Konsep Pengembangan Industri Kecil Menengah Batik Jetis Di Kabupaten Sidoarjo (Wilayah Studi: Desa Jetis, Kelurahan Lemahputro)

Abdurrahman, Hajar (2014) Konsep Pengembangan Industri Kecil Menengah Batik Jetis Di Kabupaten Sidoarjo (Wilayah Studi: Desa Jetis, Kelurahan Lemahputro). Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.

Abstract

Kesenian batik merupakan salah satu karya seni budaya yang diwariskan leluhur dari generasi ke generasi yang sampai saat ini masih ada. Corak batik menyimpan nilai, simbol dan adaptasi masyarakat di daerahnya, oleh karena itu, adanya perbedaan tersebut menjadikan ungkapan karya batik masyarakat satu berbeda dengan masyarakat lainnya. Keberagaman corak batik menjadi sebuah mozaik budaya yang unik dan khas yang dimiliki oleh Negara Indonesia. Pada tanggal 2 Oktober 2009 Kebudayaan Batik Indonesia secara resmi diakui sebagai warisan dunia oleh United Nation Education Scientifis and Cultural Organization (UNESCO) di Abu Dhabi. Batik khas Kabupaten Sidoarjo adalah batik jetis yang berkembang menjadi daerah penghasil kerajinan batik yang dikenal dengan nama “Kampung Batik Jetis, Sidoarjo”. Sebagian besar dari penduduk di Desa Jetis Kelurahan Lemahputro khususnya kaum perempuan bekerja sebagai pengrajin, pengusaha atau pekerjaan lain yang terkait dengan batik. Pada tanggal 3 Mei 2008, Bupati Sidoarjo, Bapak Win Hendrarso meresmikan “Kampoeng Batik Jetis, Sidoarjo” sebagai salah satu tujuan wisata di Kabupaten Sidoarjo. Akan tetapi lemahnya kelembagaan batik jetis menyebabkan kurangnya kerjasama antar pengusaha batik maupun dengan pihak luar sehingga industri batik jetis kekurangan modal usaha, tenaga kerja. Selain itu, penjualan produk batik jetis semakin menurun. Hal tersebut dirasakan oleh 67% pengusaha batik jetis, terutama industri kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja industri, menyelidiki faktor-faktor dalam pengembangan industri, dan merumuskan konsep pengembangan industri batik jetis di Kabupaten Sidoarjo. Metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja industri adalah metode kualitatif analisis karakteristik industri, analisis break event point (BEP) dan analisis kriteria industri berdasarkan tinjauan kebijakan. Analisis karakteristik industri ditinjau berdasarkan kriteria bahan baku, modal, tenaga kerja, peralatan, produk, pemasaran, kelembagaan, sarana prasarana penunjang, dan kebijakan pemerintah. Analisis break event point (BEP) dengan cara menghitung biaya investasi peralatan dan biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Analisis kriteria industri berdasarkan tinjauan kebijakan disesuaikan dengan standar UU RI No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Metode yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor dalam pengembangan industri adalah metode kuantitatif analisis faktor. Selanjutnya metode kuantitatif analisis SWOT dan IFAS-EFAS dan dan analisis akar masalah untuk menentukan konsep pengembangan industri kecil menengah Batik Jetis di Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan hasil analisis untuk kinerja industri batik jetis ditinjau berdasarkan karakteristik industri, pada industri kecil tidak terdapat kriteria kinerja yang dianggap baik; terdapat 2 kriteria kinerja yang dianggap sedang, yaitu produk dan kelembagaan; dan 8 kriteria kinerja yang dianggap buruk, yaitu cara mendapatkan bahan baku, cara mendapatkan modal, nilai modal, upah tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, cara pemasaran, jangkauan pemasaran, dan frekuensi pemasaran. Sedangkan untuk industri menengah terdapat 8 kriteria kinerja yang dianggap baik, yaitu cara mendapatkan modal, besar upah tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, cara mendapatkan peralatan, produk, cara pemasaran, dan jangkauan pemasaran, frekuensi pemasaran; 2 kriteria kinerja yang dianggap sedang, yaitu produk dan kelembagaan dan tidak memiliki kriteria kinerja yang dianggap buruk. Berdasarkan hasil analisis faktor terdapat 6 faktor dalam pengembangan industri kecil menengah batik jetis, yakni: faktor 1 terdiri dari kriteria asal modal dan nilai modal; faktor 2 terdiri dari kriteria asal bahan baku, cara mendapatkan bahan baku dan peralatan; faktor 3, terdiri dari kriteria sarana prasarana penunjan; faktor 4 terdiri dari kriteria asal tenaga kerja, upah tenaga kerja, jumlah tenaga kerja,desain produk, jangkauan pemasaran, dan persaingan usaha; faktor 5, terdiri dari kriteria kebijakan pemerintah, dan faktor 6, terdiri dari kriteria kelembagaan. Berdasarkan hasil analisis SWOT dan IFAS-EFAS berada pada posisi kuadran II-C, yaitu Aggresive Maintenance Strategy dengan konsep pengembangan industri batik jetis adalah memperbaiki kendala industri berupa kurangnya modal usaha, tenaga kerja, dan jumlah produksi serta lemahnya kelembagaan batik jetis dengan mengoptimalkan peluang sarana prasarana penunjang industri yaitu sarana perdagangan, prasarana jalan,listrik, dan air bersih yang baik serta dukungan kebijakan pemerintah.

