Peran Koperasi Wanita Dalam Menanggulangi Kemiskinan Pada Perempuan Di Pedesaan (Studi Kasus Pada Kopwan Kencana Desa Dongko Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek)

Retrianto, DoniHandoko (2015) Peran Koperasi Wanita Dalam Menanggulangi Kemiskinan Pada Perempuan Di Pedesaan (Studi Kasus Pada Kopwan Kencana Desa Dongko Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek). Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Koperasi Wanita (kopwan) adalah salah satu program andalan Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur. Program ini diawali pada tahun 2009 dan 2010 dengan mendirikan kopwan di setiap desa dan kelurahan di seluruh wilayah Jawa Timur, sehingga total terbentuk 8.506 kopwan. Pada awal didirikan, keberadaan kopwan ini dimaksudkan untuk mengurangi rentenir yang sangat menyusahkan masyarakat miskin di desa. Namun seiring perkembangannya, keberadaan kopwan difungsikan untuk memberdayakan perempuan desa. Akan tetapi, banyaknya jumlah kopwan di Jawa Timur ini ternyata tidak berdampak signifikan terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin di Jawa Timur. Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur masih yang terbanyak dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Untuk itu perlu diteliti bagaimana sebenarnya peran kopwan dalam menanggulangi kemiskinan pada perempuan di pedesaan. Kemiskinan yang melanda perempuan di desa bisa diakibatkan oleh faktor kemiskinan natural, kemiskinan kultural, dan kemiskinan struktural. Kemiskinan di sini bukan hanya tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup, namun keterbatasan dalam mengakses sumber daya ekonomi dan sosial. Perempuan menjadi perhatian dalam masalah kemiskinan karena perempuan sangat rentan terhadap kemiskinan. Jika suatu keluarga menderita kemiskinan, maka perempuanlah (ibu) yang pertama menderita. Penderitaan perempuan menjadi lebih parah jika dalam komunitasnya terjadi diskriminasi gender, perempuan hanya mengurus rumah.Itulah mengapa muncul konsep feminisme liberal yang sangat menentang praktik diskriminasi ini. Konsep feminisme liberal mengajarkan bahwa agar terbebas dari situasi ini, maka perempuan harus mempunyai penghasilan sendiri agar kedudukannya diakui setara dengan lakilaki. Konsep feminisme liberal inilah yang melandasi program-program pemberdayaan perempuan, salah satunya adalah kopwan. Penelitian ini berlokasi di Desa Dongko Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek dengan obyek Kopwan Kencana. Lokasi ini dipilih karena di wilayah ini jumlah penduduk miskinnya terbanyak dibandingkan wilayah lain di Kabupaten Trenggalek, namun sebaliknya Kopwan Kencana berhasil menjadi kopwan terbaik di Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus dipilih karena peneliti ingin mendapatkan gambaran yang detail terhadap obyek yang akan diteliti. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun informan ditentukan dengan teknik purposive sampling di mana informan ini telah dipilih sesuai kriteria, yakni pengurus kopwan, anggota kopwan yang aktif, telah berkeluarga dan memiliki usaha mikro serta mempunyai pinjaman pada Kopwan Kencana. Berikutnya suami mereka, sesepuh mantan kepala desa dan pembina dari Dinas Koperasi Trenggalek. Data kemudian dipilih dan dipilah, disajikan untuk kemudian ditarik kesimpulan. xiv Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan, penulis memperoleh hasil temuan. Kemiskinan yang terjadi pada perempuan di Desa Dongko bukan akibat kemiskinan kultural maupun adanya diskriminasi gender, melainkan disebabkan faktor kemiskinan natural dan struktural. Kopwan Kencana ternyata berhasil memberdayakan perempuan di Desa Dongko. Keberadaan Kopwan Kencana sudah dikenal oleh perempuan di dusun-dusun di Desa Dongko sebagai hasil gencarnya sosialisasi oleh pengurus Kopwan Kencana dalam setiap kegiatan desa/dusun. Perempuan desa tertarik untuk bergabung dengan Kopwan Kencana karena alasan ingin mendapatkan pinjaman modal dan menambah pengalaman. Masyarakat Desa Dongko sudah paham tentang gender, perempuan dibebaskan untuk mencari nafkah dan tidak mengandalkan suami. Kondisi tanpa diskriminasi gender ini pula yang mendorong begitu banyaknya perempuan di Desa Dongko yang mengajukan diri agar bisa diterima menjadi anggota Kopwan Kencana. Karena keterbatasan dana, pengurus Kopwan Kencana hanya bisa menerima 10 anggota setiap tahunnya dengan seleksi yang ketat. Hanya perempuan yang masih muda, mempunyai usaha yang jelas, dan bersedia dibina dan didampingi sajalah yang diterima menjadi anggota baru. Hal ini wajar karena kopwan menerapkan prinsip kehati-hatian supaya anggota bisa membayar angsurannya tepat waktu supaya dana bisa diputar bagi anggota/calon anggota lain yang membutuhkan. Meskipun menetapkan kriteria yang jelas, pengurus Kopwan Kencana juga meminjamkan dana pada perempuan desa yang sangat miskin namun jumlahnya hanya sekitar 5% saja. Pinjaman modal usaha yang diberikan itu ternyata mampu meningkatkan pendapatan anggotanya, yang berarti ikut berkontribusi pada perekonomian keluarga. Itulah sebabnya mengapa Kopwan Kencana belum bisa berperan banyak dalam membantu perempuan desa yang sangat miskin. Keterbatasan dana ternyata sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan dan upaya memperbanyak sasaran perempuan miskin yang akan diberdayakan. Modal sosial yang dimiliki Kopwan Kencana sangat mendukung upaya pemberdayaan perempuan desa. Kepercayaan yang diberikan kopwan kepada anggota yang meminjam dana tanpa syarat apapun telah menimbulkan tanggung jawab kepada anggota untuk membayar angsuran tepat waktu. Jaringan yang dimiliki oleh Kopwan Kencana telah membantu anggota dalam memasarkan hasil usahanya. Terjalinnya relasi sosial di antara anggota telah meningkatkan rasa percaya diri dan kualitas hidup karena mereka bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan. Norma berupa aturan tidak menjadi beban bagi anggotanya, justru disadari bahwa aturan yang mengikat itu demi kepentingan bersama. Rasa kekeluargaan dan gotong royong juga masih mereka rasakan bersama Kopwan Kencana. Inilah modal sosial yang menjadi faktor penting bagi Kopwan Kencana dalam memberdayakan perempuan di Desa Dongko. Kopwan bisa berperan dalam menanggulangi kemiskinan pada perempuan di desa jika didukung oleh faktor kecukupan modal, lingkungan yang mendukung persamaan hak, dan modal sosial yang kuat.

