Penerapan Metode Six Sigma Dalam Pengendalian Kualitas Telur Ayam Pada Proses Penetasan (Studi Kasus Di Pt. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Hatchery Wonorejo, Pasuruan)

Sriagusdina, Icha (2016) Penerapan Metode Six Sigma Dalam Pengendalian Kualitas Telur Ayam Pada Proses Penetasan (Studi Kasus Di Pt. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Hatchery Wonorejo, Pasuruan). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Proses penetasan telur merupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan perusahaan unggas. Salah satu inovasi yang muncul untuk mempertahankan kelangsungan usaha tersebut berupa proses penetasan menggunakan mesin tetas. Namun, adanya teknologi canggih masih memungkinkan menghasilkan produk yang cacat, sehingga kualitas produk harus tetap diperhatikan untuk mempertahankan loyalitas konsumen. Saat ini, kualitas hanya dipandang sebagai masalah yang berkaitan dengan produk rusak, cacat, atau penyimpangan yang terjadi dalam atribut yang melekat pada produk. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk unit Hatchery merupakan unit yang berfokus pada penetasan telur. Sekitar 6%-8% dari telur yang ditetaskan di PT Japfa Comfeed Tbk unit Hatchery menunjukkan jumlah telur yang tidak menetas. Telur yang masuk pada proses penetasan rata-rata berjumlah 116.375 butir yang merupakan hasil seleksi. Proses seleksi bertujuan untuk menghilangkan telur yang tidak memenuhi syarat untuk ditetaskan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode pengendalian telur untuk mengurangi jumlah telur yang tidak menetas. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengendalian kualitas telur yaitu six sigma. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis indeks kapabilitas proses dan nilai sigma pada proses penetasan telur serta mengidentifikasi faktor-faktor dalam proses penetasan telur ayam yang tidak menetas. Six Sigma merupakan tujuan yang hampir sempurna untuk memenuhi persyaratan pelanggan. Six Sigma merujuk kepada target kinerja operasi yang diukur secara statistik dengan hanya 3,4 kesalahan untuk setiap juta aktivitas. Six Sigma juga viii merupakan usaha perubahan budaya supaya posisi perusahaan ada pada kepuasan pelanggan, profitabilitas, dan daya saing yang lebih besar. Tahapan pada six sigma yaitu define, measure, analysis, improve dan control. Hasil penelitian menunjukkan nilai indeks kapabilits proses pada proses penetasan sebesar 1,274 yang menunjukkan bahwa kinerja proses atau kapabilitas proses dikatakan baik, tetapi masih perlu dilakukan pengendalian ketat untuk mengurangi jumlah telur tidak menetas. Level sigma yang di dapatkan sebesar 3,823 yang di konversikan dari nilai DPMO yaitu 35.379,997 ke level sigma. Hal ini dikategorikan sudah baik karena level sigma berada diatas rata-rata industri Indonesia. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan telur tidak menetas. Faktor-faktor tersebut dianalisis menggunakan FMEA (Failure Mode Effects Analysis). Hasil analisis FMEA menunjukkan prioritas secara berurutan dalam perbaikan yaitu pada telur terkontaminasi oleh bakteri, selanjutnya yaitu kondisi tempat telur (ness, egg tray, box HE) dan kurangnya proses sanitasi.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FTP/2016/534/051610141
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Teknologi Pertanian > Teknologi Industri Pertanian
Depositing User: Nur Cholis
Date Deposited: 13 Oct 2016 10:21
Last Modified: 25 Oct 2021 01:07
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/151111
[thumbnail of Cover.pdf]
Preview
Text
Cover.pdf

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of Lembar_persetujuan-daftar_tabel.pdf]
Preview
Text
Lembar_persetujuan-daftar_tabel.pdf

Download (2MB) | Preview
[thumbnail of BAB_I-Lampiran.pdf]
Preview
Text
BAB_I-Lampiran.pdf

Download (3MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item