English Abstract

Batik art is one culture is still until now. Diversity of batik is a mosaic culture by the Indonesia Country. On October 2, 2009 Batik Indonesia recognized as a world heritage by the United Nations Education Scientifis and Cultural Organization (UNESCO) in Abu Dhabi. Batik Jetis which eventually developed into craft producing area which is known as "Kampung Batik Jetis" in Sidoarjo Regency . Most of the residents in this village, especially women, to work as craftsmen, businessmen or other work associated with batik. On May 3, 2008, Mr. Win Hendrarso inaugurated "Kampoeng Batik Jetis, Sidoarjo" as one tourist destination in Sidoarjo Regency. But the weakening of institutional performance of Batik Jetis suffers the defficiency of cooperation between entrepreneurs batik or the batik industry outsiders so Batik Jetis industries suffers the defficiency of venture capital, labor. In addition, product Batik Jetis decreased. There are 67% of employers Batik Jetis, especially small industries. This study aimed to identify the performance of the industry, find out the factors in the development of the industry, and define the development concept of minor and secondary Batik Jetis industries in Sidoarjo Regency . The method used to determine the performance of the industry is a method of qualitative analysis of industry characteristics, the analysis of break-even point (BEP) and the analysis based on the criteria of industrial policy. Analysis of industry characteristics are reviewed based on the criteria of raw materials, capital, labor, equipment, product, marketing, institutional, supporting infrastructure, and government policies. Analysis of break-even point (BEP) by calculating the cost of equipment investment and operating costs consist of fixed costs and variabel cost. Analysis of criteria based on the industry standard policy is Law No. 20,2008 on Micro, Minor and secondary Industriess. The method used to determine the factors in the development of the industry is a quantitative method of factor analysis. Furthermore, method used to determine the development concept of minor and secondary industries in Sidoarjo Batik Jetis is quantitative method of SWOT and IFAS-EFAS analysis. Based on the analysis performance of the industry reviewed analysis of industry characteristics ,In the minor industry don’t have good criteria performance; There is two criteria performance are considered, that are the product and institutional; and thete is 8 criteria performance are bad, that are how to obtain raw materials, how to get capital, the value of capital, labor, workforce, marketing, marketing reach, and frequency of marketing. As for the secondary industry there is 8 criteria performance are good, that are how to get capital, big labor, employment, how to get the equipment, product, marketing, and marketing reach, frequency marketing; Two criteria performance are considered, that are the product and the institutional and don’t have criteria performance are bad. Based on the results of factor analysis, there are 6 factors in the development of minor and secondary Jetis Batik industries: factor 1 that are capital consists of origin criteria and capital value, factor 2 that are consists of raw material origin criteria, how to get raw materials and equipment, factor 3 that are consists of criterion supporting infrastructure, factor 4 that are consists of origin criteria labor, labor, employment, product design, marketing reach, and business competition, factor 5 that are consisting of government policy criteria, and factor 6 that are consisting of institutional criteria. Based on the results analysis of SWOT and IFAS-EFAS define position of quadrant SWOT in II-C that the Aggressive Maintenance Strategy, so the development concept of minor and secondary industries in Sidoarjo Batik Jetis is to improve industrial constraints such as the lack of venture capital , labor, and the amount of production and weaking Batik Jetis institutional by optimize the facilities infrastructures of industry supporting are trading, road infrastructure,electricity, and watery also the good government policy support.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: SKR/FT/2014/669/051407575
Subjects: 300 Social sciences > 307 Communities > 307.1 Planning and development > 307.121 6 City planning
Divisions: Fakultas Teknik > Teknik Perencanaa Wilayah dan Kota
Depositing User: Hasbi
Date Deposited: 17 Nov 2014 09:54
Last Modified: 23 Dec 2021 02:16
URI: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/142995
[thumbnail of Konsep_Pengembangan_Industri_Kecil_dan_Menengah_Batik_Jetis_.pdf]
Preview
Text
Konsep_Pengembangan_Industri_Kecil_dan_Menengah_Batik_Jetis_.pdf

Download (7MB) | Preview

Actions (login required)

View Item View Item