English Abstract

Women Cooperative (kopwan) is one of the flagship programs of East Java Provincial Government through the Department of Cooperatives and SMEs in East Java province. The program started in 2009 and 2010 to establish Kopwan in every village in the entire region of East Java, so the total is formed 8506 kopwan. At its inception, the existence of kopwan is intended to reduce the loan sharks are very troublesome rural poor. But as the development, the existence of kopwan enabled to empower rural women. However, the large number of kopwan in East Java, this was not a significant impact on reducing the number of poor people in East Java. The number of poor people in East Java is the highest compared to other provinces in Indonesia. For that, need to be investigated how the actual kopwan role in poverty alleviation in rural women. Poverty that plagued women in rural poverty can be caused by natural factors, cultural poverty and structural poverty. Poverty here is not only the fulfillment of basic needs of life, but limited access to economic and social resources. Women of concern on the issue of poverty because women are particularly vulnerable to poverty. If a family suffering from poverty, it is women (mothers) are the first to suffer. The plight of women become more severe if the community occurs gender discrimination, women only work at house. That`s why emerging concept of liberal feminism which strongly oppose these discriminatory practices. The concept of liberal feminism teaches that in order to escape from this situation, then women should have their own income so recognized position equal to men. The concept of liberal feminism is what underlies womens empowerment programs, one of which is Kopwan. This study is located in the Village Dongko District of Dongko Trenggalek with Kopwan Kencana as an object. This location was chosen because in this region the number of poor people large than any other region in Trenggalek, but instead Kopwan Kencana become the best in the district. This study used a qualitative approach with case study method. Case studies were chosen because researchers wanted to get a detailed picture of the object to be studied. Data collection techniques by interviews, observation, and documentation. The informant is determined by purposive sampling technique in which the informant has been selected according to the criteria, they are the board kopwan, kopwan`s active members, have a family and have a micro-business and have a loan on Kopwan Kencana. Next, their husbands, ex-head of the village and the builder of the Department of Cooperatives. The data is then selected and sorted, presented to then be deduced. From the research that has been done in the field, the authors obtained results. Poverty among women in the village Dongko not due to cultural poverty and gender discrimination, but rather due to natural and structural poverty. Kopwan Kencana was successfully empower women in the village Dongko. The existence of Kopwan Kencana already known by women in villages in the village as a result of incessant Dongko socialization by the board in each activity in village. Women in Dongko interested in joining the Kopwan Kencana as reasons for wanting to get a loan and add to the experience. Community of Village Dongko already know about gender, women are free to earn a living and do not rely on the husband. Conditions without gender discrimination is also a push so many women in the village Dongko who volunteered to be accepted as a member of Kopwan Kencana. xii Due to limited funds, the board Kopwan Kencana can only accept 10 members each year with a selection. Only women who are young, have a clear business, and willing to be fostered and accompanied alone is accepted as a new member. This is reasonable because Kopwan apply the precautionary principle so that members can pay the installment on time so that the funds can be rotated for the others in need. Despite a clear set of criteria, the board Kopwan Kencana also lend funds at a very poor women, but there were only about 5% only. Capital loans granted it was able to increase the income of its members, which means that contribute to the family economy. That is why Kopwan Kencana can not do much to help the very poor rural women. Limitations of funds was very influential on sustainability and efforts to increasing target poor women will be empowered. Social capital in Kopwan Kencana strongly supports efforts to empower rural women. Kopwan only gives a trust to members who want borrow money without any conditions. It makes the responsibility of the member to pay the installments on time. Network of Kopwan Kencana has helped members in marketing. Emergence of social relations among members has increased the confidence and quality of life because they can share knowledge and experience and skills. Norms such as the rules do not become a burden to its members, they are realized that the binding rules for the common interest. Sense of kinship and mutual cooperation also still they feel in Kopwan Kencana. This is why the social capital became an important factor for Kopwan Kencana in empowering women in the village Dongko. Kopwan could play a role in reducing poverty among women in the village if it is supported by a factor of capital adequacy, the environment that supports equality, and strong social capital.

Item Type: Thesis (Magister)
Identification Number: TES/334/RET/p/2015/041502953
Subjects: 300 Social sciences > 334 Cooperatives
Divisions: S2/S3 > Magister Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Depositing User: Endang Susworini
Date Deposited: 21 May 2015 14:49
Last Modified: 21 May 2015 14:49
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/155884
Full text not available from this repository.

Actions (login required)

View Item View Item