Uji kinerja media apung anyaman tali sabut kelapa bekas pertanaman padi dalam budidaya tahap kedua

AndikPurnomo (2008) Uji kinerja media apung anyaman tali sabut kelapa bekas pertanaman padi dalam budidaya tahap kedua. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Tanaman padi merupakan tanaman yang sangat penting di Indonesia, karena merupakan makanan pokok bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Sedangkan lahan untuk mendukung pengadaan pangan khususnya padi yang siap, semakin sempit karena perubahan fungsi menjadi lahan bangunan perumahan dan pengembangan kota. Salah satu alternatif untuk mendukung penyediaan pangan nasional khususnya padi, yaitu pemanfaatan lahan rawa dengan teknologi media apung. Penelitian tentang media apung tersebut sudah pernah dilakukan namun masih mengalami kendala pada daya dukung media tanam terhadap tanaman dan pada sistem pengairan sehingga mempengaruhi hasil yang di dapat. Penelitian lanjutannya untuk memperbaiki kendala tersebut, maka dirancang media apung sabut kelapa untuk tanaman padi dilahan rawa dengan menggunakan sabut kelapa berbentuk anyaman tali (keset) dan menunjukkan hasil yang layak secara teknis. Penelitian ini memanfaatkan media apung bekas dengan cara mendekomposisi sisa tanaman padi pada media apung anyaman tali sabut kelapa agar dapat digunakan kembali. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mempelajari hasil dekomposisi sisa tanaman padi dengan cara membalik media anyaman tali sabut kelapa dan penambahan larutan EM-4. 2) Mempelajari pertumbuhan vegetatif pertanaman kedua padi IR-64 pada media anyaman tali sabut kelapa bekas. Media apung yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan media apung bekas pertanaman padi pertama, sehingga secara fungsi dan struktur tidak mengalami perubahan. Hanya pada sistem pengairan saja terdapat perbedaan dimana pada rangcangan awal menggunakan pompa submersible dan reservoir, sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan aerator. Hasil nyata dari pendekomposisian sisa tanaman adalah pembebasan N-organik menjadi N-anorganik yang dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman, serta perubahan struktur sisa tanaman yang padat dan kerasmenjadi remah dan lunak. Kadar BOD meningkat dari 4,65 mg/l menjadi 5,70 mg/l – 5,75 mg/l, sedangkan COD meningkat dari 7,80 mg/l menjadi 8,40 mg/l – 8,60 mg/l. Nilai pH media apung selama budidaya tahap kedua tidak banyak perubahan, dari 6,10 menjadi 6,15. Jika dibandingkan dengan pertanaman pertama kondisi media tanam sedikit lebih asam, dimana pH-nya berkisar 6,20 – 6,25. Evapotranspirasi yang terjadi selama proses budidaya sangat beragam, terendah 0,21 l/jam dan tertinggi 3,33 l/jam, terjadi karena kondisi lingkungan yang berubah secara ekstrim. Media apung anyaman tali sabut kelapa bekas pertanaman padi masih sangat layak digunakan, dibuktikan dengan tingkat pertumbuhan vegetatif baik tinggi tanaman maupun jumlah anakan yang baik dimana peningkatan tinggi tanaman sebesar 6,18 cm/minggu, dan peningkatan jumlah anakan rata-rata sebanyak 3,44 perminggu. Dibandingkan dengan pertanaman pertama, tinggi tanaman lebih pendek dan jumlah anakan lebih sedikit. Hal ini karena varietas yang dibudidayakan juga berbeda, varietas IR-64 yang dibudidayakan pada tahap kedua ini mempunyai mempunyai jumlah anakan produktif sebanyak 25 dan tinggi tanaman 85 cm. Sedangakan varietas yang dibudidayakan pada pertanaman pertama adalah cibogo yang mempunyai anakan jumlah anakan produktif 29 dan tinggi tanaman bisa mencapai 125 cm. Kata kunci: media apung bekas, rawa, dekomposisi, padi, tahap kedua

English Abstract

Paddy is a vital crop in Indonesia because rice is the staple food of most Indonesians. The land ready to be used for crops, especially paddy, is reduced as the function is changed for residential areas and city expansion. One alternative to provide “land” for paddy is to use swamplands. Paddy planting in swamplands requires the use of float medias. Research on float medias has been done but problems were still found. Problems include the strength of the media to support the crop and the irrigation system used. These problem affects the yield of the crop. The coconut fibre float media was used on later researches and have shown satisfactory technical results. This research will use used float media by exploiting the decomposed paddy which is planted on a previous research to know if the media can be re-used and second planting can be done. The aim of this research is: 1)To study the decomposition of the previously planted paddy by turning the media upside down and adding EM-4 solution. 2)To study vegetative growth of IR-64 paddy during second planting on the used coconut fibre float media. The float media used on the research is the float media designed and tested on a previous research, thus the function and structure did not change. The difference lay on the irrigation system where the previous design used submersible pumps and reservoir, this research used only an aerator. The decomposition of the previously planted paddy is evident on the release of organic-N into anorganic-N which can be used directly by the plant, also the structural change of the crop remains which was hard and solid at first but soft and brittle in the end. BOD levels increased from 4.65 mg/l to 5.70 mg/l – 5.75 mg/l. COD levels also increased from 7.80 mg/l to 8.40 mg/l – 8.60 mg/l. pH value of the float media during the second planting did not change much only increasing from 6.10 to 6.15. Compare this value from the first planting where the pHvalue ranged from 6.20 to 6.25. Evapotranspiration value which happened during this research varies, the lowest being 0.21 l/hour and the highest was 3.33 l/hour. The significant difference is due to extreme weather changes during research. By these results the used coconut fibre float media is still good to be used for second planting. The vegetative growth of the paddy during second planting also supported this statement. The increase of plant height was 6.18 cm/week and the increase of sprouts were 3.44/week. Compare these values for the same values during the initial planting where the crop was shorter and the number of sprouts were less. This may contribute also to the type of paddy used where the IR-64, used on this research, supposedly has productive sprouts of 25 and the average height of 85 cm. The cibogo, used on the initial planting, supposedly has 29 productive sprouts and an average height of 125 cm. Key words: used float media, decomposition, paddy, second planting

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FTP/2008/71/050801009
Subjects: 300 Social sciences > 338 Production > 338.1 Agriculture
Divisions: Fakultas Teknologi Pertanian > Teknologi Hasil Pertanian
Depositing User: Unnamed user with email repository.ub@ub.ac.id
Date Deposited: 03 Apr 2008 14:15
Last Modified: 21 Oct 2021 07:28
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/148063
[thumbnail of 050801009.pdf]
Preview
Text
050801009.pdf

Download (2MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item