and observation, but data analysis uses qualitative so the data analysis follows the way used in qualitative approach by Meleong (2007) The research result show that the meaning, causes, and strategies of poverty are vary based on the poor scavengers even though have little similarity. The meaning of poverty according to poor scavengers perspective of TPA Supit Urang is “The condition is difficult to fulfill the primary needs”. That meaning is the perception that appears from the experience of economic activity and the result of social interaction. The factors of poverty are complex, included economical factor, social/cultural, structural, natural resource, human resource, however the main cause is based on the perception of poor scavengers, due to lack of formal education, monetary assets, and no skill. The strategy that will be the hope of poor scavenger in effort to resist and develop that consist of main job that has been done before. It can be the want to develop the business capital. As for the action that is done by poor scavenger is only included resisting in poverty condition such as living in the simple way, the main consumption is prioritized to primary needs, involving the family to work.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/362.5/SUH/k/2015/041503290
Subjects: 300 Social sciences > 362 Social problems of and services to groups of people > 362.5 Poor people
Divisions: S2/S3 > Magister Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Depositing User: Sugiantoro
Date Deposited: 10 Aug 2015 09:05
Last Modified: 10 Aug 2015 09:05
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/157150
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item